LUMAJANG, BANGSAONLINE.com - Perajin batik Lumajang kini sangat membutuhkan bantuan pemasaran. Sebab, beberapa tahun ini penjualan sangat menurun dibandingkan tahun 2013-2014 yang sangat booming.
Salah satu perajin batik yang merasakan susahnya penjualan batik, adalah Nur Azizah, owner Batik Menak Koncar yang beralamat di Dusun Biting Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Lumajang.
Baca Juga: Menhan RI Saksikan Fire Power Demo di Lumajang, Pj Gubernur Jatim Puji Kekuatan Alutsista TNI AU
"Saat ini saya sangat merasakan sulitnya pemasaran. Kami harap pemerintah atau siapa saja bisa membantu penjualan batik-batik saya," ujar Zizah.
Apakah tidak melakukan penjualan secara online? Ibu muda ini mengaku belum bisa memasarkan secara online. "Sementara ini hanya lewat facebook atau BBM dan WA. Itupun pembelinya lokalan saja. Batik saya belum punya website khusus dan belum juga dijual di mall online," jawab perempuan berkerudung ini.
"Kalau ada yang mau menjualkannya saya amat berterimakasih," lanjutnya.
Baca Juga: Alasan Prestasi, Keluarga Besar Ponpes Syarifuddin Lumajang Doakan Khofifah Jadi Gubernur 2025-2030
Ia pun menuturkan soal usaha batiknya yang didirikan pada tahun 2012. Hanya berbekal ilmu membatik yang diperoleh melalui kursus singkat, bermodal Rp 1 juta iapun memberanikan diri memproduksi batik tulis dan cap.
Zizah melibatkan perempuan-perempuan dari desa tetangga seperti dari Desa Krasak dan Kedungjajang untuk produksi batiknya. "Mereka membawa bahan dari saya, kemudian dicanting dan disolet di rumah mereka. Di sini (di rumahnya) hanya untuk pewarnaan, merebus, dan penjualan," papar Zizah, 32 tahun.
Untuk pewarnaan, ia mengaku menggunakan pewarna alami seperti kulit kayu mahoni, kulit kayu mangga selain pewarna sintetis. Saat ini, usahanya mampu memproduksi 30 potong batik tulis, dan 100-150 potong batik/bulan. Batik-batiknya telah dipatenkan dan usahanya telah berbadan hukum CV.
Baca Juga: Sambangi Pasar Baru Lumajang, Khofifah Janji Lanjutkan Zakat Produktif untuk Usaha Ultra Mikro
"Kami selalu berproduksi. Makanya saya butuh pemasaranya. Saya tidak bisa menghentikannya karena kasihan ibu-ibu yang selama ini bekerja untuk saya," tandasnya, yang sangat disupport oleh suami.
Ditanya bagaimana penjualan selama ini, ia menceritakan di antaranya melalui pameran. Ia juga menitipkannya pada butik di Surabaya. "Dulu awal ikut pameran, saya hanya punya satu potong batik saja, kemudian pinjam punya teman-teman untuk dipamerkan. Saya masih ingat batik pertama saya laku Rp 130 ribu. Senangnya tidak terkira," ujarnya sumringah.
Ia mengaku sempat menerima banyak pesanan di saat sedang jaya. Namun pernah juga sempat down ketika batiknya laku 16 potong, kemudian saat perjalanan ia malah kehilangan 16 potong batik lainnya yang ditaruh di motornya.
Baca Juga: Kampanyekan Paslon Indah-Yudha, Repnas Lumajang Bagikan Ikan Tongkol Gratis ke Pedagang
"Saya juga sempat dikomplain tetangga karena limbah batiknya. Kalau ada yang meminjami modal tanpa bunga, saya ingin membuka showroom yang letaknya tidak di dalam perumahan/perkampungan agar limbahnya tak mengganggu tetangga," harapnya.
Ia juga bercerita ada instansi pemerintah yang pesan untuk seragam. "Saat ini saya juga sedang mengerjakan pesanan untuk seragam. Seperti ini batiknya," ia sambil menunjukkan kain batik motif pisang 1000.
Terakhir yang mendatangi rumah batiknya, adalah rombongan dari sebuah kementerian yang menyukai batik kawung. "Alhamdulillah masih ada yang datang kemari dan membelinya. Saya berharap semakin banyak yang datang kemari dan memborong batik-batik. Ini stok batik saya masih sangat banyak," harapnya.
Baca Juga: Targetkan Suara 72 Persen, JKSN Lumajang Deklarasi Siap Menangkan Khofifah-Emil
Untuk harga satu potong batik tulis bahan sutra, harganya dibandrol Rp 1 juta. Batik tulis kain primis Rp 450 ribu, sedangkan bantik cap hanya Rp 100 ribu saja. (nis/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News