
MADINAH, BANGSAONLINE.com - Sejumlah tokoh nasional asal Jawa Timur beribadah umrah Ramadan bersama Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Perjalanan spiritual jemaah umrah itu menggunakan Auva Travel Amanatul Ummah. Selain umrah 4 kali mereka juga ziarah ke tempat-tempat bersejarah. Inilah catatan M Mas’ud Adnan, wartawan BANGSAONLINE yang ikut dalam rombongan tersebut.
Hampir semua umat Islam mengidamkan umrah pada bulan suci Ramadan. Selain penuh berkah juga pahalanya sangat besar. Apalagi – di Masjid Madinah dan Masjidil Haram Makkah – banyak sekali keistimewaan, baik dari segi spiritulitas maupun tradisi puasa. Termasuk soal takjil, tradisi sedekah dan sebagainya.
"Pahala umroh Ramadan sebanding dengan naik haji bersama Nabi," kata Kiai Asep kepada HARIAN BANGSA sembari mengutip Hadits. Kiai Asep beribadah umrah bersama istri tercintanya, Nyai Hj Alif Fadhilah beserta beberapa putri dan menantunya.
Umrah bersama Kiai Asep memang punya daya tarik tersendiri. Maklum, kiai miliarder tapi dermawan itu bukan hanya membimbing jemaah haji dengan baik tapi juga memberi teladan yang sangat mengesankan terutama dalam berdoa di tempat-tempat istijabah.
Tak aneh, jika banyak tokoh yang terkesan.
“Umrah bersama yang akan selalu saya kenang. Yang saya tahu pasti bakal sulit melupakan. Wabil khusus bimbingan Abah Yai Asep, membuat umrah kami terasa kedalaman makna, umrah yang begitu dalam. Saya rasakan makna setiap titik manasik maupun ziarahnya,” kata Prof Dr Zainuddin Maliki, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya yang kini calon Dubes Dubai sembari mengucapkan terimakasih kepada Kiai Asep.
M. Mas'ud Adnan (kanan kopiah hitam) bersama Prof Usep Abdul Matin di atas Jabal Malaikat. Foto: HARIAN BANGSA
Pengalaman serupa diungkap Nani Wijaya, wartawan senior yang kondang saat meliput kejatuhan Presiden Filipina Ferdinand Marcos lewat people power.
Menurut dia, umrah bersama Kiai Asep sangat istimewa. Karena bisa umrah sampai 4 kali sekaligus arbain. “Dimana-mana 16 hari dengan arbain atau 12 hari non arbain. Umrahnya dua kali saja. Tapi dengan Kiai Asep empat kali,” kata Nani Wijaya.
“Kalau tidak istimewa, saya tak akan selalu ngikut (umrah) Kiai Asep,” tutur perempuan berjilbab tersebut.
Owner Tabloid Nyata itu memang kerap umrah bersama Kiai Asep. Bahkan semua keluarga Nani Wijaya selalu diikutkan umrah Auva Travel yang dibimbing Kiai Asep.
Nani Wijaya senang karena jemaah Umrah Auva juga sering diajak shalat malam bersama oleh pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah itu.
Prof Dr Usep Abdul Matin juga sangat terkesan umrah bersama Kiai Asep. Guru Besar UIN Syarif Hidyatullah Jakarta itu bahkan selalu merekam setiap taushiah dan doa-doa yang dilantunkan Kiai Asep di Madinah dan di Makkah.
“Pak Kiai Asep memang luar biasa ya,” kata guru besar yang menguasai sejumlah bahasa asing itu.
Tokoh lain yang ikut dalam rombongan umrah bersama Kiai Asep adalah Dr Acmad Rubaie, Ketua Pencak Silat Tapak Suci Jawa Timur yang juga mantan anggota DPR RI, Moh Facruddin, Bendahara DPW PAN Jatim, Malik Effendi, Wakil Ketua PAN Jatim, dan Dr Fadly Usman, Wakil Rektor Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet Mojokerto.
Para tokoh itu lagi-lagi sangat terkesan saat Kiai Asep mengajak jemaah umrah ziarah ke tempat perang Badar. Yaitu lokasi perang yang sangat legendaris dalam sejarah Islam. Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan 2 Hijriah.
“Pasukan Rasulullah SAW yang hanya 313 orang menghadapi 1.000 pasukan kafir Quraisy,” tutur Kiai Asep yang putra pahlawan nasional, KH Abdul Chalim Leuwimunding.
Namun atas izin Allah SWT pasukan Rasulullah menang telak. Terutama karena mendapat bantuan ribuan malaikat. Ghazwah atau perang besar ini sangat menentukan dalam perjuangan Islam.
Bahkan termaktub dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 123. Yang artinya, Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.
Ribuan malaikat itu turun di sebuah gunung yang kemudian disebut Jabal Malaikat. Para malaikat itu membantu pasukan Rasulullah SAW sehingga ribuan kafir Quraisy itu kocar-kacir.
Kini Jabal Malaikat itu banyak diziarahi jemaah haji dan umrah. Gunung itu terdiri dari gumpalan pasir yang sangat indah. Sangat eksotik dan estetik. Sehingga sangat asyik dibuat bermain sembari merenungkan perjuangan Rasulullah dan para syuhada’ yang patriotik.
Ketika BANGSAONLINE naik ke atas gunung Malaikat itu tiba-tiba angin menyambar keras. Padahal saat itu malam hari. Sekitar pukul 8 malam waktu setempat. Pasir pun berterbangan.
Saking senangnya banyak jemaah umrah perempuan mendaki sambil bermain pasir. Bahkan ada yang merebahkan diri di atas pasir yang indah itu.
Dalam perang yang sangat monomental itu pasukan Rasulullah menang telak. Tapi 14 sahabat Rasulullah gugur sebagai syuhada’. Pantauan HARIAN BANGSA di lokasi, nama-nama 14 pahlawan Islam itu dibadikan dalam Monomen Syuhada Badar hingga sekarang. Mereka digelari sebagai Syuhada Ghazwah Badar.
BANGSAONLINE mencatat urutan pejuang Islam itu sesuai yang tertulis dalam monomen yang berdiri tegak di area perang Badar tersebut. Dalam monomen itu tercatat paling atas adalah nama Umair bin Abi Waqas.
Sahabat Rasulullah yang syahid saat remaja ini sangat fenomenal. Rasulullah semula melarang Umair ikut berperang karena usianya belum memenuhi syarat, masih anak-anak. Tapi semangat tempur dan keinginannya untuk menyongsong syahid tak terbendung. Akhirnya Rasulullah SAW mengizinkan. Dan Umair benar-benar wafat sebagai syahid dalam perang Badar.
Syuhada’ berikutnya dalah Shofwan bin Abi Wahab, Dzusy Syimalain bin Abdu Amr, Mihja’ bin Sholeh, ‘Aqil bin Abukair, Ubaidah bin al-Harits, Sa'ad bin Khaitsamah, Mubasysyir bin Abdul Mundzir, Haritsah bin Suraqah, Rafi' bin al-Mu'alla, Umair bin al-Hammam, Yazid bin Al Harits, Mu’awwidz bin Al Harits, dan ‘Auf bin Al Harits. Radliyallahu ‘anhum jamii’aa.
Monomen Syuhada' Perang Badar yang bertuliskan 14 pejuang atau pahlawan Islam itu berdiri tegak tak jauh dari makam para syuhada yang dipagari besi cukup tinggi. Para peziarah mengirim fatihah dan melantunkan doa dari luar pagar itu. (M Mas’ud Adnan)