KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Desa Joho Kecamatan Semen, merupakan sentra madu di Kabupaten Kediri. Bagaimana tidak, sebagian besar warga khususnya di sekitar Wisata Sumberpodang, berprofesi sebagai pembudidaya lebah madu yang sekaligus memproduksi madu.
Jumat (20/11/2020) lalu, salah satu produk unggulan madu Sumberpodang mendapat kunjungan studi banding dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Kalimantan. Dalam studi banding kali ini juga mengajak Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS).
Baca Juga: Bagikan PTSL di Dua Desa, Pjs Bupati Kediri Imbau Warga Jaga Bidang Tanah Masing-Masing
Lukas Tangalobok, Ketua Tim menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk belajar tentang budi daya lebah madu. Dalam rombongan ini ada KUPS Madu, KUPS Pariwisata, KUPS Porang, dan sebagainya.
"Belajar bagaimana usaha di sini untuk kami terapkan di Kalimantan. Di sana sudah ada lokasi yang menjadi pengembangan hasil hutan bukan kayu, maka kami belajar di sini untuk lebih meningkatkan usaha di Kalimantan. Harapan saya dengan studi banding ini, tim bisa mengambil ilmu dengan sebaik-baiknya. Agar sampai di Kalimantan kami dapat menularkan ilmu yang didapat kepada KUPS lainnya," jelasnya.
Menurut Lukas, tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi akan dibangun kerja sama, kemitraan, kolaborasi sehingga dapat saling membangun mulai dari produksi hingga pemasaran. Bahkan masyarakat dilibatkan dalam hal pengelolaan hutan, sehingga masyarakat menjadi subjek untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar hutan.
Baca Juga: Pemkab Kediri Raih Penghargaan Terbaik Keterbukaan Informasi Publik
Kepala Adm. Perhutani KPH Kediri, Anton Fajar Panjaitan mengatakan, studi banding ini adalah berbagi ilmu antara Kalimantan dan Kabupaten Kediri. Kegiatan ini bisa menjadi motivasi bagi warga di Lereng Gunung Wilis untuk mengembangkan usaha budi daya lebah madu. Apalagi sekarang ini permintaan madu meningkat pesat akibat adanya pandemi Covid-19. Masyarakat mencari madu untuk meningkatkan imunitas dari serangan virus tersebut.
"Kami sangat mendukung kegiatan warga, di antaranya dengan membebaskan warga untuk ‘angon’ atau menggembalakan lebah di hutan-hutan milik Perhutani, tapi harus tetap menjaga kelestarian hutan," ucapnya.
Dengan hutan tetap lestari dan warga ikut menjaganya, lanjut Anton, maka makanan lebah berupa nektar akan tercukupi dan produksi madu jauh lebih baik lagi.
Baca Juga: Hingga November 2024, Stok Daging Sapi di Kabupaten Kediri Surplus 2.736,7 Ton
Sementara itu, Sunarwan, Pemilik Usaha Madu Sumberpodang menjelaskan bahwa warga Lereng Gunung Wilis sangat kompak dalam berbudi daya madu, maka wilayah ini dikenal dengan Kampung Madu.
"Warga di sini berbudi daya madu dengan sistem menggembala. Tidak hanya di wilayah hutan Lereng Wilis, namun juga banyak yang keluar daerah di mana terdapat banyak nektar bunga. Selain produksi, dalam hal pemasaran kami banyak dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Setiap ada gelaran pameran Hari Jadi, Pekan Budaya atau Festival Kelud selalu dilibatkan," urai Sunarwan.
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60
Ia mengaku upaya tersebut berhasil mengenalkan produk madu kepada masyarakat luas, bahkan pemesanan sampai luar Pulau Jawa.
"Memang promosi itu sangat penting. Bupati Kediri dr. Hj. Haryanti Sutrisno pun sangat getol mengajak promosi lewat media sosial Instagram, dan kami pun merasakan manfaatnya," pungkas Sunarwan. (adv/kominfo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News