Kandidat Rais Aam, Antara Abah Hasyim dan Gus Mus

Kandidat Rais Aam, Antara Abah Hasyim dan Gus Mus M. Mas'ud Adnan

Oleh: M Mas’ud Adnan

.

.

Tulisan ini dimuat Jawa Pos pada Jumat 15 Desember 2014. Banyak sekali respon dari warga NU dan pengurus NU terhadap tulisan M Mas'ud Adnan, direktur HARIAN BANGSA tersebut. Karena itu bangsaonline.com menganggap perlu untuk memuat kembali tulisan tersebut. REDAKSI

Suhu politik di internal Nahdlatul Ulama (NU) menghangat pasca Musyawarah Nasional (Munas) dan Konfrensi Besar (Konbes) NU yang berlangsung di kantor PBNU beberapa hari lalu. Menghangatnya suhu politik ini tak lepas dari kontroversi penentuan tempat Muktamar NU ke-33 yang akan datang.

Sebagian petinggi NU – terutama elit PBNU - menghendaki Muktamar digelar di Jombang Jawa Timur. Sebagian lain – terutama PWNU dan PCNU luar Jawa- menghendaki Muktamar digelar di luar Jawa. Bahkan PWNU Sumatera Utara (Sumut) dan Nusa Tenggara Barat (Barat) secara resmi dalam Munas minta agar Muktamar NU digelar di dua wilayah tersebut. Alasannya, di dua wilayah itu warga NU belum kuat dan masif sehingga perlu syiar nahdliyah agar dakwah NU meluas. Sementara di Jatim NU sudah kuat dan masif sehingga Muktamar tak perlu digelar di Jombang yang nota bene tempat kelahiran para pendiri NU.

Kenapa masalah tempat Muktamar jadi kontroversi dan rebutan? Sudah jamak kita ketahui bahwa lokasi muktamar sangat strategis dalam pemenangan kandidat ketua umum. Jadi, tarik menarik soal lokasi Muktamar ini tak lepas dari kepentingan kelompok yang bertarung dalam bursa ketua umum Tanfidziyah dan Rais Aam Syuriah PBNU.

Kini polarisasi politik dalam ranah Tanfidizyah mengkristal kepada tiga kekuatan. Yaitu kekuatan Prof Dr Said Aqiel Siradj (ketua umum Tanfidizyah), Dr Muhammad Adnan (wakil RaisSyuriah dan mantan ketua Tanfdziyah Jateng) serta As’ad Said Ali (wakil ketua umum Tanfidziyah dan mantan wakil kepala BIN). Tiga tokoh NU ini disebut-sebut sebagai calon ketua umum Tanfidziyah PBNU.

Sedang polarisasi di ranah Syuriah mengkristal pada dua kekuatan besar yaitu KHA Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus dan KH A Hasyim Muzadi yang akrab dipanggil Abah Hasyim.

Yang menarik, jika dalam muktamar-muktamar sebelumnya pertarungan kandidat ketua umum Tanfidziyah lebih banyak menyita perhatian publik, kini perhatian warga dan pengurus NU justeru banyak tertuju kepada bursa calon Rais Aam. Ini mudah dipahami, karena selain dalam NU kini tak ada figur sentral seperti era KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga calon Rais Aam yang muncul relatif berimbang. Pendukung Gus Mus dan Kiai Hasyim sama besarnya.

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO