Fajar Ajak Masyarakat Cerdas Tentukan Pilihan di Pilkada: Pahami Rekam Jejak, Jangan Spekulatif

Fajar Ajak Masyarakat Cerdas Tentukan Pilihan di Pilkada: Pahami Rekam Jejak, Jangan Spekulatif Direktur LBH FT, Andi Fajar Yulianto, S.H., CTL.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Pilkada serentak yang rencana akan digelar pada 9 Desember 2020 mendatang, mendapat respons positif praktisi hukum Kabupaten Gresik.

Direktur LBH FT (Lembaga Bantuan Hukum Fajar Trilaksana) Andi Fajar Yulianto, S.H., CTL. memberikan beberapa parameter untuk masyarakat agar tidak tertipu janji manis dalam menentukan pilihan paslon. "Setidaknya, perlu diingat seberapa tinggi nilai integritas, kualitas, dan penguasaan komunitas seorang paslon," terang Sekretaris DPC Peradi Gresik ini.

Baca Juga: Bupati Gresik Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran, Ketua PDIP Gresik: DPP Perintahkan Tegak Lurus

"Wabil khusus, dalam pilkada yang kontestannya diikuti oleh calon incumbent yang tentunya akan berhadapan dengan pendatang baru. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui, sebagai indikator yang kemudian untuk menentukan pilihannya," katanya.

Fajar menyitir Montesquieu dalam The Spirit of Law, bahwa dalam kekuasaan ada 3 hal kecenderungan. Pertama, mempertahankan kekuasaannya. Kedua, memperbesar kekuasaannya. Dan ketiga, memanfaatkan kekuasaan.

"Fakta ini senada dan lebih ekstrem lagi bagaimana seorang Ilmuwan Lord Acton mengemukakan kekuasaan cenderung untuk korup. 'Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely'. Nah, dari sini masyarakat bisa menilai sejauh mana integritas calon incumbent, kualitas calon incumbent selama memimpin dan respons masyarakat terhadap hasil karya nyata. Apakah banyak mengecewakan, apakah banyak keluh kesah karena banyak kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat sampai harus dapat dilihat, dan apakah karya istimewa yang berdampak nilai kepuasan terhadap masyarakat," katanya.

Baca Juga: Bupati Gresik Ikut Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran, Anha: Dia Bupati Golkar

"Jadi, bisa dilihat keuntungan calon incumbent sudah punya modal dalam penguasaan sistem birokrasi yang dapat digerakkan dan tentu kecenderungan penguasa pastikan akan mendukung calon yang akan meneruskan estafet kekuasaannya," ungkapnya.

Lanjut Fajar, untuk calon pendatang baru juga harus dilihat dengan cermat. Sebab, figur ini bisa jadi sama sekali pendatang baru di dunia politik dengan jam terbang sebagai leadership yang masih minim.

"Elektabilitas belum terbentuk, apalagi belum pernah menduduki dunia birokrasi, baik rekam jejak terkait integritas, kualitas, sampai penilaian kepiawaian dalam komunikasi publik. Hal ini tentu tidak menutup kemungkinan jika terpilih juga diperlukan adaptasi yang tidak mudah, pasti akan tergagap-gagap jika tidak mempunyai tim staf ahli yang tepat dan handal untuk membantu tata kelola pemerintahan," bebernya.

Baca Juga: Digelar 26 Februari, Tempat Pelantikan Gus Yani-Bu Min Tunggu Hasil Rapat dengan Gubernur

"Artinya apa, masyarakat pendukung calon pendatang baru walaupun spekulatif, tapi haruslah spekulatif yang benar-benar terukur, visioner, serta dapat dipastikan membawa perubahan. Sehingga setidaknya dalam menentukan pilihan jika ada dua calon yang sama-sama baik, maka pilihlah calon yang lebih sedikit keburukannya. Dan jika ada dua calon yang sama-sama buruk maka pilihlah calon yang terbanyak kebaikannya," kata Fajar memberikan gambaran.

"Mari kita menentukan pilihan dengan cermat dan tetap menjunjung tinggi praktek berdemokrasi yang sehat," pungkasnya. (hud/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO