BangsaOnline-Eric Zemmour, wartawan dan kementator televisi Prancis, memicu perdebatan soal kebebasan berbicara menyusul pernyataannya bahwa lima juta Muslim Prancis harus dideportasi untuk mencegah perang saudara.
Zemmour dipecat jaringan televisi berita 24 jam i-Tele, dan dihukum sebelas tahun tidak oleh memandu acara talk-show, karena dianggap menghasut kebencian rasial, dan memprovokasi kemarahan massa.
Keputusan i-Tele disetujui kelompok anti-rasis dan anggota kelompok sayap kiri, namun kelompok sayap kanan -- yang memuja Zemmour seperti dewa -- mencerca habis-habisan pemecatan itu.
The Times of India melaporkan kelompok sayap kanan menggunakan undang-undang kebebasan berbicara untuk menyerang balik keputusan itu.
Menjawab pertanyaan wartawan apakah usulan mendeportasi lima juta Muslim dari Prancis realistis, Zemmour mengatakan; "Saya tidak tahu itu tidak realistis, tapi sejarah terkadang mengejutkan."
Zemmour melanjutkan; "Siapa mengira tahun 1940 hanpir satu juta pieds noir yang tinggal di Aljazair kembali ke Prancis?"
Secara harfiah, pieds-noir berarti 'kaki hitam', atau orang-orang bersepatu hitam. Ini adalah istilah yang digunakan warga Arab dan Berber untuk menyebut orang Prancis kaya di Aljazair dan negara-negara Afrika Utara lainnya. Desainer Yves Saint-Laurent dan filusuf Albert Camus adalah dua dari pieds-noir yang terkenal.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve mengutuk keras pernyataan Zemmour. "Prancis didefinisikan sebagai hidup bersama. Muslim Prancis dan anak-anaknya diperlakukan sama dengan Yahudi, Kristen, atheis dan agnostik," ujar Cazeneuve.
Cran, payung organisasi masyarakat kulit hitam Prancis, bergabung dengan serikat mahasiswa Yahudi untuk mengajukan keluhan terhadap Zammour. Sejumlah LSM dan selebriti menulis surat terbuka kepada pengawas media untuk menghentikan siaran yang dipandu Zemmour.
Zemmour adalah Islamophobia tulen. Ini terlihat dalam buku Le Suicide Francais yang terjual 250 ribu eksemplar dalam tiga bulan terakhir.
Dalam buku itu, Zemmour memperlihatkan bagaimana identitas Prancis dihancurkan oleh imigran, feminisme, homoseksualitas, perdagangan bebas Eropa, dan rasa bersalah terhadap penganiayaan Yahudi dalam Perang Dunia II.
Zemmour juga memicu kemarahan di Aljazair dan Maroko, dengan menyebut kedua negara itu tidak pernah ada. "Keduanya adalah temuan Prancis, dan akan selalu menjadi tanah kolonial," ujar Zemmour.
Dibanding negara Eropa lainnya, Prancis paling banyak menyimpan pemeluk Muslim, yaitu lima juta. Minoritas terbesar lainnya adalah Yahudi.
Zemmour lahir dari keluarga Yahudi-Berber, yang beremigrasi dari Aljazair tahun 1950-an. Seperti orang tua Zinedine Zidane dan Samir Nasri, orang tua Zemmour adalah Harkish, atau orang Berber yang jadi 'anjing Prancis' selama Perang Kemerdekaan Aljazair.
Berbeda dengan Nasri dan Zidane, Zemmour bukan Berber Muslim. Ia cenderung agnostik atau mungkin atheis.
Baca Juga: Tolak Boikot, PWNU: Di Prancis Ada 2.000 Lebih Masjid, Macron Marah pada Islam Radikal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News