SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya tidak seharusnya diterapkan dalam skala kota atau kabupaten. Namun, lebih tepat jika diterapkan dalam skala lebih kecil seperti berbasis komunitas, lingkup kampung, atau RW.
"Sebab, penerapan PSBB skala kota/kabupaten dampak yang ditimbulkan juga begitu besar, salah satunya aspek ekonomi dan sosial di masyarakat," kata Profesor Pandu Riono, M.P.H., Ph.D., saat menggelar video conference bersama Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di Halaman Balai Kota Surabaya, Senin (8/6/2020).
Baca Juga: Warga Mulyorejo Digegerkan Janda Bersimbah Darah, Diduga Hendak Bunuh Diri
“Dengan PSBB berskala komunitas itu akan lebih substansi. Karena yang menjaga, mengawasi, dan semuanya adalah anggota komunitas, sehingga pemerintah daerah/kota itu hanya memberikan bantuan yang diperlukan kepada kebutuhan spesifik tertentu,” kata Profesor Pandu.
Profesor Pandu menyatakan, ketika PSSB ini diterapkan dalam skala komunitas, maka protokol-protokol kesehatan harus tetap berjalan. Seperti tidak bepergian jika tidak ada keperluan, kemudian keluar rumah harus menggunakan masker, serta rajin mencuci tangan.
“Supaya kita membuat virus itu tidak pergi dari satu orang ke orang lain. Jadi kewajibannya adalah semua masyarakat wajib menggunakan masker bila keluar. Itu vaksin yang kita punya,” katanya.
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Ahli Epidemiologi yang menjadi Rujukan Nasional ini menjelaskan, ketika di suatu wilayah ditemukan warga yang terpapar Covid-19, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi atau penelusuran. Mulai jumlah warga yang terpapar, hingga ada berapa rumah tangga yang terinfeksi.
"Nah, dari hasil itu bisa diambil kesimpulan melalui pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan kemudian. Seperti, apakah perlu dilakukan karantina skala rumah atau lingkup kampung," ujar Profesor Pandu.
“Jadi pendekatannya karantina rumah, atau karantina kampung. Jadi tidak perlu sampai karantina kota. Karena karantina kota itu dampaknya besar untuk seluruh anggota, dan penurunan corona ini kan sebetulnya klaster per klaster,” sambungnya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
Anggota Tim Gugus Tugas Nasional sebagai pakar modelling ini mengakui, bahwa sebenarnya identifikasi-identifikasi tersebut telah diterapkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di Kota Pahlawan. Bahkan, hal ini telah berjalan di Surabaya melalui Satgas Covid-19 Wani Jogo Suroboyo di tingkat kampung atau RW.
“Nah klaster-klaster itu sebetulnya kan Ibu Risma sudah identifikasi, bagus menggunakan konsep kampung, konsep RW. Itu jauh lebih substansi dan jauh lebih bertahan lama,” terangnya.
Di sisi lain, alumnus S3 Ph.D., University of California, Los Angeles, USA itu memaparkan bahwa prinsip-prinsip simpel memang yang seharusnya dilakukan dalam mengatasi pandemi ini. Yakni, melalui tes massal, contact tracing, dan isolasi. Ia menilai bahwa selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menerapkan semua itu.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
“Ibu (Risma) sudah melakukan itu semua. Jadi itu prinsip-prinsip yang simpel dan sangat sederhana yang memang harus dilakukan dalam mengatasi pandemi ini,” paparnya.
Sementara itu, Wali Kota Risma menyampaikan, sebelumnya ia telah mengusulkan kepada Gubernur Jawa Timur agar PSBB di Surabaya tidak diperpanjang supaya ekonomi masyarakat dapat berjalan. Namun, ketika PSBB skala kota ini dihentikan, maka jangan sampai nanti angka penularan itu bertambah.
“Jangan sampai karena itu kemudian kita naik lagi. Artinya, kita harus sangat-sangat disiplin, menjaga (physical distancing) dan menjaga kebersihan,” kata dia.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Sebab, ketika kelonggaran itu sudah berjalan, otomatis pergerakan manusia atau penduduk akan semakin banyak. Karenanya, Wali Kota Risma menegaskan kepada masyarakat agar tetap mematuhi protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Artinya, setiap individu harus sangat-sangat disipin dalam mematuhi protokol yang telah ditetapkan.
"Kita sudah menyiapkan protokol untuk aktivitas di Surabaya. Jadi tolong protokol itu diikuti dengan ketat, kalau tidak mau sakit atau tidak mau dipisahkan (karantina) dengan keluarga kita, maka kita harus disiplin," jelasnya. (ian/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News