Secangkir Kopi Mirna Bisa Tewaskan 25 Orang Seketika

Secangkir Kopi Mirna Bisa Tewaskan 25 Orang Seketika Polisi menggelar pra-rekonstruksi kematian Wayan Mirna Salihin di Kafe O, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. foto: kompas

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Masih ingat dengan kisah tragis yang menimpa Wayah Mirna Salihin yang tewas usai minum kopi di di Olivier Cafe, Grand Indonesia, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu. Ternyata, kandungan racun sianida yang terdapat dalam cangkir kopi Mirna, bisa membunuh 25 orang sekaligus.

Hal itu diketahui saat Penyidik Direkorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah merilis jenis racun yang menewaskan Wayan Mirna setelah mengonsumsi kopi yang dicampur racun sianida.

Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Polri, Kombes Anton Castilani menyebut racun jenis sianida sangat berbahaya. Racun ini biasanya ditemukan dalam bentuk gas, kristal, serbuk dan cair.

Dia menjelaskan seseorang dapat tewas jika mengonsumsi sianida dengan kadar 150 sampai 200 miligram. Sedangkan dari hasil temuan polisi, dalam tubuh Mirna ditemukan racun sianida dengan kadar 3.750 miligram.

"Secangkir kopi Mirna dapat mengakibatkan kematian 20 sampai 25 orang," kata Anton, (19/1).

Dijelaskan Anton, jika sianida masuk ke dalam tubuh maka respirasi sel atau pernafasan sel akan terhambat. Setelah itu, lanjut dia, penyerapan oksigen pun terganggu dan berakibat pada kinerja sistem organ tubuh yang melemah. "Reaksi pertama jelas karena kekurangan oksigen. Korban akan merasa pusing, gelap, seperti kehilangan kesadaran," ujarnya.

Setelah semua sistem organ tubuh mulai melemah, maka pada saat itu juga sianida langsung melumpuhkan organ vital seperti paru-paru, jantung serta otak. Kemudian, korban akan mengalami kejang, berhenti bernafas dan fungsi jantung berhenti.

"Tergantung cara masuknya racun dan konsentrasi racun. Yang tercepat kalau masuk melalui pernafasan atau inhalasi. Kalau lewat kulit lebih lambat. Yang pasti dengan dosis lethal kematian terjadi dalam hitungan menit," tandas Anton.

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Krishna Murti menyatakan, pelaku pembunuh Wayan Mirna Salihin diduga kuat berada di Kafe Olivier Mal Grand Indonesia, saat peristiwa.

"Yang memasukkan racun di tubuh Mirna ada di tempat kejadian perkara (TKP) Kafe Olivier," kata Krishna Murti.

Ia mengatakan kemungkinan besar pelaku menyaksikan kematian Mirna di Cafe Olivier. Namun, polisi tidak mau terburu-buru mengungkapkan siapa pembunuh Mirna.

Khrisna menegaskan, segala barang bukti, hasil penyidikan, dan hasil laboratorium forensik akan menjadi bukti yang kuat. Khrisna yakin timnya dapat mengungkap tabir kasus Mirna.

"Kami tak mengundur-undur atau lambat memeriksa, tapi penetapan tersangka memang memerlukan gelar perkara resmi yang dihadiri semua elemen penyidikan."

Penyidik juga kembali memanggil beberapa saksi untuk dimintai keterangan. Salah satunya, teman yang bersama dengan Mirna saat minum kopi. Dan tak menutup kemungkinan saksi akan bertambah.

Di sisi lain, Pengacara Jessica Wongso, Yudi Wibowo Sukitno menyebut kliennya depresi. Yudi mengungkapkan itu saat mendampingi Jessica, teman nongrkong Mirna, menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Selasa (19/1).

Menurut Yudi, Jessica menjadi depresi karena melihat pemberitaan di media yang menyudutkan dirinya. "Dia itu depresi karena pemberitaan di media. Dia itu tidak berbuat salah," kata Yudi kepada wartawan di Polda Metro Jaya.

Dia menjelaskan bagaimana kronologi awal mula pemesanan kopi yang menewaskan Mirna Salihin di Olivier Cafe, Grand Indonesia, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu. Polisi memastikan jika kopi yang ditenggak Mirna mengandung zat kimia berbahaya jenis sianida.

Yudi menceritakan, hubungan persahabatan empat orang yakni Jessica bersahabat dengan Wayan Mirna, Hani, dan satu orang yang belum diketahui namanya, saat mereka masih menjadi mahasiswi di sebuah perguruan tinggi Billy Blue College di universitas Australia. Jessica memilih Fakultas Design berbeda dengan sahabatnya yang lain.

"Saya tidak tahu mereka (teman Jessica) Fakultas apa saja," ucap Yudi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Selasa (19/1).

Mereka berempat kemudian lulus pada tahun 2008. Saat semua teman pulang ke Indonesia Jessica memilih menetap di Australia. Jessica bekerja sebagai Design Grafis di Negeri Kangguru tersebut.

Kemudian Jessica pulang pada 5 Desember 2015 dan hendak mencari pekerjaan di Indonesia. Lalu mereka berempat berencana untuk kumpul kembali di kafe Olivier Grand Indonesia pada 6 Januari 2015.

"Sebelumnya mereka berkomunikasi melalui WhatsApp untuk mencari tempat bertemu," ujar Yudi.

Lalu, Mirna memilih Mal Grand Indonesia sebagai tempat pertemuan. Jessica sampai lebih dulu di lokasi, tiga sahabatnya lalu menyusul datang, karena tidak tahu dia pun kemudian berkeliling GI terlebih dulu.

Jessica menawarkan dua kafe pada sahabatnya itu. Kemudian, Mirna lah yang menentukan mereka berkumpul di Kafe Olivier GI dengan alasan Mirna sudah sering datang ke kafe itu.

Jessica kemudian mendatangi kafe yang dimaksud, lalu pelayan segera mengantarkan ke mejanya dan Jessica memesan tiga minuman. "Satu temannya enggak bisa datang karena masih kerja," terang Yudi.

Jessica langsung membayar minuman tersebut dengan alasan ingin mentraktir sahabat lamanya itu. Jessica juga tidak tahu menahu tentang budaya di kafe tersebut jika pembayaran bisa dilakukan nanti. "Jessica mengira kafe tersebut semacam restoran cepat saji," paparnya.

Selain itu, sambung Yudi, karena selama ini ketika mereka berkumpul selalu Mirna yang mentraktir. Maka ketika ada kesempatan, Jessica gunakan untuk membayar lebih dulu sehingga saat Mirna datang dia tidak lagi membayar.

"Sambil menunggu Jessica duduk saja, sambil main handphone, dia tidak menyangka bakal terjadi peristiwa seperti itu," tutup Yudi. (mer/kcm/rev)