Di Pesantren Kampung NU Kapuas, Kiai Asep Tegaskan Guru Harus Doakan Murid, Ini Lima Waktu Istijabah

Di Pesantren Kampung NU Kapuas, Kiai Asep Tegaskan Guru Harus Doakan Murid, Ini Lima Waktu Istijabah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim dan rombongan, pengurus NU serta santri saat shalat malam dan shalat witir di Masjid An Nur Pondok Pesantren Kampung NU Amanatul Ummah Humbang Raya Kapuas Kalimantan Tengah (Kalteng), Selasa (14/10/2025). Foto: M. Mas'ud Adnan/bangsaonline.

KAPUAS, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kembali mengunjungi Pondok Pesantren Kampung NU Amanatul Ummah di Humbang Raya Kabulaten Kapuas Kalimantan Tengah. Kiai Asep bahkan menginap di pesantren yang letaknya di tengah hutan yang baru seminggu lalu teraliri Listrik.

“Kita tidur di pondok itu saja sambil masak-masak. Telur atau apa,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, ketika tiba di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Senin (13/10/205).

Kiai Asep menyampaikan itu ketika Haji Junaidi Siregar, seorang pengusaha di Palangkaraya, menjemput kiai miliarder tapi dermawan itu di bandara. Saat itu Haji Junaidi bertanya apakah Kiai Asep akan istirahat di hotel.

Selain Haji Junaidi tampak Ketua Tanfidziah PCNU Palangkaraya KH Syahrun menjemput Kiai Asep dan rombongan. Dalam rombongan Kiai Asep tampak Dr Eng Fadly Usman, Wakil Ketua Umum PP Pergunu, Muhammad Ghofirin, Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN), Haji Muhammad Fachruddin, wakil Ketua PAN Jawa Timur dan lainnya.

Kiai Asep tampak senang karena Pesantren Kampung NU itu telah dialiri listrik. “Ini sudah 70 persen modal kita,” katanya.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim dan rombongan serta pengurus NU dan Pergunu sarapan pagi seadanya di halaman Pondok Pesantren Kampung NU Amanatul Ummah Humbang Raya Kapuas Kalimantan Tengah (Kalteng), Selasa (14/10/2025). Foto: M. Mas'ud Adnan/bangsaonline.

Sebelumnya pesantren kampung NU memakai penerangan genset dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga tak bisa bertahan lama. Bahkan jam 22.00 sudah redup.

Kiai Asep sengaja bermalam di pondok pesantren tersebut, meski fasilitasnya masih minim, karena untuk mengimami salat malam. Pukul 3.00 dinihari Kiai Asep dan rombongan juga santri serta ustadz sudah bangun. Mereka langsung menuju Masjid An Nur Humbang Raya yang dibangun tak jauh dari gedung sekolah dua lantai yang berdiri tegak di pesantren tersebut.

Sembari menjelaskan kaifiyah (cara) dan fadlilah (keutamaan) shalat malam, Kiai Asep mengimami shalat berjemaah itu sebanyak 12 rakaat dengan 6 kali salam. “Nanti Ustadz Lukman menjadi imam shalat seperti ini bersama para santri,” kata Kiai Asep kepada salah seorang guru yang membimbing sekaligus mengajar di pesantren tersebut.

Sudah ada sembilan santri di Pesantren Kampung NU itu. “Nanti setelah kita dapat 12 rakaat, kita sujud, diluar shalat,” ujar Kiai Asep. “Saat sujud ada bacaannya sendiri, nanti saya baca pelan-pelan, panjenangan mengikuti. Setelah baca doa itu kita menyampaikan hajat-hajat kita kepada Allah SWT,” kata putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu.

Menurut Kiai Asep, apapun permintaan dan kebutuhan kita, tumpahkan saat sujud itu kepada Allah. Kiai Asep cukup lama sujud. “Karena banyak yang saya minta. Allah senang kalau kita minta, kalau manusia tidak senang kalau dimintai,” jelas kiai miliarder tapi dermawan itu.

“Setelah ini kita tutup shalat hajat ini dengan shalat witir itu tiga rakaat dengan dua kali salam,” kata Kiai Asep kemudian. “Al witru haqqun, alwitru haqqun, alwitru haqqun, witir itu wajib, witir itu wajib, witir itu wajib,” tegas Kiai Asep sambil berdiri.

Setelah merampungkan shalat witir tiga rakaat, salah seorang jemaah menginformasikan bahwa waktu Subuh sudah masuk. Kiai Asep minta ada jemaah yang adzan. “Kalau suatu saat tak sempat shalat malam, maka jangan sampai kita tak shalat Subuh berjemaah,” kata Kiai Asep mengingatkan.

Menurut Kiai Asep, shalat Subuh secara berjemaah sangat penting, meski hanya dengan istri. “Karena kalau kita shalat Subuh berjemaah, meski hanya dengan istri, maka hidup kita akan ditanggung oleh Allah,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.

Kiai Asep mengajak para pengelola pesantren kampung NU tidak putus asa dalam berjuang. “Kita ini para pejuang. Kita berjuang di jalan Allah. Pak Haji Junaidi berjuang dengan hartanya. Bahkan juga ikut turun,” kata Kiai Asep. Begitu juga yang lain, termasuk Ketua PCNU Palangkaraya Kiai Haji Syahrun dan para pengurus NU serta Pergunu.

Menurut Kiai Asep, Allah telah berjanji akan memberikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah. “Tidak sama orang yang hanya duduk-duduk dengan orang yang berjuang di jalan Allah,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa di balik kesulitan pasti disertai kemudahan.

“Dan kalau sudah kemudahan nanti akan terus diberi kemudahan,” kata Kiai Asep memotivasi para pengelola pondok pesantren kampung NU.

Ia juga berpesan kepada para ustadz, selain mentradisikan shalat malam dan shalat berjemaah juga instiqaman mendoakan para santrinya. Terutama pada malam Jumat. “Karena pada malam Jumat itulah doa dikabulkan,” tegas kiai yang memiliki puluhan ribu santri itu.

Menurut Kiai Asep, ada lima momen doa dikabulkan oleh Allah. Pertama, tanggal 1 bulan Rajab. “Lailatul ula min Rajab,” ujar Kiai Asep.

Kedua, malam 15 Sya’ban. Ketiga, malam Jumat. Keempat, malam Idul Fitri dan kelima, malam Idul Adlha.