Tafsir Al-Kahfi 51-53: Memberitahukan Amal Sendiri

Tafsir Al-Kahfi 51-53: Memberitahukan Amal Sendiri Ilustrasi keluarga iblis.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

51. Maa asyhadtuhum khalqa alssamaawaati waal-ardhi walaa khalqa anfusihim wamaa kuntu muttakhidza almudhilliina ‘adhudaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Aku tidak menghadirkan mereka (Iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan Aku tidak menjadikan orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.

52. Wayawma yaquulu naaduu syurakaa-iya alladziina za’amtum fada’awhum falam yastajiibuu lahum waja’alnaa baynahum mawbiqaan

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Dia berfirman, “Panggillah olehmu sekutu-sekutu-Ku yang kamu anggap itu.” Mereka lalu memanggilnya, tetapi mereka (sekutu-sekutu) tidak membalas (seruan) mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

53. Waraaa almujrimuuna alnnaara fazhannuu annahum muwaaqi’uuhaa walam yajiduu ‘anhaa mashrifaan

Dan orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka menduga, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya.

TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Ayat sebelumnya bertutur tentang manusia yang menuhankan Iblis dan keluarganya. Mereka berpaling kepada Allah SWT dan mengikuti arahan Iblis. Padahal Iblis adalah musuh manusia yang amat jelas. Dan dengan segala cara, Iblis berhasil menipu mereka, sementara para pemujanya tidak merasa ketipu.

Ayat kaji ini adalah pernyataan Tuhan sekaligus cemooh, bahwa Tuhan tidak pernah memberi tahukan, mempertontonkan kepada mereka saat mencipta langit dan bumi, bahkan mencipta diri mereka sendiri. Ya mencipta begitu saja dan tidak merasa perlu memberi tahu kepada mereka yang dicipta. “Ma asyhadtuhum khalq al-samawat wa al-ardl wala khalq anfusihim”.

Mosok Big Boss harus memberi tahu atau laporan kepada satpam setiap kali melakukan aktivitas? Ya gak level dan tidak ada kepentingannya. Justru saptam yang mesti cerdas dan berusaha mengerti jadwal kegiatan Sang Boss, agar bisa melayani dengan baik. Itu baru saptam yang patuh dan mendapatkan perhargaan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Arah ayat ini adalah mencemooh mereka agar segera sadar, bahwa yang pantas disembah hanyalah Dia, Allah SWT yang mencipta, bukan yang lain. Mencipta dirinya sendiri saja tidak bisa, apalagi mencipta bumi, apalagi mencipta langit. Kini persoalannya adalah siapa yang dicemooh itu, atau siapa yang dimaksud dalam dlamir “hum” (ma asyhadtuhum) itu ?.

Pendapat paling popular, dlamir itu kembali ke Iblis & keluarga. Artinya, Allah SWT memaki-maki mereka, kok berani-beraninya mengaku Tuhan, membujuk manusia menyembah dirinya, menyembah selain Allah SWT, padahal terhadap penciptaan langit dan bumi saja dia tidak tahu-menahu. Bahkan terhadap penciptaan dirinya sendiri. Semua itu Allah SWT yang mencipta. Tuhan juga bebas berbuat: mau memberi tahu atau tidak.

Bisa pula, bahwa yang dimaksud pada dlamir itu adalah manusia, para pemuja Iblis & keluarga. Artinya, manusia mesti berpikir logis, bahwa Iblis itu tidak bisa apa-apa, bahkan tidak tahu apa-apa saat Tuhan penciptaan langit dan bumi, bahkan tidak tahu dirinya itu dicipta oleh Tuhan. Lho kok dipuja dan disembah? Itulah eksklusivitas yang mereka pilih.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Walhasil, manusia yang menyembah selain Allah SWT, menuhankan sesama manusia, menuhankan Adam A.S., menuhankan Isa A.S., sungguh gagal paham dalam berkeimanan. Teologi yang dibangun pasti rapuh dan mudah sekali digugurkan. Perkoro dipertahankan itu bukan atas dasar logika teologis, melainkan murni ketertutupan belaka.

Para tuhan-tuhanan itu nyata palsunya. Mencipta bumi tidak, mencipta langit apalagi. Mencipta kehidupan tidak, mau lahir saja dibantu orang lain. Jika dia tuhan, maka ibu yang melahirkan lebih tuhan lagi. Surga bukan miliknya dan ke akhirat belum pernah ke sana. Tuhan macam begitu, bisa apa dia?

Kayak begitulah nanti di akhirat, Tuhan memaki-maki mereka, baik yang menyembah maupun yang disembah. Semua dituntut pertanggungjawaban di depan Tuhan dan tidak satu pun yang berani mengangkat kepala. Semua merunduk dan menyesali, karena tahu neraka tempatnya. Tapi sia-sia. “fa dhannu annahum muwaqi’uha wa lam yajidu ‘anha mashrifa”.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO