
PALANGKARAYA, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan rombongan, tiba di Humbang Raya Kalimantan Tengah (Kalteng) sekitar pukul 22.30 Rabu (6/8/2025) malam. Kampung itu dinamakan kampung NU Humbang Raya. Di situlah pondok pesantren yang didirikan para tokoh NU Palangkaraya Kalteng berdiri tegak.
Di spanduk tertulis Selamat Datang di MTs dan MA Amanatul Ummah Boarding School Cabang Kalimantan Tengah Kampung NU Humbang Raya.
Pesantren itu berdiri di tengah hutan. Otomatis gelap. Belum ada aliran listrik. Apalagi sinyal jaringan seluler.
Ketika Kiai Asep dan rombongan tiba tampak ada api unggun. Tumpukan kayu yang dibakar. Api itu selain memancarkan secercah sinar juga untuk mengusir nyamuk.
Untuk penerangan pakai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tapi penerangan PLST itu hanya mampu hingga pukul 11 malam. Setelah itu redup. Lalu disambung genset (generator set).
“Tapi PLN sudah survei. Katanya bulan ini akan dipasang listrik,” tutur Haji Junaidi Siregar, pengusaha yang juga Mustasyar PCNU Palangkaraya kepada BANGSAONLINE.
Haji Junaidi inilah yang menjadi salah satu inisiator dan pioner berdirinya pesantren tersebut bersama Ketua PCNU Palangkaraya KH Muhammad Syahrun dan para aktivis NU lainnya. Bahkan Haji Junaidi juga yang mewakafkan tanah untuk pesantren tersebut.
Bangunannya sederhana. Sebagian terbuat dari kayu. Terutama kamar santri dan para guru atau ustadz dan ustadzah.
Tapi pesantren di perkampungan NU itu punya potensi tumbuh dan berkembang besar. Apalagi santri yang mondok di pesantren tersebut bebas biaya alias gratis.
Kampung NU ini juga diprediksi bakal ramai. Menurut Haji Junaidi, banyak masyarakat yang sudah ancang-ancang membangun rumah di sekitar pondok pesantren tersebut.
"Mereka menunggu pesantren ini buka. Kalau pesantren ini sudah berjalan dan beraktivitas, mereka akan membangun rumah di sekitar sini," kata Haji Junaidi sembari mengatakan bahwa mereka membeli tanah ke Haji Junaidi.
Memang tanah di kawasan itu milik Haji Junaidi. Tanah itu sebagian sudah dikapling-kapling untuk dijual.
Inilah calon santri dan siswa MTs dan Madrasah Aliyah Amanatul Ummah Cabang Kalteng itu, Rabu (6/8/2025). Foto: M. Mas'ud Adnan/bangsaonline
Di pesantren tersebut sudah ada masjid yang didesain terbuka, tanpa dinding sehingga angin langsung menerpa para jemaah salat. Juga ada gedung sekolah yang terdiri dari dua lantai.
“Ini jauh lebih bagus dari pada ketika saya merintis Amanatul Ummah di Pacet. Dulu bangunan Amanatul Ummah itu kandang ayam,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE begitu tiba di pondok pesantren tersebut, Rabu (6/8/2025) malam..
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu rebahan di sebuah kasur ukuran 100 X 200 cm. Ya, itulah kasur untuk para calon santri dan ustadz serta ustadzah.
Catatan BANGSAONLINE, Kiai Asep sudah kesekian kali datang ke cikal pesantren ini. Bahkan juga Kiai Asep yang membuka dan memimpin istighatsah di bawah tenda, sebelum ada satu pun bangunan. Kiai Asep juga yang minta agar mulai Juli 2025 dibuka pendaftaran santri baru.
Di bawah tenda inilah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, tiga tahun lalu memimpin istighatsah untuk pembangunan pesantren yang dirintis para tokoh NU Palangka Raya di Desa Humbang Raya, Mantangai, Kapuas, Kalimantan Tengah, Ahad (9/10/2022). Foto: mma/bangsaonline.com)
Kini sudah ada 7 calon santri yang sudah mendaftar. Kiai Asep minta minimal ada 20 santri.
“Sepuluh santri untuk Tsanawiyah, sepuluh santri Aliyah,” pinta Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.
Prof Dr Zainuddin Maliki saat menyampaikan sambutan di depan tokoh-tokoh NU, termasuk Ketua PCNU dan pengurus PCNU Palangkararaya. Prof Zainuddin datang ke acara tersebut diajak Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto" MMA/bangsaonline
Menurut Kiai Asep, jika tahun ini dapat 20 santri maka tahun 2026 akan banyak santri yang masuk ke pesantren ini.
Baik Haji Junaidi maupun Kiai Syahrun sanggup. Apalagi, menurut mereka, pesantren ini menginduk pada Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang dipimpin Kiai Asep.
"Ada orang tua yang bilang, kok gak bilang sejak dulu kalau ini berafiliasi ke Amanatul Ummah. Kalau tahu sejak dulu, anak saya daftarkan ke sini," kata Haji Junaidi menirukan apa yang disampaikan orang tua tersebut.
Kiai Asep berjanji akan segera mendatangkan guru dari Amanatul Ummah untuk menerapkan sistem pendidikan seperti di Amanatul Ummah.
“Bulan depan saya ke sini lagi,” tutur Kiai Asep penuh semangat.
Putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu yakin pesantren ini akan besar dan diminati oleh masyarakat, terutama para orang tua di Kalteng. Ia akan berusaha agar lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri dan luar negeri.
Berbeda dengan kunjungan-kunjungan Kiai Asep sebelumnya yang langsung pulang atau mengingap di hotel. Kali ini Kiai Asep dan rombongan menginap di pesantren tersebut.
“Kita shalat malam di sini,” tutur Kiai Asep.
Otomatis Haji Junaidi dan semua pengurus NU juga ikut mengingap di pesantren tersebut.
“Sejak saya mendirikan pesantren ini baru sekarang saya tidur di sini,” kata Haji Junaidi sembari tertawa.
Mereka semburat. Ada yang tidur di masjid. Juga ada yang tidur di kamar santri dan ustadz. Kiai Asep dan rombongan tidur di kamar santri.
Diantara rombongan itu ada Prof Dr Zainuddin Maliki, mantan anggota DPR RI dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.
“Saya diajak Kiai Asep ke Palangkaraya saya pikir tidur di hotel. Ternyata diajak ke sini,” kata Zainuddin Maliki saat sambutan yang langsung disambut tawa yang hadir.
Selain Zainuddin Maliki, dalam rombongan juga tampak Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor Universitas KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Ahmad Fachruddin, pengurus DPW PAN Jatim, Muhammad Ghofirin, Sekjen OPOP dan JKSN, serta M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.
“Saya juga lupa gak bawa handuk. Mandi juga antre,” tambah Zainuddin Maliki sembari tertawa.
Namun bagi Zainuddin Maliki, inilah pengalaman batin dan spiritual yang luar biasa.
“Ini perjuangan luar biasa,” tegas Zainuddin Maliki yang juga pengurus Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Apalagi Kiai Asep datang ke pesantren ini dengan biaya sendiri. “Beliau dengan ringannya, Ikhlas, dan biaya sendiri,” katanya.
Zainuddin Maliki terang-terangan mengaku kagum terhadap Kiai Asep.
“Beliau tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi juga memikirkan orang lain,” kata Zainuddin Maliki lagi.
Ia mencontohkan upaya Kiai Asep dalam memperjuangkan KH Muhammad Yusuf Hasyim dan KH Abbas bin Abdul Jamil Buntet sebagai pahlawan nasional. Kiai Yusuf Hasyim adalah tokoh NU sekaligus pejuang kemerdekaan RI yang juga putra Hadratussyikh KHM Hasyim Asy’ari.
“Ini tidak ringan. Perlu seminar, dimintakan pendapat orang lain. Semua ini perlu biaya,” katanya.
Pukul 3.00 malam Kiai Asep dan rombongan bangun. Juga para pengurus NU Palangkaraya. Lima santri yang sudah datang di pesantren tersebut juga dibangunkan. Tentu termasuk ustadznya.
Semua menuju ke masjid. Melewati jalan yang masih gelap. Kiai Asep langsung mengimami shalat malam. Sebanyak 12 rakaat. Enam kali salam. Seusai salam keenam Kiai Asep lalu mengajak sujud sekalligus berdoa.
Kemudian aditutup shalat witir. Hanya satu rakat karena keburu adzan Subuh. Biasanya Kiai Asep shalat witir tiga rakaat, dua kali salam.
Kiai Asep minta agar shalat malam itu ditradisikan di pondok pesantren tersebut. Kiai miliarder tapi dermawan itu yakin bahwa pesantren tersebut kelak akan besar. Amin.