BangsaOnline-Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunda pelantikan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri dipuji sebagai keputusan yang cerdas.
"Pertama, saya bilang Jokowi cerdas. Kemarin-kemarin orang menanyakan dia bisa lolos atau enggak dari situasi ini. Apalagi Jokowi adalah presiden populer, tapi tidak menguasai partai dan tidak menguasai DPR. Beda banget dengan SBY atau Pak Harto," ujar pengamat politik dan militer, Salim Said, dalam diskusi "Kali Ini Tidak 86" yang disiarkan oleh radio smartfm, Sabtu pagi (17/1).
Menurut dia, keputusan Jokowi bagus sekali. Dengan demikian, DPR tidak dihinakan, keputusan KPK yang menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka tidak ditolak, dan juga tidak menyakiti Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang mengajukan nama Budi Gunawan.
"Pak Budi juga tidak terhina karena dia tidak dibatalkan, hanya ditunda pengangkatannya. Berangkat dari itu, Jokowi cerdas," ujarnya.
Persoalannya, sebagai presiden yang tidak menguasai parpol, persoalan semacam ini akan muncul terus. Jokowi akan dikepung beragam kepentingan termasuk dari dalam partainya sendiri.
"Apakah dia akan cerdas terus? Apakah ini akan membuahkan dukungan kepada masyarakat?" tambah Salim.
Baca Juga: Polsek Prajurit Kulon Ikuti Peluncuran Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan
Sementara mantan Wakil Kepala Polri, Komjen (Purn) Oegroseno, mengecam pernyataan Kepala Sekolah dan Staf Pimpinan Polri (Kasespim) Polri Irjen Budi Waseso yang ditugaskan menjadi Kepala Bareskrim pengganti Komjen Suhardi Alius.
Kemarin, saat dihubungi sebuah media, Budi Waseso menyatakan siap menerima amanah tersebut. Namun tidak ada itu saja, ia juga mengatakan bahwa pengkhianat tidak boleh ada di lingkungan Polri.
Memang tidak jelas siapa yang dimaksudnya sebagai pengkhianat, namun publik menangkap orang yang dia tuding adalah Komjen Suhardi Alius. Rumor beredar menyebut Suhardi sebagai orang yang membocorkan informasi kejahatan korupsi calon Kapolri, Komjen Budi Gunawan, ke KPK.
Setelah tahu dirinya akan dimutasi ke Lemhanas, Suhardi Alius menegaskan dirinya hanyalah korban fitnah.
Komjen (Purn) Oegroseno geleng-geleng kepala melihat tingkah para juniornya yang serampangan menyebut pengkhianat.
"Belum dilantik sudah bikin statement akan habisi semua pengkhianat. Apa-apaan ini? Di polisi tidak ada pengkhianat. Kalau ada pengkhianat, ya kita khianati saja," ujar Oegroseno dalam diskusi "Kali ini tidak 86" yang disiarkan oleh radio smartfm, Sabtu pagi (17/1).
Oegro meminta semua pihak mendengarkan pernyataan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Ronnie F. Sompie, yang mengedepankan asas praduga tak bersalah.
"Saya hormati perntaan Pak Ronnie. Kalau bersalah ya diperiksa Propam dulu lah, jangan dibunuh karakternya begitu," tegas mantan Kadiv Propam ini.
Menurut dia, kalau Suhardi Alius dianggap memiliki kedekatan dengan KPK dan PPATK, maka itu adalah hal yang sangat wajar karena posisinya sebagai Kepala Bareskrim.
"Kalau Baresrkim dengan KPK memang ada hubungan kerja memang kenapa?" tekan dia lagi.
Dia meminta Plt Kapolri, Komjen Badrodin Haiti, memanggil Irjen Budi Waseso dan mengingatkannya untuk tidak sembarangan bicara.
"Harus stop bicara. 'Mataharinya' adalah Pak Badrodin sekarang, jangan bikin 'lampu petromak' sendiri," kecam Oegroseno
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News