MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com-Wartawan HARIAN BANGSA, M. Mas’ud Adnan, tiba di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto sekitar pukul 2.30 malam. Warga masih lelap tidur. Tapi di Masjid Raya KH Abdul Chalim sudah berkumandang shalawat, dzikir dan seruan bangun bagi para santri.
“Bangun…bangun…bangun…,” kata Ustadz Ismanto lewat pengeras suara.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Ismanto melantunkan shalawat dan dzikir sejak pukul 2 malam. Hingga pukul 3 dinihari. Tiap hari. Dari dekat mihrab.
Para santri pun menggeliat. Mereka bangun. Sambil mengapit kitab mereka berbondong-bondong menuju masjid. Untuk salat malam berjemaah.
Santri putra di lantai 1 masjid yang cukup besar itu. Sedang santri putri di lantai 2. Semua mengenakan baju putih.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Jemaah salat malam itu dipimpin langsung Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Tapi jika Kiai Asep berhalangan diganti para ustadz.
“Salat malam adalah kendaraan untuk mencapai cita-cita,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep adalah putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada November 2023 lalu mendapat anugrah gelar pahlawan nasional.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Denyut kehidupan di Amanatul Ummah memang dimulai sejak pukul 3 dini hari. Tentu banyak santri yang terkantuk-kantuk. Apalagi udara sangat sejuk. Maklum, pesantren ini terletak di lereng gunung penanggungan.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MMA/bangsaonline
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
Tapi mereka tetap menghampar sajadah. Apalagi Kiai Asep mengerahkan para ustadz untuk membangunkan mereka.
“Ayo bangun, bangun…,” teriak seorang ustadz sambil mengebaskan sajadahnya ke punggung santri yang mengantuk.
Mereka salat malam 12 rakaat. Setiap dua rakaat salam. Sampai 6 kali salam. Sang imam – Kiai Asep – membaca ayat kursi dan surat Ikhlas, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Salat hajat itu kemudian ditutup salat witir. Tiga rakaat dengan dua kali salam.
Usai salat malam mereka tak langsung balik ke kamarnya. Tapi menunggu salat Jemaah Subuh sambil membaca Al Quran.
Tak lama kemudian seorang santri adzan. Begitu adzan selesai, para santri berdiri. Salat sunnah fajar dua rakaat. Setelah itu baru salat Subuh berjemaah.
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Sambil wiridan, usai salat Subuh, para santri merangsek ke depan. Mereka berebut dekat dengan Kiai Asep yang siap-siap membaca Kitab Mukhtarul Ahadits An-Nabawiyah.
Sambil membuka kitab, Kiai Asep menengok kanan kiri. Ia menyebut nama beberapa santri dari masing-masing unit pendidikan. Antara lain dari Tsanawiyah, MBI, SMA dan seterusnya.
Kiai Asep kemudian membaca matan Hadits sambil menjelaskan artinya panjang lebar. Tak lama kemudian ia minta santri untuk mengulang bacaan Hadits itu. Ternyata santri itu sudah hafal matan Hadits di luar kepala.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
Kiai Asep kembali membaca Hadits sekaligus mengartikan dan menjabarkannya. Ia kemudian minta santri lain untuk mengulang bacaan Hadits yang dibahas. Ternyata santri itu juga sudah hafal Hadits di luar kepala.
“Kalau ada santri 5 tahun belum bisa apa-apa berarti kalau ngaji ngantu’an,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep juga minta para santrinya tak boleh menyakiti teman sesama santrinya.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Santri yang menyakiti temannya sama dengan menyakiti Pak Yai. Sebab kalian ini semua anak Pak Yai,” tegas Kiai Asep.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu tidak hanya mengajar santrinya secara intelektual tapi juga menggembleng moral dan mengasah cita-cita mereka.
Ia mengingatkan para santrinya agar jangan sampai terjebak narkoba. Ia juga melarang santrinya merokok. Karena, menurut Kiai Asep, rokok itu sendiri sudah bagian dari narkoba.
Menjelang pukul 6 pagi Kiai Asep berdiri. Ia bergegas keluar masjid dan masuk mobil. Menuju kampus Universitas KH Abdul Chalim (UAC).
Lokasinya sekitar 2 KM dari Pesantren Amanatul Ummah.
Ternyata di masjid kampus KH Abdul Chalim itu sudah menunggu sejumlah mahasiswa dan mahasiswi. Mereka melantunkan shalawat ketika Kiai Asep memasuki masjid. Di depan para mahasiswa dan mahasiswi itu Kiai Asep kembali membaca kitab Hadits.
Dalam taushiahnya ia mengingatkan para mahasiswa tentang godaan wanita. Menurut dia, wanita merupakan godaan sangat berat. Banyak orang hebat ndlosor gara-gara wanita.
Karena itu ia minta para mahasiwa istiqamah salat malam. “Hanya salat malam yang bisa menangkal perbuatan tidak baik,” ujar kiai miliarder tapi dermawan itu.
Acara pengajian itu berakhir sekitar pukul 7 pagi lebih. Tapi sejumlah tamu sudah menunggu.
Kepada HARIAN BANGSA, Kiai Asep mengungkap obsesi besarnya ke depan. Ia memproyeksikan Amanatul Ummah – termasuk UAC – sebagai pusat pendidikan Islam internasional.
“Masak kita kalah dengan Mesir dan Yaman,” katanya.
Karena itu ia banyak menjalin komunikasi dengan perguruan tinggi di luar negeri. Nah, perjalanan Kiai Asep keluar negeri itu kini sudah terhimpun dalam buku berjudul “Kiblat Dunia Islam dan Peradaban Dunia” yang segera terbit.
“Sekarang sudah datang 9 calon mahasiswa baru dari Thailand,” kata Kiai Asep.
Selain dari Thailand juga mahasiswa dari Fiipina.
“Dari Fiilipina 6 orang, semuanya beasiswa,” tambahnya.
Sebelumnya, beberapa mahasiswa dari luar negeri juga sudah lulus. Dintaranya dari Afghanistan, Thailand, Sudan, dan beberapa negara lainnya.
Salah satu keunggulan Amanatul Ummah, banyak sekali santrinya yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTUN). Bahkan tahun ini sebanyak 624 santri Amanatul Ummah lolos ke PTUN Favorit.
“Kalau dulu ITB itu sulit sekali ditembus. Sekarang santri Amanatul Ummah banyak yang diterima di ITB termasuk di pertambangan,” kata Kiai Asep.
Bahkan banyak sekali santri Amanatul Ummah yang diterima di perguruan tinggi favorit luar negeri. Baik di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Timur Tengah (Timteng). Diantaranya santri bernama M. A. Gymnastiar Putra. Siswa Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) itu diterima di 11 kampus di luar negeri; mulai Amerika, Australia, hingga Belanda di benua Eropa.
Namun Gymnastiar Putra memutuskan kuliah di Colorado School of Mines, Amerika Serikat. Ia mengambil jurusan teknik pertambangan.
Begitu juga santri Kiai Asep yang bernama Muhammad Hasnan Aslam. Ia diterima di tiga perguruan tinggi terkemuka sekaligus. Di Kanada.
Hasnan diterima di Mechanical Engineering Mc Gill University, Civil Engineering University of Toronto dan juga di Aerospace Engineering Toronto Metropolitan University. Tapi ia memilih kuliah di Mc Gill University. Alasannya, Mc Gill University masuk 30 perguruan tinggi peringkat dunia dan banyak melahirkan ilmuwan besar. Dan yang penting lagi beasiswa full.
“Itulah keuntungan sekolah di Amanatul Ummah. Tidak hanya diterima di berbagai perguruan tinggi negeri terkemuka nasional tapi juga di luar negeri. Dan kita juga mencarikan beasiswa agar bisa mengurangi beban orang tuanya,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, untuk tahun ini sudah ribuan canlon santri yang mendaftar ke Amanatul Ummah. Tapi, kata Kiai Asep, pendaftaran santri masih dibuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News