KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemkot Mojokerto telah menerapkan 6 pilar transformasi kesehatan yang dibangun Kementerian Kesehatan, yaitu layanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan masyarakat, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan digital.
Atas penerapan transformasi kesehatan itulah Pemkot Mojokerto mendapatkan apresiasi dari Dirjen Kesmas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, saat meresmikan Gedung Lab BSL-2, serta Launching Labkesmas ILP dan Gayatri ILP SATU SEHAT di Labkesda Kota Mojokerto, Jalan Benteng Pancasila.
Baca Juga: Kota Mojokerto Mulai Uji Coba Makan Bergizi Gratis Bagi 14 Ribu Siswa SD-SMPN
Pj Wali Kota Mojokerto, Moh. Ali Kuncoro, menyebut transformasi kesehatan yang telah diterapkan secara statistik tampak dalam tingginya angka IPM yang menunjukkan kualitas kesehatan dan pendidikan yaitu 80,90 serta angka harapan hidup yang mencapai 74.
“Pemkot mojokerto saaat ini sudah ada 6 puskesmas, 11 puskesmas pembantu dan 170-an posyandu. Ini adalah resource kita untuk memberikan pealayan kesehatan bagi masyarakat. Outcamenya adalah bagaimana peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto secara bertahap dan berkelanjutan,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut Kota Mojokerto telah meraih Universal Health Coverage (UHC) kategori utama yang merupakan ikhtiar bahwa kesehatan itu sesuatu yang utama, bagaimana nanti 2045 masyarakat Kota Mojokerto adalah masyarakat yang bugar yang siap songsong Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Gelar Puncak Peringatan HUT ke-79 PGRI dan Hari Guru Nasional 2024
“Integrasi Layanan Primer dengan pendekatan pemantauan wilayah setempat, kader-kader dibawah kita gerakkan, kita punya praeswari, kader motivator dan itu betul-betul kita briefing supaya mereka intens melakukan surveillance di bawah supaya jangan sampai ada satu masyarakatpun yang tidak mendapat layanan kesehatan, prinsipnya no one left behind,” paparnya.
Dalam kesempatan ini, Maria menyampaikan telah berjalannya tranformasi kesehatan di seakan mimpi yang menjadi nyata. Oleh karenanya masyarakat seharusnya tidak hanya sekedar bisa mendapat pelayanan kesehatan tetapi juga mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
“Meskipun rumah sakitnya bisa operasi jantung, bisa pasang cathlab, tapi kita tidak ingin orang-orang ke rumah sakit. Itulah mengapa di Pustu, puskesmas dan kader harus keliling terus karena kita ingin mencegah, dengan pendekat jangan sampai sakit, jadi tidak lagi kalau sakit berobat,” tuturnya.
Baca Juga: Punya Bukit Teletubbies, TPA Randegan Serap Kunjungan Wisata Daerah
Dengan telah berjalannya pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto, Maria meminta agar meningkatkan hasilnya atau yang biasa disebut continuum of care, yakni satu orang harus tuntas masalah kesehatannya. Tidak cukup discreening, tidak cukup dirujuk tapi harus dimonitor terus sampai masalah kesehatannya tuntas.
“Kami ingin Kota Mojokerto bisa mendemonstrasikan masalah kesehatan dengan tuntas, jangan sampai sudah terdeteksi, masalahnya tidak tuntas. Dan ini sangat potensial dilaksanakan di Kota Mojokerto karena sudah ada GAYATRI,” pintanya.
Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2) dapat dilakukan pengujian mikroba dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction), dan kultur bakteri sesuai standar, disamping pemeriksaan laboratorium klinik, mikrobiologi dan kimia sehingga keamanannya lebih terjamin. (ris/mar)
Baca Juga: 3 Raperda Hasil Fasilitasi Gubernur Jatim Turun, Pemkot Mojokerto Sodorkan 5 Raperda Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News