SURABAYA,BANGSAONLINE.com -Warna hijau menjadi salah satu simbol utama dalam perayaan Natal dan paling sering muncul pada pohon Natal, dekorasi, hingga ornamen.
Kehadiran warna ini bukan sekadar unsur estetika, melainkan memiliki makna spiritual, historis, dan psikologis yang kuat.
Dalam artikel yang dimuat di laman rhiannonpiper.com, dijelaskan bahwa warna hijau pada Natal berasal dari pohon cemara atau evergreen, jenis pohon yang tetap hijau sepanjang musim dingin.
Ketika alam tampak gersang dan mati, pohon ini justru tetap hidup, sehingga hijau dimaknai sebagai simbol kehidupan yang abadi dan harapan.
Dalam konteks kekristenan, hijau sering dikaitkan dengan janji keselamatan dan kehidupan kekal melalui kelahiran Yesus Kristus.
Sejumlah literatur teologi juga menghubungkan warna hijau dengan harapan (hope), salah satu dari tiga kebajikan teologis selain iman (faith) dan kasih (love), yang kerap ditekankan dalam renungan Natal.
Penggunaan warna hijau dalam Natal juga dipengaruhi tradisi pra-Kristen di Eropa. Masyarakat kala itu menghias rumah dengan tanaman hijau seperti holly dan ivy saat musim dingin sebagai simbol kelangsungan hidup dan keberuntungan.
Tradisi tersebut kemudian diadopsi dalam perayaan Natal dan dimaknai ulang secara religius.
Dari sudut pandang psikologi warna, hijau dikenal memberikan efek menenangkan, seimbang, dan menyegarkan. Warna ini diasosiasikan dengan alam, pembaruan, kesehatan, dan harmoni, sehingga memperkuat maknanya sebagai simbol kedamaian dan pengharapan yang menjadi ruh utama perayaan Natal.






