BANYUWANGI(BangsaOnline)Pertamina terlambat
memasok bahan bakar minyak (BBM) ke sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum
di Kabupaten Banyuwangi (BWI), Jawa Timur. Akibatnya, hari ini, Rabu 27 Agustus 2014,
sejumlah SPBU terpaksa tutup sementara karena stok Premium dan solar kosong.
Pertamina sebenarnya telah mencabut pembatasan BBM bersubsidi sejak Selasa
malam kemarin. Namun, hingga pukul 12.00 WIB hari ini, pasokan BBM bersubsidi
ke beberapa SPBU belum normal kembali. Misalnya, di SPBU 54.684.037 di Desa
Kedayunan, pompa Premium dan solar ditutup karena suplai dari Pertamina belum
tiba.
Menurut pengawas SPBU Kedayunan, Djunaiyah, persediaan Premium dan solar sudah
habis sejak pukul 09.00 WIB tadi. Pihaknya telah menjual seluruh stok Premium
dan solar, masing-masing sebanyak 16 kiloliter. "Sekarang sudah habis,
Pertamina telat kirim," katanya.
SPBU di Desa Labanasem bahkan telah tutup sejak
pukul 07.30 WIB. Menurut pegawainya, Chandra Utomo, stok Premium sebanyak 8
kiloliter yang dipasok sejak Selasa kemarin telah habis. Sedangkan solar justru
habis lebih cepat karena hanya dipasok dua hari sekali.
Enam pegawai SPBU Labanasem tampak hanya duduk di lantai kantor. Menurut
Chandra, pihaknya telah mengorder BBM bersubsidi sejak Selasa kemarin. Namun,
hingga Rabu pukul 12.00, Pertamina belum mengirim pesanannya. "Biasanya
maksimal jam sebelas siang sudah dikirim," katanya.
Beberapa SPBU lain yang telah mendapatkan pasokan BBM bersubsidi langsung
diserbu pembeli. Di SPBU Brawijaya, misalnya, antrean sepeda motor dan mobil
pribadi terlihat memenuhi halaman stasiun itu.
Baca Juga: Gunakan Barcode Palsu, Polres Jombang Tangkap 3 Orang yang Bakal Timbun 8.000 Liter Solar Bersubsidi
RESPON PERTAMINA
Merespon antrean panjang di SPBU-SPBU yang ada di
Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta Pertamina tidak lagi mengurangi jatah
SPBU. Selain itu kepanikan juga terjadi di Jawa Timur.
Rahmad Muhammadiyah Ketua Hiswana Migas Jawa Timur pada Radio Suara Surabaya,
Rabu (27/8/2014) mengatakan, gejala yang sama juga mulai terjadi di beberapa
wilayah di Jawa Timur.
Untuk meredam panic buying, Pertamina menormalkan kembali pasokanya ke
SPBU-SPBU. Meski demikian program kuota harian tetap dijalankan sesuai jadwal.
"Kita minta tolong agar masyarakat tetap tenang, jangan beli tambah banyak
karena makin cepat habis nantinya. Kita tetap memikirkan agar jumlahnya cukup
sampai akhir tahun ini," kata dia.
Kata Rahmad, pihaknya telah melakukan pengecekan di Malang dan Kediri masih ada
antrean panjang. Dia juga berharap masyarakat lebih wise, sekarang sudah
dinormalkan kembali kuotanya.
"Dampak kerugian kalau di SPBU biasa tidak begitu signifikan. Yang
signifikan yang di tol karena sama sekali dilarang menjual BBM
bersubsidi," ujar dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya meminta masyarakat juga ikut mengawasi
pembelian BBM terlalu berlebihan. Petugas SPBU juga harus mengecek baik itu
petani, nelayan atau siapa saja kalau ada yang melanggar bisa dikembalikan ke
Pertamina untuk dibina.
Rahmad mengatakan, pemerintah tetap menjalankan program mencukupkan BBM subsidi
sampai akhir tahun dan tidak akan menambahkan atau menaikan harga BBM subsidi.
Sebelumnya pemerintah lewat Pertamina sudah menjalankan program pembatasan
konsumsi BBM subsidi. Di antaranya di Jakarta beberapa SPBUnya tidak menjual
premium selain itu sejak Agustus premium tidak dijual SPBU yang ada di tol dan
pembatasan layanan pembelian premium dan solar. Tapi karena ini menimbulkan
gejolak sementara tidak dilanjutkan.
Seperti diberitakan, beberapa SPBU dipenuhi dengan antrean panjang. Masyarakat harus rela mengantre lebih lama dibanding hari biasanya untuk membeli BBM. Antrean panjang ini merupakan konsekuensi dari pengurangan kuota harian BBM bersubsidi di beberapa SPBU.
Baca Juga: Warga Lamongan Sambut Positif Penerapan QR Code untuk Pertalite
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina, Hanung Budya menganggap antrean merupakan hal yang biasa terjadi. Ia lantas mengumpamakan antrean di SPBU dengan masyarakat yang hendak berliburan.
"Naik Menara Eiffel saja antre, naik Monas saja kalian antre kan," ucap Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina, Hanung Budya di Jakarta (25/8).
Hanung juga memastikan bahwa antrean panjang ini disebabkan bukan karena kelangkaan BBM. Mengingat stok BBM subsidi jenis premium dan solar masih berada pada level aman atau sesuai dengan kuota yang dibatasi. Dia juga katakan bahwa pengendalian kuota BBM jenis premium di beberapa SPBU sebesar lima persen, sudah sesuai dengan rekomendasi BPH Migas.
Baca Juga: Ujicoba Pembelian dengan QR Code, Konsumen Pertalite di Jombang Beri Apresiasi
"Misalnya satu SPBU dapat jatah 10 ton kita kurangi 500 liter saja. Kita siapkan non subsidi dengan cukup. Itu masih aman," jelasnya
Initinya, PT Pertamina cuek dan ogah disalahkan atas antrean masyarakat di berbagai daerah yang ingin mendapatkan BBM subsidi, Menurutnya, langkah pengurangan kuota BBM subsidi oleh pihaknya, sebagai cara untuk mengamankan amanah pemerintah.
"Dituangkan dalam bentuk surat Menkeu tersebut mencoba untuk jalankan UU APBNP 2014 terkait pembatasan kuota BBM PSO. Kita cari solusi, beberapa kebijakan sudah berjalan di Kalimantan, sudah ada pembatasan jam operasi. Di Batam ada pengendalian pembatasan pembelian solar," kata Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya di Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (27/8).
Baca Juga: SKK Migas Teken Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Amanah dan Melati
Dia mengatakan selain di wilayah tersebut, di Yogyakarta, Pertamina mengeluarkan kebijakan pembelian maksimal sepeda motor dan truk diesel. Untuk satu hari, kendaraan niaga hanya bisa mengonsumsi 30 liter solar. "Ternyata itu cukup efektif. Tetapi di sebagian besar wilayah Indonesia kebijakan itu belum berjalan efektif," katanya.
PT Pertamina bersikukuh pemotongan kuota harian Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi akibat dari kebijakan pemerintah yang memotong kuota BBM subsidi dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter. Kuota Pertamina yang dialokasikan oleh pemerintah hanya 45,355 juta kiloliter dengan rincian Premium 29,29 juta kiloliter, solar 15,16 juta kiloliter dan minyak tanah 900 ribu kiloliter.
Berdasarkan data yang ada, kebutuhan rata-rata premium yang disalurkan Pertamina per hari sampai akhir 31 Juli, mencapai rata 81.132 kiloliter. Padahal, dari kuota dalam APBNP 2014 kalau dihitung dibagi jumlah hari maka didapatkan angka 80.240 kiloliter.
Baca Juga: PRPP Sabet Patra Nirbhaya Karya Pratama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News