MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani, menegaskan bahwa episentrum sumber daya manusia (SDM) tidak harus lahir dari Jakarta, tapi juga bisa daerah seperti Pacet Mojokerto Jawa Timur. Dia menyimpulkan itu setelah tahu bahwa lembaga pendidikan pesantren yang diasuh Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag. sangat bagus. Apalagi santri dan mahasiswa yang belajar di Institut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga banyak dari luar negeri. Seperti Afghanistan, Malaysia, Thailand dan sebagainya.
"Padahal universitas negeri saja untuk mendapatkan 100 mahasiswa dari luar negeri harus berdarah-darah," kata Ali Ramdhani saat didaulat menyampaikan orasi ilmiah dalam Rapat Senat Terbuka Wisuda Perdana Sarjana dan Pascasarjana Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur, Ahad (30/8/2020).
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Dalam acara itu 473 mahasiswa diwisuda di kampus IKHAC sejak pagi hingga sore pada Ahad, 30 Agustus 2020. Acara wisuda dibagi dua tahap karena untuk mengikuti protokol kesehatan. Dari sekian mahasiswa yang diwisuda, ada beberapa mahasiswa dari luar negeri. Mereka berasal dari 9 negara, antara lain dari Afghanistan, Thailand, Malaysia, dan negara lainnya.
Ali Ramdhan mengaku kagum dan bangga terhadap Kiai Asep yang sukses mendirikan dan mengelola pondok pesantren sekaligus perguruan tinggi. Bahkan ia menganggap Kiai Asep sebagai orang tua. “Karena itu saya mempercayakan dua anak saya sekolah di sini,” kata Ali Ramdhan.
Sementara Kiai Asep Saifuddin Chalim menegaskan bahwa para mahasiswa yang kuliah di IKHAC sebagian mahasiswa reguler dari Mojokerto, Sidoarjo, dan sekitarnya. Tapi sebagian besar mahasiswa yang mendapat beasiswa dan berasal dari 34 provinsi seluruh Indonesia. “Terutama dari Pergunu,” kata Kiai Asep saat memberikan sambutan sebagai Pembina IKHAC.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Bahkan, kata Kiai Asep, sebagian mahasiswa dari luar negeri yang juga mendapatkan beasiswa. Ketua Umum PP Pergunu itu mengaku bangga terhadap lulusan IKHAC, terutama yang berasal dari luar negeri. Karena skripsi dan tesis mereka berbahasa Indonesia, disamping bahasa Inggris dan Arab.
Memang, menurut Kiai Asep, dari 11 prodi di IKHAC, ada empat mata kuliah yang paling ditekankan. Yaitu akuntansi, IT, bahasa Inggris, dan bahasa Arab. “Mulai semester I hingga semester 6,” katanya sembari menegaskan bahwa empat mata kuliah itu untuk mencetak generasi enterpreuner.
Kiai Asep menegaskan bahwa tahun ini juga akan mendirikan program S3. Menurut dia, S3 perlu segera didirikan karena sekarang banyak sekali berdiri perguruan tinggi, termasuk universitas-universitas NU. Tapi ia khawatir perguruan tinggi itu berdiri lalu mati. “Karena tidak punya home base, tidak bisa melahirkan doktor-doktor,” katanya.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Bahkan Kiai Asep juga akan mendirikan universitas internasional. “Mesir itu negara miskin, tapi punya Universitas Al-Azhar yang terkenal karena memberikan beasiswa kepada semua negara,” katanya. Begitu juga Maroko, Prancis, dan seterusnya.
Menurut Kiai Asep, semua perguruan tinggi yang terkenal di dunia itu populer karena memberikan beasiswa ke seluruh negara.
“Semua perguruan tinggi itu bukan milik pemerintah. Jadi karena ada orang yang mau berkorban,” katanya. Karena itu Kiai Asep bertekad untuk mendirikan universitas Internasional. Tujuannya untuk memperharum bangsa Indonesia. “Jadi kalau di Mesir ada Al-Azhar, nanti di Indonesia ada Amanatul Ummah,” katanya.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Lalu dari mana biayanya? “Kalau Al-Azhar itu punya banyak usaha. Punya hotel dan punya usaha lain. Tapi saya belum berani buka usaha hotel,” kata Kiai Asep.
Lalu dari mana biayanya? Yang pasti, Kiai Asep tak mau disumbang siapa pun, termasuk pemerintah. Alasannya selain tidak adil karena masih banyak pesantren kecil yang membutuhkan bantuan, juga tidak barakah karena nantri digremmengi pesantren-pesantren kecil.
“Saya ditawari oleh Pak Jokowi. Saat itu didampingi Pak Pratikno. Pak Kiai, kalau mau mendirikan universitas internasional, saya bantu membangun gedungnya. Saya tolak,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: 179 Penyuluh Agama Islam di Lamongan Ikuti CAT
Kiai Asep justru minta dipertemukan dengan Menteri BUMN Erick Thohir saja. “Saya tidak minta materi. Tapi minta kuota dan dipermudah untuk proses mendirikan SPBE. Daripada kuoatanya diberikan kepada orang lain untuk kepentingan pribadi. Kalau saya ini kan untuk kepentingan bangsa karena universitas internasional itu akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa seluruh dunia,” katanya.
Kiai Asep mengaku sudah dua kali ditanya Presiden Jokowi, apakah sudah bertemu Erick Tohir. Tapi Erick Tohir, kata Kiai Asep, tak pernah mau menemui. Hingga sekarang. “Kalau saya punya lima SPBE ya selesai universitas internasional itu. Sekarang saya baru punya satu SPBE,” katanya.
Namun, kata Kiai Asep, meski Erick Tohir tetap tak memberi akses untuk mendirikan SPBE, pihaknya tak akan kendor untuk mendirikan universitas internasional. Karena ia masih punya usaha lain yang akan dikembangkan.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Dalam acara wisuda ini hadir Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk memberikan orasi ilmiah pada sesi kedua. Ia didampingi Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi Jawa Timur, Dr. Hudiyono, M.Si., dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov Jatim Dr. Ir. Wahid Wahyudi, M.T.
Selain Gubernur Khofifah, juga hadir Dahlan Iskan, tokoh pers yang mantan menteri BUMN. Dahlan Iskan juga didaulat memberikan sambutan.
Juga hadir penyair kondang asal Madura KH. Zawawi Imron. Ia membaca pusi berjudul ibu yang sangat menyentuh.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Hadir juga Dirut Pascasarjana Unisma Malang Prof. Dr. M. Mas’ud Said, Prof. Dr. Husen, dan KH. Roziqi serta dari pihak kopetais dan kemenag Jatim, Surabaya dan Mojokerto. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News