Salah satu rumah warga yang menekuni usaha kerajinan panci. foto: eky nur hadi/harian bangsa
BOJONEGORO (BangsaOnline) – Usaha kerajinan membuat panci dan kap lampu di Bojonegoro
masih sangat jarang. Padahal, panci dan kap lampu selalu dibutuhkan oleh
masyarakat. Melihat peluang itulah Nandir (35), warga Dusun Tenggor,
Desa Sudu, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, tekun menggeluti usaha
kerajinan tersebut.
Nandir mulai merintis usaha kerajinan panci
dan kap lampu ini sejak tahun 2010 dengan dibantu beberapa pekerja dari
warga setempat. Sebelumnya ia dan adiknya, Syaifudin (25), pernah
bekerja membuat panci dan kap lampu di sebuah rumah industri di Jakarta
selama lima belas tahun. Ia lalu memutuskan pulang kampung dan merintis
usaha kerajinan serupa di rumah.
"Saya waktu itu nekat saja mulai
merintis usaha ini. Istilahnya mulai dari nol," ujar Nandir saat
ditemui di rumahnya, Sabtu (25/12/2014).
Modal awal yang
diperlukan saat itu lumayan banyak terutama untuk membuat mesin rakitan
yang dipakai memotong dan membentuk panci atau kap lampu. Modal untuk
membuat mesin itu senilai Rp100 juta. Tetapi beruntung ia mendapatkan
bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten
Bojonegoro.
Nandir menuturkan, setelah mempunyai mesin ia lalu
membeli bahan baku alumunium dari Surabaya. Satu lembar alumunium itu
seharga Rp140.000. Setelah diolah satu lembar alumunium itu bisa
menghasilkan 25 panci atau 15 kap lampu.
Dalam sehari Nandir
bersama empat temannya mampu membuat 200 sampai 250 panci berbagai
ukuran. Selanjutnya panci yang sudah jadi itu langsung dikirim ke daerah
Cepu, Ngawi, Surabaya dan sekitar Bojonegoro. "Permintaan panci dan kap
lampu ini cukup tinggi. Bahkan, saya kewalahan melayani pemesanan,"
ungkapnya.
Panci yang dibuatnya dijual bervariasi yakni mulai
Rp8.500 hingga Rp15.000 per buah. Sedangkan, harga jual kap lampu mulai
Rp5.000 hingga Rp8.000 per buah.
Namun, Nandir mengakui banyak
kesulitan yang ditemui dalam menjalankan usaha kerajinan panci ini. Di
antaranya mengenai permodalan dan produksi. Setiap kali produksi ia
membutuhkan modal untuk membeli bahan baku sekitar Rp3,5 juta sampai Rp4
juta.
Selain itu, ia mengakui adanya kendala produksi karena
tenaga kerja yang ada belum mampu memenuhi pemesanan pelanggan. Ia
mengaku telah beberapa kali melatih para pemuda sekitar untuk belajar
membuat panci dan kap lampu. Namun, mereka cepat mudah patah semangat
dan lebih tertarik bekerja di proyek minyak dan gas bumi (migas) Banyu
Urip Blok Cepu di Bojonegoro.
Meski begitu, Nandir tak pernah
patah arang. Ia terus menekuni usaha kerajinan panci dan kap lampu ini.
Bersama dengan beberapa pemuda setempat ia mengaku akan mendirikan
koperasi yang menaungi para perajin kap lampu dan panci ini.
"Saya
ingin kerajinan panci dan kap lampu di Sudu ini dikenal bukan hanya di
Bojonegoro tetapi juga sampai ke luar daerah," ujarnya.







