SURABAYA (bangsaonline) – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya memiliki komitmen untuk menebarkan pengetahuan dan peradaban Islam yang rahmatan lil alamin. Berbagai cara dilakukan UINSA untuk menangkal pemahaman dan gerakan Islam radikal, seperti gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), yang mengatasnamakan agama.
Hal itu disampaikan Rektor UINSA Prof Dr Abdul A’la, di acara International Conference Strenghthening Justice and Peace Through Interreligious Dialogue bersama pastur Gereja Katolik Ordo Dominican dari 31 negara di dunia, di aula UINSA Surabaya, Rabu (13/8/2014.
Baca Juga: Bedah Visi-Misi Cagub Jatim 2024 di FISIP UINSA, Jubir 02 Kekeh soal Penyebutan Seminar Nasional
A’la menjelaskan, UINSA memiliki visi dan misi membangun peradaban Islam yang Rahmatan lil Alamin. Menurutnya, Islam seperti itu adalah Islam yang terbuka, toleran dan mencintai perdamaian. Islam seperti itu menjadi corak khas Islam di Indonesia dan sejalan dengan Pancasila dan menguatkan NKRI.
Karena itu, guna menangkal masuknya pemahaman Islam radikal dan gerakan ideologi yang menggunakan simbol agama ke kampus, UINSA melakukan berbagai cara. Salah satunya melakukan penyaringan rekrutmen tenaga pengajar. ”Rekrutmen dosen juga akan dilihat basis ideologinya. Kalau masih bisa dibina tetap direkrut, kalau tidak tidak akan diterima,” ujarnya.
Untuk dosen yang sudah mengajar di UINSA, lanjut A’la, pihaknya akan melihat aktivitas si dosen dalam mengajar. Jika diketahui melakukan propaganda pemahaman Islam tertentu yang radikal kepada mahasiswanya, maka akan dipanggil. ”Kalau tidak bisa dibina tentu akan kami keluarkan,” tandasnya.
Baca Juga: Hari Pertama Kampanye, Khofifah Silaturahmi ke Kiai dan Tokoh di Pengukuhan Dr HC KH Zulfa Mustofa
Begitu pula pada pola rekrutmen mahasiswa. Mahasiswa baru, jelas A’la, akan digembleng secara khusus beberapa bulan di pesantren mahasiswa. Di sana mahasiswa akan diberikan pemahaman tentang Islam Rahmatan lil Alamin. ”Kami tidak akan membiarkan gerakan pemahaman Islam radikal masuk kampus,” ujarnya.
Terkait ISIS, A’la berpendapat bahwa kelompok yang bikin heboh dunia itu bukanlah gerakan keagamaan. Analisa akademik yang dilakukan UINSA, papar dia, menunjukkan bahwa ISIS adalah gerakan ideologis yang menggunakan simbol agama dalam gerakannya. ”Kami akan terus melakukan pengkajian agar bisa dipertanggungjawabkan secara akademik,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News