Operasi Pembebasan Tunggu Filipina, TNI AU Siap Buru Penyandera 10 WNI

Operasi Pembebasan Tunggu Filipina, TNI AU Siap Buru Penyandera 10 WNI Aksi simulasi pembebasan sandera oleh teroris yang dilakukan pasukan TNI AU saat upacara HUT ke-70 TNI AU, di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (9/4). foto snd

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - TNI Angkatan Udara (AU) siap mengikuti operasi pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok separatis Filipina, Abu Sayyaf. Sejumlah pasukan TNI AU bahkan sudah stanby di Tarakan, Kalimantan Utara. Hingga Sabtu (9/4), para keluarga 10 WNI belum menerima kabar apapun terkait nasib keluarga mereka.

Meski demikian, para keluarga ini berharap 10 WNI dalam kondisi selamat. Mereka selama tujuh hari ini, menggelar doa dan pengajian untuk keselamatan 10 WNI tersebut. 

Pembebasan 10 WNI ini dilakukan pemerintah dengan beragam cara, termasuk jika nantinya harus melalui jalur militer. TNI AU mengaku siap dilibatkan.

"Kita sudah siap. Semua (pasukan) sudah di sana sudah dibawa (di Tarakan)," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KaSAU) Marsekal Agus Supriatna Agus usai peringatan HUT ke-70 TNI AU yang digelar di Way Eco, Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (9/4) dikutip dari merdeka.com.

Agus mengungkapkan, saat ini pasukan tinggal menunggu saja arahan dan mandat dari atasan Filipina untuk bertindak."Kita masih menunggu izin mandat dari Filipina. Kita punya kemampuan untuk itu, terutama kemampuan surveillance, karena kita mampu memantau gerak orang pada satu titik," ujarnya.

"Gerakan itu mau dia sembunyi di mana saja kita bisa tangkap. Tapi kan balik lagi, segala sesuatu bergantung izin dari pemerintah sini maupun izin Filipina,” pungkasnya.

Terpisah, ayah kandung Bayu Oktaviano, salah satu korban asal Desa Mendak, Delanggu, Klaten, Sutomo mengatakan hingga Sabtu (9/4) pagi ini dirinya belum menerima kabar apapun. Baik dari PT Patria Maritim Line cabang Banjarmasin tempat anaknya bekerja maupun dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

"Belum ada informasi apa-apa mas. Baik dari pemerintah dan perusahaan. Belum ada yang menelepon saya," ujar Sutomo kepada merdeka.com.

Meski cemas dan sedih, Sutomo berharap pemerintah segera berusaha membebaskan anaknya dan 9 ABK lainnya. Dia sangat berharap Bayu dan ABK lainnya bebas dalam kondisi selamat.

Selama menunggu, Sutomo bersama istrinya Rahayu dan keluarga tak henti melakukan doa dan tirakat.

Sutomo bahkan sampai 4 hari terakhir tidak tidur dari malam hingga subuh. Dalam 7 hari berturut-turut dia bahkan mengelar pengajian di rumahnya untuk kepulangan Bayu.Terkait batas waktu penyanderaan atau penyerahan tebusan yang ditetapkan Abu Sayyaf, yakni tanggal 8, Sutomo mengaku berdasarkan informasi dari perusahaan dan Kemenlu, tidak ada batasan.

Sedangkan kondisi 10 sandera, Sutomo mengatakan, para ABK dalam keadaan sehat.

Di sisi lain, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) Arief Dharmawan membenarkan bahwa pihaknya memberikan remisi 10 tahun penjara kepada terpidana terorisme Umar Patek. 

Dia juga menjelaskan bahwa Umar Patek lah yang mengajukan diri untuk menjadi mediator membebaskan 10 Warga Negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina dua pekan terakhir.

"Umar Patek jangankan yang lain narapidana ditahan di Lapas punya hak yang dapat revisi. itu sudah ada diundang-undang. Itu hak warga negara dan hak narapidana mendapatkan revisi tadi," ucapnya usai menghadiri acara di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (8/4) malam.

Arief bersyukur bahwa Umar Patek menawarkan diri untuk bisa membantu pemerintah RI membebaskan 10 WNI yang ada di sandera.

"Alhamdulillah saya pribadi menghargai, seperti Umar Patek, Nasir Abas menawarkan diri untuk membantu membebaskan sandera di Filipina tapi kan saya cuma deputi ini direktur. Kita sampaikan kita bentuk kita coba lihat negosiasi mana yang bisa kita dilakukan. semua kita laporkan ke pemerintah," bebernya.

"Yang namanya orang yang ngasih bantuan masa gak boleh? seneng banget Alhamdulillah dia mau bantu, kami tahu jalannya gitu. 'Yaudah Mar gue lepas ya bawa 10 lagi kemari' gak sesederhana itu," tambahnya.

Dia juga menegaskan bahwa Umar Patek tidak langsung ditugaskan untuk membebaskan 10 WNI tersebut. Pihaknya pun menurutnya akan melakukan koordinasi dengan pemerintah.

"Pemerintah dengan pemerintah ini bukan gak mungkin semuanya dikoordinasikan kebijakan pemerintah. Iya kalo dia mau bebasin, kalau gak?," tandasnya.

Diketahui sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tidak membantah adanya rencana melibatkan narapidana terorisme dalam negosiasi pembebasan sandera WNI di Filipina Selatan. "Yang penting, kalau yang disandera selamat kenapa enggak," kata Ryacudu di Jakarta.

Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar Patek disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom. Terpidana teroris asal Jawa Tengah ini hidup berpindah-pindah negara. Tapi pria blasteran Jawa-Arab ini bermukim paling lama di Mindanao Filipina serta Afghanistan. (dtc/mer/sta)