MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Proyek Tugu Alun-Alun Kota Mojokerto senilai Rp2,8 miliar lagi-lagi dipelototi dewan. Komisi II DPRD Kota Mojokerto kecewa lantaran proyek mercusuar tersebut diprediksi bakal kembali mangkrak karena kehabisan anggaran.
Dinas lingkungan hidup (DLH) sebagai pengampu proyek memprediksi membutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp1 miliar lebih untuk pengadaan alat pendukung monumen. Sementara legislatif sudah menutup pintu untuk penambahan anggaran proyek yang sempat mangkrak tahun lalu.
Baca Juga: Berpihak Pada Kemajuan Daerah, Pj Wali Kota Mojokerto Apresiasi 3 Raperda Inisiatif Dewan
Proyek tugu alun-alun dan pembangunan sky walk memang menjadi jujukan sidak komisi II, Rabu (2/11/2022). Dengan formasi lengkap dipimpin langsung Ketua DPRD Sunarto, para wakil rakyat itu mendatangi dua proyek yang berada di Jalan Empunala tersebut. Rombongan datang disambut Kabid Bina Marga DPUPR, Endah Suprihatin dan Kepala DLH Bambang Mujiono.
Item pendukung proyek tugu setinggi kurang lebih 45 meter, yakni lantai batu andesit, kolam ikan, dan lampu taman jadi catatan dewan karena ternyata tidak masuk dokumen pelaksanaan anggaran (DPA). Padahal sebelumnya sudah ada kesepakatan bersama antara tim anggaran eksekutif dan badan anggaran legislatif tidak ada lagi klausul penambahan anggaran proyek. Hal inilah yang diprediksi proyek tersebut bakal tidak bisa dimanfaatkan tepat waktu.
Komisi bidang pembangunan tersebut juga menyangsikan proyek sky walk yang berada di komplek alun-alun bisa rampung sesuai deadline 28 November 2022. Sebab hingga hari ini, masih banyak item yang belum dibangun oleh rekanan proyek dengan pagu Rp10 miliar. Sementara proyek pelebaran Jalan Empunala senilai Rp 101 miliar dipuji karena on the track.
Baca Juga: Punya Bukit Teletubbies, TPA Randegan Serap Kunjungan Wisata Daerah
"Ada yang tidak beres dalam perencanaannya. Masak proyek alun-alun sudah hampir jadi baru ketahuan lantainya dan pendukung lainnya tidak masuk hitungan," kecam Sugianto, anggota Komisi II ditemui usai sidak.
Politikus Gerindra ini juga menyoroti model tugu yang terinspirasi era Kerajaan Majapahit. "Mestinya ada Wilwatikta sebagai ikon Majapahit, bukan hanya batu bata ditumpuk seperti itu," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II Agus Wahjudi Utomo tampak geram usai meninjau proyek ini. Ia memberikan beberapa catatan untuk kedua proyek tersebut.
Baca Juga: Jadi Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto: Hadi Fokus RAPBD 2025, Arie Pastikan Tak Ada Proyek Mangkrak
"Saya meragukan sky walk selesai akhir November. Instalasi pembuangan limbah sampai sekarang belum ada meski itemnya tertulis," ungkapnya.
Sedangkan tugu alun-alun, lanjut dia, mestinya tertutup batu merah. "Tapi karena tidak ada penganggaran, maka lantai dan pilar tidak selesai 100 persen. Padahal ini tidak ada anggaran lagi. Sepertinya berpotensi mangkrak," ujarnya.
Agus menduga ada perubahan masterplan dalam proyek alun-alun. "Sepertinya ada perubahan masterplan, ada beberapa tidak sesuai perencanaan awal. Dan saya minta proyek ini selesai sesuai waktu kontrak," tegasnya.
Baca Juga: Revitalisasi RTH Kelar, Wajah Kota Mojokerto Makin Instagramable
Dikonfirmasi tugu alun-alun, Kepala DLH Bambang Mujiono mengakui adanya kekurangan anggaran untuk proyek alun-alun. "Pendukungnya bisa dianggarkan lagi toh. Ya, harusnya jadi satu kesatuan (lantainya). Karena uangnya kurang ada yang 'dikorbankan'. Kita milih mana yang dikorbankan," paparnya.
Soal perubahan perencanaan, Bambang membantah. Menurutnya, proyek ini sesuai perencanaan. "Persoalannya cuma uangnya kurang. Estimasi kurang Rp1 miliar untuk alat pendukungnya," pungkasnya. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News