MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Mungkin tak banyak yang mengira, berawal dari kejelian dan keuletan setiap pribadi yang berkecimpung di dalamnya, Bank Sampah (BS) Kota Mojokerto kini eksis di tengah era persaingan bisnis yang ketat. Tak main-main, dari penjualan limbah rumah tangga itu lembaga binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) itu kini mengelola omzet penjualan sampah hingga Rp 75 juta per bulan.
Keuntungan kantor cabang BS yang membawahi 103 unit itu belum ditunjang dari pengelolaan sampah menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Di antaranya, tas, sepatu, lampion, tempat tisu, tempat koran, hingga produk fashion.
Baca Juga: Punya Bukit Teletubbies, TPA Randegan Serap Kunjungan Wisata Daerah
"Selama dua tahun berjalan ini, kami telah mengelola Rp 85 juta, yang diperoleh dari penjualan. Uang tersebut merupakan keuntungan dari penjualan sampah yang mempunyai nilai ekonomi seperti kardus, plastik, koran, dan glangsing kepada pengepul yang menjadi mitra kita," kata Direktur BS Kota Mojokerto, Riani, Senin (11/9).
Untuk itu, Riani yang juga penyiar di sebuah radio milik pemerintah setempat mengumpulkan minimal 2 ton sampah untuk dikirim kepada mitranya setiap tiga hari sekali. "Setiap 1 minggu kami dua kali membawa sampah-sampah ini kepada pihak ketiga. Nilainya lumayan, setiap satu bulan kami mendapatkan Rp 85 jutaan dari sektor ini," akunya.
Menurut ia, pihaknya mengelola dua macam produk. Yakni produk sampah asli dan produk kerajinan. "BS saat ini mempunyai 20 personil, yang kini keseluruhannya telah memiliki keterampilan pengelolaan sampah. Dan seluruh kru yang ada kini menjadi instruktur yang melakukan pembinaan ke semua lini seperti masyarakat dan sekolah-sekolah," terangnya.
Baca Juga: Revitalisasi RTH Kelar, Wajah Kota Mojokerto Makin Instagramable
Produk hasil karya tangan-tangan terampil ini, lanjutnya, ia pasarkan melalui media sosial dan pameran. Sementara untuk menunjang kemampuan personil yang ada, ia berkegiatan dua minggu sekali dengan sejawatnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Mojokerto Amin Wakhid mengungkapkan pihaknya berupaya merubah stigma masyarakat tentang produk berbasis sampah ini.
"Kita menanamkan stigma produk BS bisa bersaing. Caranya yakni dengan menciptakan produk BS yang bersifat aksesoris semisal lampion, tempat tisu dan sebagainya atau tas dengan kualitas bagus," katanya.
Baca Juga: Cegah Kebakaran, TPA Randegan Digerojok Ribuan Liter Air
Mantan Kadisnakertrans ini mengatakan penggunaan produk BS selama ini digunakan hanya pada momen-momen tertentu saja. "Misalnya baju, hanya digunakan saat momen fashion daur ulang atau 17-an. Nah kita merubah itu dengan membuat produk yang bagus masyarakat akan bangga dengan karya kerajinan BS," harapnya.
Untuk mempromosikan produk BS ini, pihak DLH sedianya akan menggelar acara fashion tingkat nasional, Oktober mendatang. Yang menarik, acara ini akan digelar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan. Acara lomba Kreasi Daur Ulang Sampah dan Peragaan Busana ini akan melibatkan anak SMP, SMA, Karang Taruna, Bank Sampah, PKK dan lembaga lain. "Sengaja kita menggelar acara seperti ini tidak di momen Kemerdekaan, namun ada bulan lain yang bisa digunakan untuk acara kemeriahan seperti ini," pungkas ia. (yep)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News