MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Penyebaran virus Tuberculosis (TBC) di Kota Mojokerto dinilai cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, kepedulian masyarakat terhadap penyakit ini rendah.
Warga kebanyakan enggan melakukan pemeriksaan, sementara penyakit TBC sangat mudah menular karena penularannya melalui udara. "TB di Jawa Timur menduduki peringkat kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. TB anak juga mencapai angka proporsi tertinggi di Jawa Timur, yaitu 20% dari semua kasus TB. Artinya masih banyak penderita TB dewasa di sekitar TB anak yang harus ditemukan dan ditangani serta diobati sampai sembuh," ungkap Tatik Lutfiati, Kepala SSR TB Aisyiyah Kota Mojokerto.
Baca Juga: Sambut Kedatangan Tim Verlap KKS Jatim, Pj Wali Kota Mojokerto Pamer Keunggulan Daerah
Menurut ia, satu pasien TB berpotensi menularkan beberapa orang lainnya. Kalau tidak ditangani serius, dikhawatirkan akan semakin menyebar.
Karenanya, Tatik berharap, masalah ini segera ditanggulangi bersama-sama seluruh elemen masyarakat dengan cara aktif, pasif dan masif dengan gerakan TOSS TB (temukan TBC, Obati Sampai Sembuh).
Tatik juga mengatakan, di antara yang menjadi penyebab penyebaran TB di Kota Mojokerto karena sebagian besar penderita TBC yang tinggal di lingkungan kumistebal (kumuh, miskin, terbelakang), mereka masih belum terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Meski suspect TB, mereka masih banyak yang enggan diperiksa.
Baca Juga: Terapkan 6 Pilar Transformasi Kesehatan, Pemkot Mojokerto Diapresiasi Dirjen Kesmas Kemenkes
"Banyak penderita TB ditemukan di lingkungan kumistebal, kalau mereka tidak terdeteksi justru bisa menularkan ke keluarga dan lingkungannya. jadi perlu dukungan dari masyarakat serta pemerintah. Tidak cukup hanya dinkes tapi juga instansi lainnya yang menaungi masalah kebersihan lingkungan dan pemukiman," tambahnya.
Masih Kata Tatik, di Kota Mojokerto sebenarnya sudah ada beberapa tim peduli TB yang dibina oleh Puskesmas, namun masih belum banyak menjangkau secara maksimal dan bergerak secara optimal karena keterbatasan SDM .Tim ini beranggotakan masyarakat, toga tomas, pasien, dan mantan pasien TB, Kader TB, dan kader motivator.
"Kami, SSR TB Care Aisyiyah mulai membangun jejaring dengan tim kecil binaan puskesmas ini, seperti Paguyuban Gema Pitu yang dibentuk Puskesmas Gedongan dan paguyuban masyarakat peduli TB yang dibentuk Puskesmas Mentikan dan Kedundung," ujar Tatik.
Baca Juga: Ini Arahan PJ Wali Kota Kediri Pada Workshop Update Tatalaksana TBC SO dan TBC RO Bagi Nakes
Sementara untuk penguatan organisasi, Community TB Care Aisyiyah Kota Mojokerto juga menggelar pelatihan Capacity Building of CSO Advocacy Skill and Fundrising selama tiga hari. Pelatihan ini bertujuan untuk penguatan tim dalam penjangkauan. Pasien TB juga melakukan advokasi dalam membantu pemerintah dalam penanggulangan TB di Kota Mojokerto.
Dalam pelatihan yang melibatkan praktisi media, Zacky Arisal, Ketua dan Anggota Komisi III, Suliyat dan Anang serta tim dari Bappeko Mojokerto diharapkan bisa menemukan formula yang efektif untuk pencegahan TB. Baik melalui program internal TB Care maupun melalui dukungan kebijakan pemerintah.
"Tujuan pelatihan ini, untuk meningkatkan pemahaman terkait advokasi dan strateginya. Agar tim peduli TB lebih memahami bagaimana cara melakukan pendampingan baik terhadap pasien TB maupun upaya membantu pemerintah dalam penanggulangan TB di Mojokerto," pungkasnya.
Baca Juga: Cegah Penularan TBC, Dinkes Jember Gandeng Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera dan KOPI TB
Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Mojokerto pada tahun 2017, jumlah target jangkauan insiden TB sebanyak 440, capaiannya 277 dan 72 di antaranya adalah TB Anak. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News