Ingat Aksi Caci Maki NU di Madura, Mengenang RKH Taufiq Hasyim, Ulama Patriotik dan Pemberani

Ingat Aksi Caci Maki NU di Madura, Mengenang RKH Taufiq Hasyim, Ulama Patriotik dan Pemberani Penulis bersama par aktivis NABRAK, termasuk RKH Taufik Hasyim. Foto: ist

Oleh : Firman Syah Ali

Pada tahun 2016 lalu, seorang alumni muda PMII usia 34 tahun terpilih sebagai Ketua PCNU Pamekasan, Bahkan usianya lebih muda daripada Ketua GP Ansor. Saya berkunjung ke Pesantren beliau yaitu Ponpes Sumberanom Pamekasan untuk mengucapkan selamat. Itulah kali pertama saya kenal beliau, yang memulai cerita persahabatan yang panjang.

Maaf bukannya kurang iman kepada Allah, tapi saat menulis epitaf ini air mata saya terus menerus mengalir. Sebagai darah muda dalam kepemimpinan NU, beliau sangat idealis, progresif, patriotik dan pemberani, termasuk diantaranya berani berkorban. Yaitu berkorban harta untuk kepentingan perjuangan NU.

BACA JUGA:

Tahun 2021 memuncak aksi caci maki terhadap NU dan ulama NU di Madura. Atas dasar itulah saya diajak rembug oleh beliau, kemudian saya lanjut rembug dengan Abuya RKH Qusyairi Zaini Sumenep. Kesimpulannya kami orang-orang NU yang teraniaya mengorganisir diri dalam sebuah organisasi milisi bernama Nahdliyin Bergerak (NABRAK).

Luar biasa pengorbanan beliau dalam mendirikan NABRAK, baik waktu maupun materi. Sebagai sesepuh beliau selalu cek perkembangan NABRAK dari detik ke detik.

RKH Taufik Hasyim. Foto: ist

Kader-kader NU yang berjiwa patriotik dan urat takutnya sudah putus waktu itu dikumpulkan dan dimobilisir ke dalam milisi baru bikinan generasi madura moderat tersebut.

Disamping pejuang milisi, beliau juga seorang pemikir. Banyak sekali artikel sebagai buah pemikiran beliau tersebar di media sosial, enak dibaca dan inspiratif.

Sesepuh berusia muda ini sangat kharismatik sehingga saya yang berusia jauh lebih tua sangat sungkan kepada beliau. Sungkan karena setiap diajak rembug apapun beliau selalu sepakat, merestui kemudian ikut membiayai.

Kesan saya tentang beliau adalah sosok pendiam, lemah lembut namun cerdas dan pemberani. Sebagai alumni Lirboyo, tentu wawasan ilmu agamanya tidak kita ragukan lagi.

Tadi pagi saya bangun tidur agak siang, yaitu jam 5 pagi. Saya buka grup WA Jatim Jaya Luar Biasa kok ada meme ucapan duka cita, saya zoom kok foto beliau dan isterinya. Saya langsung telepon nomor Hp beliau tidak diangkat. Kemudian saya telepon Buhari, santri beliau. Ternyata benar beliau wafat bersama isterinya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di Probolinggo.

Saya yang sedang siap-siap mau hadir wisuda anak langsung lemas, air mata sulit dibendung.

Ya Allah, terimalah semua amal juang beliau dan ampuni semua kesalahan beliau. Semua berasal dari-Mu ya Allah dan pasti satu per satu kembali kepada-Mu. Berikanlah ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan, muliakanlah dunia akhirat.

Api semangat juang dan warisan ilmu dari RKH Taufik Hasyim tak akan pernah padam di hati kader NU terutama yang tergabung dalam milisi Nahdliyin Bergerak (NABRAK).

Selamat jalan kyai, bahagialah disisi-Nya.

Penulis adalah Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK)