Bos Freeport James Moffett Mundur, JK Berang Keluarganya Dituding dapat Saham

Bos Freeport James Moffett Mundur, JK Berang Keluarganya Dituding dapat Saham Chairman Freeport-McMoran James R. Moffet, memberi keterangan pers mengenai kesepakatan pemerintah Indonesia dengan PT. Freeport Indonesia di Kementerian ESDM, Jakarta, 25 Januari 2015. Foto: antara

NEW YORK, BANGSAONLINE.com - Co Founder McMoran James Moffett mundur sebagai pimpinan dan keluar dari jajaran dewan perusahaan beberapa bulan setelah penambang menambahkan dua direktur baru di bawah tekanan dari investor miliarder, Carl Icahn. Moffett dan jajaran dewan telah mencapai kesepakatan atas keputusan itu.

"Setelah pertimbangan baik-baik, dewan memutuskan pergantian kursi kepemimpinan akan menjadi hal baik bagi perusahaan dan pemangku kebijakan," kata juru bicara perusahaan lewat surat elektronik. Senin kemarin saham sendiri jatuh lebih dari 9 persen ke US$ 6.86.

Baca Juga: Tim Melek Industri Bedanten Gresik Gelar Giat Religi

Dilansir dari Reuters.com, Moffett yang pensiun sebagai ketua tetap akan menjadi konsultan bagi jajaran dewan dan perusahaan dalam beroperasi di Indonesia. Sebab, Moffett memainkan peran penting dalam pengembangan salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, Grasberg.

Icahn yang memiliki 8.8 persen pada 22 September lalu mengkritik pengeluaran penambang, struktur modal, dan kompensasi eksekutif di saat harga komoditas yang tengah melemah.

"Sejak Moffett menjadi ketua. Laju saham menurun drastis dari US$ 60 ke US$ 7, dan saat saham mencapai US$ 60, mereka memutuskan untuk melebarkan bisnisnya dari logam dan tambang menuju minyak. Hal itu merupakan keputusan yang buruk," kata Ivan Feinseth, analis dari Tigress Financial Partners.

Baca Juga: Smelter Freeport di Gresik Resmi Beroperasi, Telan Anggaran hingga Rp58 Triliun

masuk ke ranah bisnis minyak dan gas pada 2013 dengan mengakuisisi Plains Exploration and McMoRan Exploration senilai US$ 9 miliar. Hal tersebut dianggap mengejutkan sebab Moffett merupakan pemegang saham terbesar dan merupakan direktur utama. 

Moffett sudah menjadi pimpinan dan juga sesepuh perusahaan sejak 1984. Ia juga merupakan pendiri McMoRan Oil&Gas Co di 1969 dan memimpin bergabungnya dengan Minerals Co di 1981. Kepergiannya datang beberapa bulan setelah merombak dengan tidak biasa struktur "jabatan ketua".

"Ketua" yang terdiri atas Moffett, Chief Executive Richard Adkerson, dan James Flores, kepala perusahaan bisnis minyak dan gas, dinilai menghambat peran kepemimpinan direktur independen.

Baca Juga: Bikin Macet, Warga Hadang dan Sweeping Bus Pekerja Smelter Freeport di Gresik

Kemarin juga mengumumkan Gerald Ford yang telah memimpin direktur independen sejak 2013 menjadi pimpinan noneksekutif. Dengan tugas baru ini Moffett akan mendapatkan bayaran konsultasi tahunannya sebesar US$ 1.5 juta.

Di sisi lain, Wakil Presiden geram lantaran banyak pihak yang menyudutkannya dalam kasus . Keluarga Kalla, yakni adik iparnya, Aksa Mahmud; dan keponakannya, Erwin Aksa, dituding bertemu dengan bos , Jim Bob atau James R. Moffet, dan mendapat saham 40 persen dalam rencana pembangunan smelter di Mamberamo, Papua.

"Saya tidak tahu. Pokoknya begini saja deh, kalau memang benar ada proyek smelter dibangun oleh Aksa, ambil saja keuntunganya," kata Kalla, di kantornya, Senin, 28 Desember 2015. "Tapi kalau tidak, yang mempermasalahkan itu musti bayar jumlah yang sama. Hati-hati."

Baca Juga: Golkar Partai Tanpa Ideologi dan Peluang Jokowi Jadi Ketua Umum

Kalla mengatakan pertemuan antara kerabatnya dan bos itu tidak terkait dengan pembangunan smelter. Dia geram lantaran saat ini banyak pihak yang menuding tanpa disertai fakta dan data yang jelas. Sebelumnya, Kalla pernah mengatakan pertemuan antara Aksa dan Jim Bob hanya membahas soal bisnis semen, bukan smelter.

Dia juga menilai kerja sama yang dilakukan kerabatnya dan bos itu sebagai bentuk bahwa pengusaha Indonesia bisa bersaing dengan pengusaha asing. Artinya, Jim Bob memperhitungkan kualitas perusahaan asal Indonesia, yang dikelola Aksa, untuk bergabung bisnis tanpa ada unsur politis. 

"Kalau urusan dagang, ya dagang. Daripada orang Cina yang jadi kontraktor," kata Kalla. "Pengusaha nasional atau pribumi kerja di daerah cari proyek yang bagus, apa salahnya? Jangan anti dengan pengusaha."

Baca Juga: Kritik Jokowi-Ma’ruf, Jusuf Kalla: Pemerintah Sekarang Habiskan Anggaran untuk Hal Tidak Efisien

Sebelumnya, dalam sebuah artikel di situs berita nasional, kerabat Kalla, Aksa Mahmud, disebut menerima saham 40 persen sebagaifee dalam rencana pembangunansmelter oleh PT Indonesia di Mamberamo, Papua. Dalam artikel itu juga menyebut kubu Kalla menerima imbalan atas rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Sumber: Tempo.co

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO