SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Setelah didominasi tokoh Jawa Timur yang sudah mengakar seperti Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini dan Saifullah Yusuf, kini kandidat Calon Gubernur Jatim bertambah satu figur lagi. Nama anyar itu adalah Nurhayati Assegaf yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat.
Munculnya nama Nurhayati dalam bursa Pilgub Jatim 2018 dinilai merupakan fenomena baru yang bisa merubah konstelasi politik di Jawa Timur. Analisa itu disampaikan pengamat Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman. Lulusan Doktor ilmu politik Murdoch University itu mengatakan munculnya Nurhayati Assegaf bisa menjadi kuda hitam bagi para bakal calon Gubernur Jatim lainnya.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
“Beliau bisa jadi kuda hitam bagi calon lain. Pilihan Demokrat ke Nurhayati Ali Assegaf serba mungkin, terlebih yang bersangkutan dekat dengan Cikeas, baik Pak SBY dan Bu Ani. Selain itu juga cerdas dan punya kepemimpinan yang baik,” terang Airlangga Pribadi, Minggu (2/4).
Direktur Eksekutif lembaga penelitian The Initiative itu melanjutkan, untuk mendongkrak popularitasnya tentunya perlu kerja keras dari Nurhayati agar bisa lebih dikenal dengan masyarakat. Meski kemunculan Nurhayati di kancah Pilgub Jatim tergolong mepet, tapi bukan tidak mungkin popularitas dan elektabilitasnya bisa didongkrak dengan kerja politik yang tinggi dan terukur.
Terlebih, Nurhayati adalah anggota parlemen yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Timur V yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Dengan begitu dia punya modal suara yang berasal dari konstituen di dapil. Kalau didukung mesin dan jaringan Partai Demokrat, basis pemilih di daerah lain bisa dijangkau.
Baca Juga: Gus Miftah Beber Alasannya All Out Dukung Khofifah di Pigub Jatim 2024
”Ini waktunya mepet sekali sehingga perlu kerja keras dia untuk menaikkan elektabilitasnya. Ia harus intensif turun ke masyarakat di luar dapil Malang. Dengan dukungan data dan strategi yang terukur, saya kira Bu Nur bisa lebih diterima masyarakat Jatim,” papar pria asli Jombang ini.
Alumni Magister Universitas Indonesia (UI) ini mengingatkan, Jawa Timur ini adalah provinsi yang religius. Ribuan pondok pesantren dengan jutaan santri tersebar di 38 kabupaten/kota. Karena itu, bila Nurhayati mau maju dalam Pilgub Jatim, ia harus memperkenalkan diri kepada para kiai, baik kiai besar maupun kiai kampung. Sebab, mereka punya pengaruh besar di masyarakat.
”Dia (Nurhayati-red) harus datang ke pondok pesantren. Sowan ke ulama, tokoh masyarakat, sebab mereka adalah pemimpin informal yang punya pengaruh di bawah,” pungkas Airlangga.
Baca Juga: Sapa Ribuan Pekerja MPS Prigen, Khofifah Ajak Shalawatan dan Motivasi Jadi Perempuan Sukses
Terpisah, Nurhayati Ali Assegaf mengaku dirinya masih menjajaki maju dalam Pilgub Jatim. Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI itu menjelaskan, sejumlah pihak mendorongnya maju Pilgub Jatim untuk meneruskan keberhasilan Pakde Karwo selama 10 tahun memimpin Jawa Timur. Menurut Presiden International Humanitarian and Law (IHL), sebuah komisi hukum dan kemanusian pada Persatuan antar Parlemen se-Dunia (IPU) ini, Pakde Karwo adalah kader Partai Demokrat, jadi wajar jika ia diteruskan oleh kader Demokrat juga.
“Saya ini selain pengagum Pak SBY juga Pakde Karwo. Pakde Karwo berhasil memimpin Jawa Timur, alangkah baiknya kalau keberhasilan itu dilanjutkan oleh kader Demokrat juga,” pungkas Nurhayati. (mdr/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News