
MALANG, BANGSAONLINE.com - Pekerjaan pembangunan dinding penahan di ruas Jalan Sidoutomo–Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, telah rampung 100 persen.
Proyek yang digarap Dinas PU Bina Marga ini menjadi solusi atas ancaman erosi dan longsoran kecil yang sempat membuat warga resah saat melintasi jalur penghubung penting tersebut.
Kondisi awal jalan cukup memprihatinkan. Struktur tanah di beberapa titik mulai terkikis dan menunjukkan tanda-tanda longsor.
Apabila tidak segera ditangani, kerusakan bisa meluas dan membahayakan keselamatan pengguna jalan serta mengganggu mobilitas warga.
Untuk mengatasi hal tersebut, pembangunan dinding penahan dilakukan di Desa Jatirejoyoso menggunakan metode pasangan batu yang diperkuat dengan pondasi Strauss dan rangka penopang.
Metode ini dipilih karena dinilai paling efektif dalam menahan tekanan tanah di lokasi rawan pergeseran. Konstruksi dibagi dalam tiga segmen dengan total panjang hampir 50 meter.
Segmen pertama sepanjang 9 meter dengan tinggi 4 meter, segmen kedua sepanjang 20 meter dengan tinggi 3,5 meter, dan segmen ketiga sepanjang 20 meter dengan tinggi 2 meter.
Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang, Khairul Isnaidi Kusuma atau yang akrab disapa Oong, menyampaikan bahwa proyek telah selesai sepenuhnya.
“Dengan adanya dinding penahan ini, pengguna jalan bisa merasa lebih aman. Infrastruktur yang kokoh bukan hanya soal bangunan fisik, tapi juga soal rasa tenang masyarakat saat melintas,” ujarnya.
Selain meningkatkan keamanan, ia menyebut pembangunan ini juga menjadi investasi jangka panjang. Infrastruktur yang kuat mampu mengurangi kebutuhan perbaikan darurat yang selama ini menyita anggaran dan waktu.
“Dampaknya bisa langsung dirasakan: arus lalu lintas lebih lancar, aktivitas ekonomi warga lebih terjamin, dan jalur strategis ini bisa bertahan lebih lama,” imbuhnya.
Penanganan di Jatirejoyoso dirancang dengan pendekatan teknokratik berbasis data teknis, survei lapangan, dan analisis risiko. Proyek ini bukan sekadar tambal sulam, melainkan solusi berkelanjutan yang mempertimbangkan keselamatan dan efisiensi.
Meski proyek telah rampung, pengawasan rutin terhadap kondisi jalan, drainase, dan lingkungan sekitar tetap diperlukan, terutama saat musim hujan.
“Dinding penahan boleh saja berdiri kokoh, tapi alam kerap punya cara menguji daya tahan,” kata Oong.
Kini, Jalan Sidoutomo–Jatirejoyoso kembali berfungsi optimal tanpa bayang-bayang longsor. Warga pun dapat melintas dengan rasa aman, seolah tanah yang sempat goyah kini dipeluk oleh dinding kokoh yang memberi ruang bagi kehidupan untuk terus bergerak maju. (dad/mar)