Dampak ​Erupsi Gunung Raung, 440 Hektare Area Pertanian di Banyuwangi Rusak

Dampak ​Erupsi Gunung Raung, 440 Hektare Area Pertanian di Banyuwangi Rusak Erupsi Gunung Raung.

BANYUWANGI, BANGSAOLINE.com – Erupsi menyebabkab banyak rusak. Tanaman yang rusak mulai dari komoditas padi, bawang, petai, cabai, mentimun, labu, buncis, terong, tomat hingga semangka.

"Tanaman yang rusak terutama jenis hortikultura di kantong-kantong pangan Banyuwangi tersebut," tutur Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan saat dikonfirmasi, Rabu (10/2).

Baca Juga: Panduan Lengkap Menuju Puncak Sejati, Gunung Raung: Transportasi, Biaya, dan Persyaratan

Dalam jangka pendek, terdapat dua dampak yang dirasakan sektor pertanian. Di satu sisi, produktivitas lahan akan turun akibat tingkat keasaman tanah (ph) yang turun karena adanya sebaran abu di tanah. Namun di sisi lain, tersebut juga mengusir hama serangga maupun mematikan liar (gulma).

Meski demikian, dalam jangka panjang itu akan meningkatkan tingkat kesuburan lahan. "Kita telah terjunkan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) untuk memantau lahan secara rutin serta memberikan konsultasi dampak jangka pendek kepada petani. Tetapi pada umumnya para petani sudah paham apa yang harus dilakukan," lanjut Arief.

Hal ini seperti yang diakui oleh Suparman, seorang petani asal Desa Rowobayu, Kecamatan Songgon yang lahan sayur mayurnya rusak terkena abu. Ia mengaku hasil panennya turun drastis akibat paparan .

Baca Juga: Kamis Pagi ini, Gunung Semeru Alami Erupsi Abu Vulkanik Setinggi 700 Meter

"Saya biasanya panen sawi 2 kuintal, tetapi sekarang tersisa 40 kilogram saja. Karena banyak yang layu terkena abu. Jadi membusuk," ujar Suparman pasrah.

Berkaca dari pengalaman turun temurun, Suparman bersama petani yang lain telah melakukan antisipasi.

"Tanaman kita lindungi dengan plastik bening yang dikaitkan ke bambu. Sehingga sinar matahari tetap masuk, tetapi debu tidak sampai menempel ke daun," ujar Suparman.

Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi, Letusan Awan Setinggi 800 Meter

Sebelumnya, terjadi sejak 21 Januari 2021. Karena aktivitas vulkanologi yang meningkat, otoritas terkait menaikkan level dari level I (normal) ke level II (Siaga).

Sempat menurun, aktivitas muntahan kembali meningkat sejak Minggu (07/02) lalu. Tinggi muntahan masih di kisaran 4.332 mdpl atau 1.000 meter dari puncak .

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), muntahan akibat mencapai terpantau hingga 6.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), atau sekitar 2.500 meter dari puncak gunung. (hei/ian)

Baca Juga: Berikut 5 Gunung dengan Pemandangan Terbaik di Jawa Timur, Referensi untuk Libur Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO