
KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Pertandingan futsal putri antara tim Kota Batu dan Kabupaten Kediri di Sport Centre Hotel Jambu Luwuk, Kota Batu, berakhir dengan skor 3-3. Hasil ini memastikan kedua tim lolos ke delapan besar dalam ajang Porprov Jatim IX tahun 2025.
Dengan raihan empat poin, tim futsal putri Kota Batu kini menunggu hasil pertandingan antara Blitar dan Banyuwangi untuk mengetahui status mereka sebagai runner-up atau peringkat terbaik.
Meskipun demikian, baik tim Kota Batu maupun Kediri merasa puas dengan hasil ini, karena keduanya berhasil mencapai fase perempat final.
Pelatih kepala tim futsal putri Kota Batu, Zulfitra, memberikan tanggapan positif terkait hasil pertandingan. Ia menyatakan, Hasil imbang dengan Kediri adalah hal yang sangat bagus.
“Kami kemungkinan besar berada di posisi 3 terbaik. Dalam multi event seperti ini, yang terpenting adalah lolos ke perempat final dan fase grup. Saya rasa, saya puas dengan permainan anak-anak yang sudah menampilkan yang terbaik,” ujarnya, Sabtu (21/6/2025).
Menurut Zulfitra, dari segi permainan ada yang sedikit kasar, dan itu merupakan hal yang lumrah, sesuatu yang wajar dalam suatu pertandingan.
Sedangkan pelatih tim Kediri, Dhamas Rizky Yuanta, juga mengungkapkan rasa puasnya atas hasil tersebut.
“Dengan hasil imbang ini, kita dapat menyelamatkan poin dan kita lolos ke perempat final, lolos 8 besar,” ungkapnya.
Dhamas pun menekankan bahwa menjaga skor imbang adalah tujuan utama dalam pertandingan ini, yang terpenting adalah ke perempat final.
Pertandingan Kabupaten Kediri melawan Kota Batu sangat menegangkan di babak pertama, kedua tim menunjukkan tensi permainan yang tinggi, dengan serangan balik yang diimplementasikan secara agresif. dengan tensi yang tinggi, ada 5 kartu kuning yang dikeluarkan wasit Nur Muhammad Bastiyan.
Tim Kediri dan Kota Batu saling memancing pertahanan lawan, menciptakan banyak peluang gol.
Namun, setelah memasuki babak kedua dan skor berakhir imbang 3-3, intensitas permainan tampak menurun. Kedua tim terlihat lebih berhati-hati dalam melakukan serangan, seolah-olah pilihan strategi berubah menjadi lebih defensif. Bola pun lebih sering dimainkan di pinggir lapangan daerah aman, seolah menunggu wasit Nur Muhammad Bastiyan untuk meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. (adi/msn)