Anggota DPD RI Dapil Jatim, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, saat mengampanyekan Stop Pernikahan Dini di SMAN 19 Surabaya.
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Meski angka pernikahan anak di Jawa Timur menurun dari 10,44 persen (2021) menjadi 8,86 persen (2023), praktik pernikahan dini masih menjadi ancaman serius bagi masa depan remaja.
Hal tersebut mendorong anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, mendukung gerakan nasional 'Stop Pernikahan Dini, Selamatkan Generasi dari Risiko Janda Usia Sekolah' dalam kegiatan edukatif di SMAN 19 Surabaya pada Senin (10/11/2025).
Agenda tersebut digelar oleh Pijar (Pokja Instan Jurnalistik Keluarga Berencana) bekerja sama dengan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Timur.
Dalam pemaparannya, Ning Lia menyampaikan bahwa penurunan angka tidak berarti kondisi sudah aman. Di balik statistik, masih banyak remaja perempuan yang kehilangan masa sekolah, terjebak masalah ekonomi, dan berisiko menjadi 'janda usia sekolah'.
“Fenomena janda usia sekolah harus menjadi alarm bagi kita semua. Remaja yang menikah di usia muda berisiko mengalami stres, kesepian, bahkan stigma sosial. Mereka juga rentan terhadap masalah ekonomi dan kesehatan reproduksi,” kata Ning Lia.
Perempuan yang dinobatkan sebagai Wakil Rakyat Terpopuler versi ARCI 2025 itu menekankan, pernikahan dini berdampak luas terhadap pembangunan sosial dan ekonomi bangsa.
Ia juga mengaitkan isu ini dengan Teori Nilai Anak dan Hierarki Kebutuhan sebagai modal manusia. Menurut dia, anak harus dipandang sebagai investasi masa depan melalui pendidikan dan pengasuhan yang berkualitas.
“Anak adalah aset bangsa. Mereka harus tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh kasih sayang agar bisa mencapai aktualisasi diri sebagaimana digambarkan dalam teori Maslow,” ucap perempuan penerima penghargaan kategori Legislator Peduli Kesejahteraan Sosial.
Ning Lia turut mengapresiasi Pemprov Jatim atas penurunan angka pernikahan dini dan mengajak pelajar untuk fokus pada pengembangan diri.
“Hidup bukan tentang kemewahan atau mencari pasangan secepatnya. Hidup adalah tentang bersyukur, berkarya, dan mempersiapkan masa depan yang bermakna,” pesan senator cantik yang dikenal dekat dengan Gen Z.
Ia pun memuji inovasi sosial yang dilakukan SMAN 19 Surabaya, seperti mendorong siswa menjadi konten kreator positif.
“Kalau ada anak-anak yang melakukan hal yang negatif maka yang salah itu kita sebagai orang tua, maka kita harus melakukan filterisasi agar anak-anak tumbuh baik,” kata senator perempuan di Indonesia dengan raihan suara terbanyak, 2,7 juta suara.
Sebagai penutup, Ning Lia menyuarakan semangat kampanye positif dari Pijar.
“Ayo lupakan mantan, fokus bangun karya! Anak muda jangan hanya suka pacaran, tapi banyaklah berkarya untuk bangsa,” tuturnya disambut tepuk meriah dari peserta kampanye.
Sementara itu, Ketua Pijar, Tunggal Teja Asmara, menjelaskan bahwa program edukatif ini bertujuan meningkatkan kesadaran siswa terhadap bahaya pernikahan dini.
“Kami ingin siswa-siswi memahami bahwa menikah muda bukan solusi, justru bisa mengancam masa depan mereka. Dari stunting, risiko kematian ibu dan bayi, hingga masalah sosial seperti JUS,” katanya.
Sedangkan Plh Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Sukamto, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk perjuangan modern melalui pendidikan sosial, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menunjukkan penurunan permohonan dispensasi kawin (diska) dari 17.151 kasus (2021) menjadi 12.334 kasus (2023).
Kepala SMAN 19 Surabaya, Agustina Pertiwiningrum, menegaskan pentingnya peran sekolah dalam edukasi reproduksi remaja.
“Suara lantang pencegahan pernikahan dini harus dimulai dari sekolah. Anak-anak perlu memahami bahwa menunda pernikahan berarti memberi kesempatan bagi diri mereka untuk sukses,” ujarnya. (mdr/mar)













