
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Acara wisuda VI Universitas KH Abdul Chalim (UAC) tampak Istimewa. Selain mewisuda banyak doktor atau S3 juga dihadiri banyak pejabat tinggi negara.
“Sebanyak 49 doktor atau S3 yang diwisuda. UIN pun belum pernah mewisuda doktor sebanyak itu,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kepada BANGSAONLINE di sela-sela berlangsungnya acara wisuda di kampus UAC Pacet Mojokerto, Ahad (21/9/2025).
“421 magister dan sisanya sarjana atau S1,” tambah Kiai Asep sembari mengatakan bahwa jumlah total yang lolos yudisium kali ini sebanyak 803 mahasiswa. Ini berarti jumlah mahasiswa UAC yang diwisuda terus bertambah. Catatan BANGSAONLINE, pada tahun 2024 UAC mewisuda 658 mahasiswa. Kini 803 wisudawan.
Acara sidang senat terbuka wisuda sarjana dan pascasarjana VI yang dipimpin Rektor UAC Dr KH Mauhibur Rokhman itu memang sangat meriah. Pantauan BANGSAONLINE di lokasi, acara wisuda yang digelar di halaman kampus UAC itu dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara. Antara lain Menteri Kebudayaan Dr Fadli Zon, MSc dan Menteri Koordinator (Menko) bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Bang Zul – panggilan akrab Zulkifli Hasan – datang sehari sebelumnya, Sabtu (20/9/2025). Ia buru-buru balik ke Jakarta karena harus mendampingi Presiden Prabowo Subianto untuk menghadiri Sidang PBB di Amerika Serikat.
Fadli Zon menyampaikan orasi ilmiah. Tokoh kepercayaan Presiden Prabowo itu menyoroti karakter UAC sebagai perguruan tinggi berbasis pesantren. Ia mengatakan bahwa UAC mampu menampilkan wajah Islam yang inklusif, moderat, dan menjunjung tinggi budaya bangsa.
“Kampus ini adalah contoh nyata bahwa institusi keilmuan modern tidak harus kehilangan jati diri sebagai bagian dari tradisi nusantara,” kata menteri berusia 54 tahun itu.
Ia menekankan pentingnya pendidikan tinggi yang berakar pada nilai-nilai budaya dan keislaman, serta peran budaya sebagai fondasi keilmuan kebangsaan.
“Budaya adalah jiwa dari pendidikan. Bangsa yang besar bukan hanya ditentukan oleh kekuatan ekonomi atau teknologi, tapi oleh karakter budayanya,” tegas aktivis berbagai organisasi itu.
Menurut dia, Indonesia merupakan bangsa yang kaya ekspresi budaya. Ia mengaku telah mengunjungi 101 negara. Tak ada negara yang mengalahkan Indonesia.
Karena itu, tegas Fadli Zon, Indonesia perlu membangun strategi globalisasi kebudayaan Indonesia agar bisa menjadi soft power yang diakui dunia. Menurut dia, negara lain sudah memanfaatkan budaya sebagai soft power. Contohnya Amerika dengan Hollywood.
Tampak juga Mayjen TNI (Purn) Surawahadi, komisaris independent PT Pindad. Ia mewakili Menko Polkam Jenderal TNI (Purn) Djamari Chaniago. Dalam sambutannya ia mengaku sangat kagum dengan UAC.
“Karena di sini tidak hanya orang yang mampu (bisa kuliah) tapi juga orang tak mampu,” kata mantan Pangdam XIV Hasanuddin itu. Di UAC memang banyak mahasiswa yang mendapat beasiswa.
Ia mengaku akan segera melaporkan tentang keberadaan UAC kepada Menko Polkam agar segera bisa berkunjung ke Amnatul Ummah. Ia juga akan mengundang Pangdam V/Brawijaya.
“Agar tahu bahwa di daerahnya ada perguruan tinggi yang luar biasa, tidak hanya orang mampu (yang kuliah) tapi juga orang tak mampu,” kata Mayjen TNI (Purn) Surawahadi.
Juga hadir Dr. Muhammad Hasan Chabibie, staf ahli Mendiktisaintek. Ia mewakili Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto. Selain itu juga hadir Prof Ojat Darojat PhD, Deputi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Ia mewakili Menko PMK Prof Dr Pratikno.
Hadir juga Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno. Ia mewakil Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar. juga Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa serta Bupati Mojokerto Dr Muhammad Al Barra (Gus Bara).
Kehadiran sejumlah pejabat tinggi negara itu membuat Kiai Asep lega.
“Alhamdulillah hadir semua,” ujar pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.
Kiai Asep tampak semakin bersemangat untuk mengembangkan UAC. Dalam sambutannya ia mengatakan akan segera membuka prodi umum. Termasuk fakultas kedokteran.
“Lahannya sudah ada,” tegas kiai miliarde tapi dermawan itu yang langsung mendapat tepuk tangan meriah. Kiai Asep bahkan juga mengaku akan mendirikan rumah sakit.
Kiai Asep kembali menegaskan bahwa UAC diproyeksikan sebagai perguruan tinggi internasional. “Kalau Al Azhar (Mesir) dan Harvard (Amerika) bisa kenapa kita tak bisa,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, mereka bisa menjadikan pergurun tinggi internasional karena mereka sudah lama memulai. Sudah puluhan tahun bahkan ratusan tahun.
“Kita baru memulai,” tegasnya.
“Mohon saya didoakan. Semoga umur saya mencapai 100 tahun,” ujar putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu. Semua yang hadir serentak mengucapkan amin.
Kiai Asep juga menyinggung tri dharma perguruan tinggi yang dilakukan UAC. Menurut Kiai Asep, untuk pengabdian masyarakat dirinya telah mengusulkan dua kiai besar sebagai calon pahlawan nasional. Yaitu KH Muhammad Yusuf Hasyim dari Pesantren Tebuireng dan KH Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet Jawa Barat.
Menurut Kiai Asep, dua kiai tersebut sudah lolos di Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan (TP2GP). “Sudah dinyatakan MS (memenuhi syarat),” ujar Kiai Asep.
Kiai Asep mengaku memfasilitasi penelitian dan penulisan profil dua kiai tersebut.
“Tiga hari setiap minggu,” tutur Kiai Asep menceritakan tim yang meneliti dan menulis profil dua kiai tersebut. Hasilnya luar biasa. Menutur Kiai Asep, banyak sekali sumber yang digali secara akademik.
Bahkan untuk Kiai Muhammad Yusuf Hasyim ada 100 lebih referensi. Maklum, Kiai Muhammad Yusuf Hasyim terlibat perjuangan fisik sejak usia 12 tahun.