Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (19): Radio Yasmara Istiqomah Tegakkan Aswaja

Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (19): Radio Yasmara Istiqomah Tegakkan Aswaja Ahmad Alhadi sedang beraksi di ruang siaran (kanan) Radio Yasmara, sedangkan Sutrisno sedang bersiap mengumandangkan adzan di ruang adzan Masjid Rahmat.

SEIRING berjalannya waktu, para tokoh Masjid Rahmat berinisiatif mendirikan sebuah radio komunitas. Tujuannya adalah, radio komunitas itu akan sangat membantu Masjid Rahmat dalam berdakwah. Dengan antena seadanya yang terbuat dari bambu yang ujungnya diberi penangkal petir sekitar tahun 1970-an, berdirilah radio komunitas tersebut, cikal bakal Yasmara.

“Sesuai permintaan masyarakat maka dibuatlah radio komunitas menjadi Yasmara, berasal dari penggalan nama dari yayasan masjid rahmat (yasmara). Alhamdulillah dengan dibentuknya radio Yasmara ini dakwah Masjid Rahmat semakin diperhatikan masyarakat,” ucap H Mansyur, Ketua Yayasan Masjid Rahmat Surabaya.

Perkembangan selanjutnya, banyak masyarakat yang mengusulkan untuk dijadikan radio umum saja. Dengan adanya Yasmara, Masjid Rahmat semakin banyak dikenal oleh masyarakat Kota Surabaya serta Jawa Timur umumnya.

“Dulu banyak sekali income yang masuk untuk biaya operasional Yasmara. Begitu televisi pada bermunculan, seketika itu juga tidak ada pemasukan sama sekali karena mereka beralih ke TV semua,” imbuh Ahmad Alhadi, penyiar Yasmara.

Karena radio ini merupakan kebutuhan perjuangan untuk berdakwah, maka apapun akan dilakukan sekuat tenaga untuk mempertahankan tegak berdirinya Yasmara. Melihat banyaknya radio yang seangkatan dengan Yasmara pada berguguran digerus jaman, Yasmara masih tampil eksis seperti sekarang ini. Melalui frekuensi 1152 AM, Yasmara menjadi yang tertinggi di gelombangnya.

Meski sudah banyak yang pindah ke frekuensi FM karena kualitasnya lebih baik dari AM, tapi Yasmara tetap setia di gelombang AM-nya. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan Yasmara tetap istiqomah di frekuensi AM tersebut.

“Sebetulnya ingin juga Yasmara beralih ke channel FM, tapi mengingat biaya operasionalnya yang cukup mahal, akhirnya diurungkan niat itu. Terlebih, dengan kondisi channel FM yang sudah banyak radio yang menempatinya, maka resiko tumpang tindih dengan radio lain semakin besar pula, karena saking padatnya,” ungkap Ahmad Alhadi kepada BANGSAONLINE.com.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO