BANGSAONLINE.com - Jayawijaya merupakan satu-satunya gunung tertinggi di Indonesia yang memiliki es yang disebut ‘salju abadi’. Sebagai negara yang beriklim tropis, memiliki salju abadi adalah hal yang unik. Namun bagaimana jika satu-satunya salju tersebut akan hilang di tahun 2026?
Melansir dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut salju abadi akan hilang pada 2026.
Hasil monitoring yang dilakukan oleh BMKG di Puncak Sudirman, Pegunungan Jayawijaya, Papua pada 11-15 November 2024 lalu, telah terjadi penurunan signifikan baik ketebalan dan luasan es salju abadi di Puncak Sudirman.
Menurut BMKG, penyebab utama menyusutnya es di pegunungan Jayawijaya karena perubahan iklim dan fenomena El Nino.
Donaldi Sukma Permana, selaku Koordinator Bidang Standarisasi Instrumen Klimatologi BMKG menyebut, dari tahun 2022 hingga 2024, luas es telah mengalami penurunan dari yang awalnya 0,23 menjadi 0.11-0,16 kilometer persegi.
“Tahun ini kita lakukan survei lagi yang pada intinya melihat penurunan tebal es dari tahun ke tahun kian menipis. Hasilnya, terjadi penurunan luas permukaan es yang signifikan dan kita berusaha mendokumentasikan kepunahan es di Papua karena kita sudah dalam tahap sulit mempertahankannya,” ucap Donaldi, dikutip Selasa, (17/12/2024).
Dari hasil monitoring, Najib Habibie selaku Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorogi BMKG mengatakan, ketebalan es di Puncak Sudirman hanya tinggal empat meter. Ungkapan tersebut berdasarkan data yang didapat sejak 2023, yang menunjukkan 14 stake (alat pengukur ketebalan es) telah tersingkap.
“Ketebalan es sudah menyusut signifikan dari hasil pengukuran BMKG sebelumnya, yaitu 32 meter di tahun 2010 dan 5,6 meter di tahun 2015-2016,” ungkapnya.
Tidak sendirian, upaya monitoring tersebut dilakukan BMKG bersama PT. Feeport Indonesia dengan memasang stake yang dimonitor secara berkala. Dengan demikian, BMKG mengatakan bahwa pemanasan global adalah hal yang nyata. (msn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News