
DAMASKUS, BANGSAONLINE.com – Tulisan Dahlan Iskan berjudul Uang Partai mengungkap tentang Pemilu legislatif di Syuriah. Menurut dia, pemilu legislatif di Syuriah akhirnya benar-benar tanpa partai.
“Golongan-golongan di masyarakat setempatlah yang mengajukan caleg. Lalu dipilih oleh rakyat dalam Pemilu. Terserah rakyat siapa yang akan jadi anggota DPR mewakili provinsi mereka,” tulis Dahlan Iskan di Disway, Kamis (16/10/2025).
“Pileg itu untuk memilih 2/3 anggota legislatif Suriah. Yang 1/3 lagi ditunjuk langsung oleh Presiden Ash-Sharaa. Parlemen itulah yang akan menyusun konstitusi Suriah. Termasuk merumuskan sistem politik demokrasinya,” tulis tokoh pers nasional itu lagi.
Seperti diberitakan, Syuriah sekarang dipimpin oleh Ahmad Al Shara. Ia menjabat sebagai presiden Pemerintahan Transisi Suriah sejak 29 Januari 2025. Ia semula adalah kepala panglima kelompok militan Suriah Tahrir al-Sham.
Al Shara menggantikan Basyar Hafiz al-Assad yang digulingkan pada tahun 2024 lalu. Assad adalah seorang politikus, perwira militer, dan dokter bedah Suriah. Ia menjabat sebagai presiden Suriah ke-19 dari Juli 2000 hingga penggulingannya pada Desember 2024. Sebagai presiden, dia juga Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Suriah.
Dahlan mengaku bahwa referensi tulisannya itu berasal dari Gus Najih Arromadoni, alumnus Suriah.
Menurut Gus Najih, Syuriah tak akan memakai sistem demokrasi ala Barat.
"Kelihatannya Syria tidak akan pakai sistem demokrasi ala Barat," ujar Gus Najih yang disertasi doktornya tentang ”mengapa para teroris dan ekstremis memfavoritkan ayat-ayat tertentu dalam Qu'ran”.
"Demokrasi Barat kelihatannya tidak cocok untuk negara-negara Arab. Di Arab itu dasarnya bergolongan-golongan dan bersuku-suku,“ tambahnya.
Gus Najih lalu memberi contohy revolusi Springs di negara-negara Arab. Menurut dia, tidak satu pun menghasilkan demokrasi gaya Barat. Mulai dari Libya sampai Tunisia. Dan kini akan kita lihat di Syria atau Suriah.
“Gus Najih pula yang memberi tahu saya bahwa banyak nomor mobil di sepanjang jalan yang bukan mobil Suriah. Lihat plat nomor ini Pak, bukan mobil Suriah," tulis Dahlan Iskan menirukan omongan Gus Najih.
Pagi itu, bulan lalu, tulis Dahlan Iskan, kami sedang jalan-jalan pagi. Di bagian elite kota Damaskus. Ternyata banyak terlihat mobil dengan plat nomor negara lain: Dubai, Dhoha, Kuwait, Saudi Arabia.
“Orang Dubai kini memang suka jalan-jalan ke Damaskus. Naik mobil. Hanya 30 jam. Kalau Anda yang mengemudi mungkin hanya 25 jam,” tulis mantan menteri BUMN itu lagi.
“Sambil lihat-lihat mobil asing itu saya juga bisa lihat: ternyata plat nomor mobil Suriah juga berubah. Anda bisa bandingkan dengan plat nomor di zaman kekuasaan diktator Basyar Al Assad yang juga masih ada di jalan-jalan. Begitu habis masa berlaku plat lama itu langsung ganti ke model yang baru,” tulisnya.
Menurut Dahlan, di Suriah, semua berubah: bendera, lagu kebangsaan, simbol negara, sampai plat nomor kendaraan.
“Ini peluang bagi Peruri. Tinggal uang Suriah yang belum berubah. Pasti akan berubah. Gambar di uang Suriah, Pound, masih foto penguasa lama yang amat mereka ingin segera lupa. Peruri sudah mencetak banyak uang negara lain. Apa salahnya segera bikin usulan untuk uang yang baru,” kata Dahlan Iskan.
Masih menurut Dahlan, Peruri bisa mengusulkan desain barunya seperti apa. Kertasnya jenis apa. Pengamanannya pakai teknologi apa. Peruri punya tim desain yang kuat.
“Teknologi percetakan Peruri juga canggih. Punya teknologi intaglio. Yakni teknologi penempatan tinta di lekukan molding. Intaglio bisa membuat tinta terasa timbul,” tulis Dahlan Iskan.
Menurut dia, ketika uang diraba terasa ada yang timbul di lembaran itu. “Uang palsu tidak akan bisa punya ciri seperti itu. Tinggal lajukan sedikit riset: tentang kejayaan masa lalu Syiria, potensi masa depannya, keunggulan peradaban dan budayanya,” tambahnya.
“Mumpung hubungan Indonesia dan Suriah sangat baik. Harus dimanfaatkan. Tidak banyak yang bisa diperbuat di sana. Mencetakkan uang adalah salah satu yang sedikit itu. Mereka pasti ingin menggantinya,” tulis lagi.
Menurut dia, sebelum perang saudara dulu uang Suriah dicetak di Inggris. Begitu Barat menjatuhkan sanksi ke negara itu yang Syria dicetak di Russia. Berarti Indonesia bisa menggantikan Inggris dan Russia.
“Mereka tidak perlu partai. Mereka perlu uang,” tulis Dahlan Iskan mengakhiri tulisannya.