Pengamat: Klaim Didukung Jokowi Memperlihatkan Calon Kurang PeDe

Pengamat: Klaim Didukung Jokowi Memperlihatkan Calon Kurang PeDe Airlangga Pribadi.

SURABAYA, BANGSA.com - Pemilihan Gubernur Jawa Timur saat ini telah memasuki fase kampanye. Saat inilah, waktunya para calon bersama tim pemenangannya berusaha merebut hati rakyat untuk memilih. Caranya dengan mensosialisasikan program mereka, atau menunjukkan kharisma dan kelebihan masing-masing cagub dan cawagub.

Karena itu, bukan lagi saatnya saat ini para calon melakukan klaim didukung oleh elit tertentu. Apalagi klaim didukung Jokowi yang notabene adalah Presiden RI. Justru klaim itu menunjukkan calon tersebut kurang percaya diri (PeDe) atau low confident.

Baca Juga: Penuhi Nadzar Kemenangan Khofifah-Jokowi, Kiai Asep Umrohkan Tim 35 Kabupaten

Pendapat itu disampaikan pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi Kusman, Ph.D menanggapi pernyataan Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah yang menyatakan pasangan Gus Ipul-Puti didukung Jokowi.

“Sekarang adalah momen kampanye, saatnya meraih hati dan pikiran rakyat dengan kekuatan visi misi dan kapasitas elite. Ketergantungan kandidat terhadap dukungan presiden memperlihatkan lemahnya confident dari calon tersebut terhadap kekuatan konsepsi dan kapasitas dari pasangan maupun tim untuk mandiri dalam merebut hati dan pikiran konstituen,” tutur Doktor ilmu politik dari Murdoch University, Australia itu, Senin (5/3).

Mantan Staf Khusus Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini melanjutkan komunikasi soal dukungan presiden itu fasenya sudah lewat. "Itu fasenya saat proses pencalonan sampai kampanye. Sedangkan saat ini adalah fase kampanye dimulai, maka fokusnya adalah merangkul dukungan dari rakyat. Soal dukung mendukung itu fasenya sudah lewat, itu fase saat pencalonan. Saat ini fasenya merangkul dukungan rakyat seluas-luasnya," imbuh CEO The Initiative Institute (TII) tersebut.

Baca Juga: Janji Temui Agus, Gubernur Khofifah Malam Ini Kembali ke Surabaya

Dosen FISIP Unair ini menilai jika pernyataan secara terbuka dukungan presiden terhadap kandidat pada saat kampanye itu statemen tidak elok. Sebab, itu adalah pernyataan untuk down grading presiden, seperti menyatakan kepada publik bahwa presiden intervensi dalam momen pilgub yang seharusnya menghormati suara rakyat.

Padahal, faktanya Presiden Jokowi saat ini berusaha mengambil jarak yang sama dengan seluruh kekuatan politik yang saat ini berkompetisi di pilkada. Bahkan, sikap netral Jokowi itu telah dibuktikan saat Pilkada DKI 2017. Saat itu, Jokowi tidak melakukan intervensi atau mengambil kebijakkan yang menguntungkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang didukung PDI Perjuangan dan partai koalisi pendukung pemerintah.

“Sikap netral Jokowi sudah dibuktikan saat Pilkada DKI Jakarta. Kalau Jokowi mau intervensi, sangat mungkin Ahok yang merupakan orang dekatnya yang menang. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Presiden. Saya kira sikap yang sama juga akan dilakukan di pilkada Jatim,” urai alumni pasca sarjana Universitas Indonesia (UI) ini. (mdr/dur)

Baca Juga: Loyalis Pakde Karwo Deklarasi Dukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin di Jatim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO