YOGYAKARTA, BANGSAONLINE.com – KH A Mustofa Bisri menegaskan bahwa tugas Nahdlatul Ulama (NU) bukan untuk memenangkan Capres-Cawapres, tetapi untuk memperbaiki kinerja untuk Indonesia.
"Urusannya NU itu memperbaiki kinerja memenangkan Indonesia, bukan memenangkan capres," tegas Gus Mus saat memberikan tausyiyah pada Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1).
Baca Juga: BI Jatim Gelar Media Gathering, Edukasi Puluhan Wartawan Tentang Ekonomi Perbankan
Di jajaran PBNU, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu tercatat sebagai Mustasyar. Gus Mus juga pernah menjadi Plt Rais Aam Syuriah PBNU ketika KH Ahmad Sahal wafat.
Gus Mus mengaku sempat ketar-ketir ketika Rais Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan sambutan dalam acara Harlah NU ke-101 iu.
"Saya ini sudah ketir-ketir. Ketika Ketua Umum pidato, Rais Aam pidato, jangan-jangan nyinggung pilpres. Begitu nyebut Pilpres, saya keluar. Itu bukan urusannya NU," kata Gus Mus dalam keterangan persnya, Senin (29/1).
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Islam, Pj Wali Kota Mojokerto Ajak Masyarakat Ngaji Bareng Gus Mus
Dilansir CNN, Gus Mus juga didapuk untuk memimpin doa. Ia melangitkan harapan Indonesia beserta bangsanya dan NU bersama warganya dirahmati Allah SWT. "Mudah-mudahan Allah merahmati Indonesia, Allah merahmati NU, Allah merahmati warga NU, Allah merahmati bangsa Indonesia," kata Gus Mus.
Gus Mus wajar ketar-ketir karena belakangan ini PBNU sedang mendapat sorotan tajam para kiai dan warga NU. Terutama sejak Gus Nadirsyah Hosen, mantan Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zealand mengungkap pertemuan Rais Aam Syuriah PBNU dan Ketua Umum PBNU dengan para ketua PWNU dan PCNU yang disinyalir diarahkan untuk mendukung 02.
Sementara Gus Yahya menyampaikan bahwa NU harus berperan nyata, tidak bekerja bak mengejar layangan putus yang hanya ikut beramai-ramai tanpa mendapatkan hasil.
Baca Juga: Salafi Disebut Usik Paham Muhammadiyah, Dr Ali Trigiyatno: Ngobok-Ngobok Paham sudah Mapan
"Kita harus memacu kinerja untuk mengawal kemenangan Indonesia karena di tengah tantangan sejarah berskala peradaban ini Indonesia harus menang supaya kita semua tetap berdaulat," ujar keponakan Gus Mus Itu.
Sedang Kiai Miftachul Akhyar mengingatkan agar pengurus NU dapat mendengar dan menaati keputusan organisasi. "Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, ismau athiu. Sampaikan sam'an wa thoatan, karena itu pun sangat dipesankan Rasulullah SAW," katanya.
Ia mengutip Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 7.
Baca Juga: Patung Kurus Hidung Panjang Simbol Kepalsuan dan Kemunafikan, Butet Sindir Siapa?
"Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah Dia ikatkan kepadamu ketika kamu mengatakan, 'Kami mendengar dan kami menaati'. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati," ujarnya.
"Janji Allah baiat kita, perjanjian kita, kalau diikuti dengan samina wa athona ini kata Allah, wadzkuru ni'matallah (ingatlah nikmat-nikmat Allah)," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News