Ketua Satgas Covid-19 IDI Surabaya Mustofa Rusli Raih Gelar Doktor di Fakultas Kedokteran Unair

Ketua Satgas Covid-19 IDI Surabaya Mustofa Rusli Raih Gelar Doktor di Fakultas Kedokteran Unair Pasangan doktor-dokter: Dr dr Musofa Rusli dan istrinya Dr dr Diah Purwaningsari.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dr. Musofa Rusli, Ketua Satgas Covid 19 IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Surabaya, Selasa (21/7) meraih gelar doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Dalam sidang yang dilakukan secara daring, Musofa yang juga Wakil Sekretaris IDI Surabaya, berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Mekanisme dan Pengaruh Regulasi Inflamasi Sistemik pada Tikus Model Sepsis Melalui Peran HMGB1, IL-1B, IL-10 dan Procalcitonin pada Pemberian Statin".

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Kepala Dinkes Jember Imbau Lansia Tidak Keluar Kota

Bertindak sebagai Promotor Prof. Dr. Usman Hadi, SpPD, dan Ko-Promotor Prof. Dr Jusak Nugraha, MS, SpPK.

Musofa yang mengikuti program doktoral angkatan 2014 melakukan penelitian selama tiga bulan sejak 1 Februari 2020 sampai 30 April 2020.

Dalam ringkasan disertasi, Musofa menyebutkan bahwa sepsis mengakibatkan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respons tubuh terhadap infeksi.

Baca Juga: Masa Transisi Menuju Endemi, Gubernur Khofifah: Masyarakat Boleh Tak Kenakan Masker Asal Sehat

"Sepsis merupakan masalah kesehatan utama yang dialami jutaan pasien tiap tahun. Seperempat dari penderita sepsis berakhir dengan kematian," kata Musofa.

Sepsis terjadi ketika bahan kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah untuk melawan infeksi memicu peradangan di seluruh tubuh. Dapat menyebabkan berbagai perubahan yang merusak beberapa sistem organ, menyebabkan kegagalan organ, terkadang bahkan mengakibatkan kematian.

Sampai saat ini, kata Musofa, pengobatan sepsis dilakukan berbasis pada pengobatan suportif dan antibiotika. "Sampai saat ini belum jelas peran pengobatan terhadap mekanisme disregulasi sistem imun yang terjadi pada sepsis, termasuk penggunaan statin," tegasnya.

Baca Juga: Kemenkes Sebut Isu Hoaks Pengaruhi Capaian Imunisasi Nasional Masih Rendah

Beberapa studi menunjukkan bahwa insiden sepsis di populasi berkisar 22-240 per 100 ribu penduduk. Pasien sepsis memiliki rasio kematian yang memiliki rasio kematian yang mengancam sampai dua tahun setelah sepsis teratasi. "Pasien sepsis juga mengalami penurunan kualitas hidup setelah keluar dari rumah sakit," tambah Musofa.

Angka kematian sepsis masih tinggi, meskipun sudah banyak penelitian dilakukan. Karena itu penelitian tentang mekanisme inflamasi perlu dilakukan pada model sepsis.

"Penelitian pada manusia sulit dilakukan karena populasi yang homogen dan bisa menimbulkan masalah etika," kata Musofa. Karena itu, dalam penelitiannya Musofa mempergunakan tikus jantan dewasa sehat usia 10-12 minggu dengan berat 120-140 gram.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Gubernur Khofifah: Segera Vaksinasi Booster dan Tetap Prokes saat Berlibur

Statin merupakan salah satu obat yang dikenal sebagai bahan yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Indikasi utama obat ini adalah untuk pencegahan penyakit jantung.

Sampai saat ini belum ada kesimpulan baku hasil penggunaan statin dalam pengobatan sepsis. "Karena itu perlu penelitian tentang efek statin pada kondisi sepsis untuk mengungkap peran statin dalam pengobatan sepsis."

Temuan baru dari penelitian ini menunjukkan pengaruh pemberian statin bisa mengurangi risiko pada penderita sepsis. Hal itu terbukti pada penurunan sitokin pro-inflamasi pada tikus sebagai hewan coba. (*/dur)

Baca Juga: Presiden Jokowi Ingatkan Masyarakat untuk Segera Lakukan Vaksinasi Booster

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO