JAKARTA(BangsaOnline) Presiden Joko Widodo mengaku tidak peduli, jika popularitasnya turun, setelah menaikkan harga BBM bersubsidi. Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, hal tersebut merupakan sebuah risiko yang harus ditanggung seorang pemimpin.
Hal itu, diungkap oleh pria yang akrab disapa Jokowi, saat bertatap muka dengan 260 warga Indonesia di Australia, ketika berkunjung ke Universitas Teknologi Queensland (QUT) Jumat malam, 15 November 2014 waktu setempat. Tatap muka itu juga bisa disaksikan oleh warga Indonesia lainnya melalui live streaming di media sosial.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
"Itu risiko. Apakah pemimpin harus selalu populer? Demi rakyat, apa pun akan saya lakukan. Saya tidak peduli, menjadi tidak populer karena menaikkan harga BBM bersubsidi," ujarnya.
Namun, Jokowi berkelakar, tidak khawatir popularitasnya turun, karena hal tersebut tidak akan berlangsung lama. "Paling juga berlangsung satu bulan. Setelah itu, minta foto lagi. Kalau ketemu pasti bilang: Pak selfie, Pak selfie," kata Jokowi yang diikuti tawa para hadirin.
Di mata mantan Wali Kota Solo itu, Indonesia harus menjadi bangsa yang hemat dan irit. Anggaran seperti subsidi harus tepat sasaran.
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
Dia, kemudian mengaku kecewa dengan anggaran tahun depan, sebab untuk subsidi BBM diberi porsi Rp433 triliun. Padahal, menurut Jokowi, dana tersebut akan lebih bermanfaat dan produktif jika dialihkan ke sektor lain.
"Misal untuk membuat waduk. Pembuatan satu waduk itu memakan biaya Rp400 miliar. Lah, dengan dana Rp400 triliun, artinya kita bisa buat 1.000 waduk," katanya memberi contoh.
Contoh yang lain, yaitu, pembuatan jaringan rel kereta api dari Sumatera menuju ke Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jokowi menyebut dana yang dibutuhkan Rp360 miliar.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
"Rakyat kita harus diberikan perbandingan seperti itu. Kalau tidak dibandingkan, maka pikirannya tidak akan terbuka. Saya yakin, jika dijelaskan secara benar, rakyat pasti akan memahami kebijakan pemerintah ini," tambahnya.
Gap sosial
Dalam kesempatan itu, Jokowi turut menyampaikan, pemerintah tengah menyiapkan kompensasi bagi warga miskin, setelah BBM nanti dinaikkan. Namun, dia tidak ingin dana tersebut dibagikan secara tunai.
Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran
"Maunya saya, dana tersebut ditransfer melalui bank. Dengan begitu, kita bisa mengajarkan warga untuk menabung. Kalau sudah terima dananya, jangan digunakan semua, tetapi sebagian juga ditabung," kata Jokowi.
Dia menambahkan, pemerintah memberikan dana kompensasi, karena gap sosial antara yang kaya dan miskin kian curam. Data yang dia miliki mencapai 0,43 persen.
Jokowi juga memberi saran, dana kompensasi yang sebagian ditabung, kalau sudah cukup, sebaiknya digunakan untuk membeli hal-hal yang bersifat produktif ketimbang konsumtif. Contoh dengan membeli hewan ternak seperti sapi, kambing, atau ayam.
Baca Juga: Di Penghujung Jabatan Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Gebuki Mafia Tanah
Harga BBM bersubsidi, rencananya akan dinaikkan sebelum 2015, oleh pemerintah. Namun, pengumuman kenaikan harga BBM masih menunggu kepulangan Jokowi dari lawatan tiga negara.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkap ingin secepatnya menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, kata dia, saat ini pemerintah akan menghitung ulang berapa kenaikan harga BBM yang pas dengan kondisi sekarang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News