SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tim Mata Kuliah Wajib Umum Universitas Airlangga (MKWU) bekerjasama dengan Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam (ADPISI) mengadakan seminar dan call for paper berjudul “Membangun Indonesia Berbasis Nilai-nilai Agama dalam Berbagai Bidang”, Kamis hingga Jumat (19-20/11) hari ini.
Bertempat di Ruang Kahuripan, Kantor Manajemen UNAIR, seminar ini dihadiri oleh empat keynote speakers, 50 pemakalah, dan ratusan peserta seminar.Keempat keynote speakers tersebut adalah Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (Sekjen Kementerian Agama RI), Prof. Mochammad Amin Alamsyah, M.Si., Ph.D (Wakil Rektor III UNAIR), Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D (Staf Khusus Menteri Sosial RI), dan Dr. Syahidin, M.Pd (Ketua Umum ADPISI Pusat).
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Tujuan diselenggarakan acara ini yaitu untuk membangun kesepahaman dan sinergi antar dosen Pendidikan Agama Islam dan berbagai pihak, baik dari kalangan akademisi, praktisi, politisi, dan masyarakat umum untuk ikut berkontribusi dalam upaya membangun Indonesia yang berbasis pada nilai-nilai agama. Selain itu, dari seminar ini diharapkan nantinya dapat terwujud Indonesia yang kuat disegala bidang yang didasarkan pada nilai-nilai agama.
Ada 50 dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang akan mempresentasikan masing-masing makalah selama dua hari, yakni Kamis dan Jumat. Pada kesematan ini, Drs. H. Syaifullah Yusuf atau yang lebih akrab disapa Gus Ipul juga turut hadir memberikan sambutan. Gus Ipul berharap dosen pengajar agama Islam bisa menanamkan kepada mahasiswa akan ke-Indonseiaan. Negara ini lahir hakikatnya juga berdasarkan nilai agama.
“Dalam hal ini, dosen Pendidikan Agama Islam memiliki peran strategis dalam menyalurkan ilmu-ilmu tersebut.Dosen-dosen agama Islam harus bisa menjelaskan dengan baik bagaimana proses pendidikan dan pengajaran yang telah berlangsung di kampus-kampus,” tutur Gus Ipul.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
Pada kesempatan ini, Nur Syam menyampaikan materi tentang peran pemerintah dalam membumikan agama sebagai acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Nur Syam, dinamika konfliktual yang terjadi di Indonesia sesungguhnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari keberadaan masyarakat majemuk yang memiliki perbedaan dalam banyak hal, dan masing-masing memiliki egoisme yang tidak mudah untuk diperdamaikan. Mereka sama-sama beranggapan bahwa pandangannya saja yang benar dan sementara pandangan yang lain salah.
“Jadikan agama sebagai pendorong untuk pembangunan bangsa. Ajaran agama yang luhur harus digunakan untuk mendorong pembangunan bangsa yang sedang berlangsung. Agama sebagai basis etika mengajarkan tentang bagaimana membangun suatu bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan,” tutur Nur Syam.
Sementara itu, Prof Amin memberikan materi mengenai mewujudkan kesejahteraan masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama serta potensi sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University
“Kemajuan Islam tidak terlepas dari peran serta ilmuwan Islam, termasuk para ekonom muslim. Peran para ilmuwan muslim tersebut terinspirasi oleh pesan wahyu Al Quran untuk pendayagunaan akal. Inilah mutiara yang hilang dewasa ini dan sebagai akibatnya dunia Islam tertinggal dan kehilangan daya saing. Motivasi keilmuwan lebih banyak diisi oleh keinginan memiliki materi sebanyak mungkin (materialisme). Logika masyarakat sekarang tentang kesejahteraan terkontruksi dengan pemikiranmaterialisme,” tutur Prof. Amin.
Prof. Amin juga menuturkan bahwa Islam memiliki konsep kesejahteraan yang jauh lebih bagus dibanding konsep-konsep ekonomi barat. Kesejahteraan dalam pandangan Islam bukan hanya dinilai dengan ukuran material saja, namun juga dinilai dengan ukuran non-material, seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual, terpeliharanya nilai-nilai moral, dan terwujudnya keharmonisan sosial.
Menurutnya, masyarakat sejahteradalam perspektif Islam adalah bila terpenuhi dua kriteria yakni pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok setiap individu, baik pangan, sandang, papan, pendidikan, maupun kesehatannya, dan kedua, terjaga dan terlidunginya agama, harta, jiwa, akal, dan kehormatan manusia.
Baca Juga: Gala Dinner Pimnas ke-37 Unair, Pj Gubernur Jatim Komitmen Dukung Perkembangan Perguruan Tinggi
“Dengan demikian, kesejahteraan tidak hanya buah sistem ekonomi semata. Melainkan juga buah sistem hukum, sistem politik, sistem budaya, dan sistem sosial,” papar Prof Amin.
Seminar dan diskusi paralel ini dilangsungkan selama dua hari, yakni pada Kamis-Jumat. Sejumlah 50 pemakalah yang merupakan dosen dari berbagai perguruan tinggi akan mempresentasikan masing-masing makalah mereka dalam diskusi paralel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News