LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) menunjuk Kabupaten Lamongan sebagai salah satu rujukan diskusi stabilisasi harga, terutama jagung. Itu karena komoditas jagung merupakan penyumbang infilasi yang cukup besar yakni 2 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Puji Gunawan, perwakilan Kemenko Perekonomian RI saat melakukan kunjungan kerja dan diterima Bupati Fadeli di Guest House, Kamis (22/11). Selain dari Kemenko Perekonomian, TPIP terdiri dari perwakilan Kemendagri, Bank Indonesia, Kemenko Perekonomian, Kemenperindag, dan Bulog.
Baca Juga: Petrokimia Gresik Dukung Program Closed Loop Kemenko Perekonomian
Puji Gunawan mengungkapkan memilih Lamongan karena produksi jagungnya yang tertinggi di Jawa Timur. “Dan mengapa jagung, karena komoditas jagung dan turunannya sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar, yang hampir sama dengan beras, yakni sebesar 2 persen,” ungkapnya.
Inflasi, jelasnya, terjadi bukan hanya karena keterjangkauan harga. Namun juga berkaitan erat dengan ketersediaan pasokan serta distribusinya. Sehingga ketika terjadi ketidakseimbangan di tiga faktor tersebut, lanjut dia, terlebih untuk sentra jagung seperti Lamongan, yang terjadi adalah ancaman inflasi yang tinggi.
"Oleh karena itu kami juga ingin tahu bagaimana keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan serta distribusi jagung di Lamongan untuk menghindari hal tersebut," ungkap Puji .
Baca Juga: Di FGD Kemenko Perekonomian, Diskominfo Kota Kediri Tekankan Pentingnya Kolaborasi Stakeholder
Puji Gunawan mengungkapkan peristiwa naiknya inflasi pada daerah sentra produsen pernah terjadi di Medan. Dia berharap, dengan produksi jagung yang tinggi, tidak menjadi penyumbang inflasi jagung yang tinggi pula. Sebagaimana medan, yang sebagai penghasil cabai namun juga penyumbang inflasi terbesar untuk cabai.
"Hasil dari Lamongan ini nantinya akan menjadikan input besar bagi TPIP untuk menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan selanjutnya," katanya.
Sementara Bupati Fadeli mengungkapkan bahwa peningkatan produksi jagung ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung.
Baca Juga: AHY Terima Penghargaan One Map Policy dari Kemenko Perekonomian
Hasilnya, Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Lamongan tahun 2016 yang sebesar 102, naik menjadi menjadi 104,6 di tahun 2017.
Menurutnya hal tersebut tidaklah mudah karena harus merubah pola pikir petani jagung yang dulu tradisional menjadi pola pikir modern. Yakni melalui penggunaan bibit varietas unggul, perubahan pola tanam, bahkan sampai cara panen. (qom/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News