Tafsir Al-Hijr 39-40: SLB, Sekolah 'Salib' Luar Biasa

Tafsir Al-Hijr 39-40: SLB, Sekolah Seorang siswi SD disalah satu SLB di Yogyakarta sedang mengerjakan Ujian Nasional. foto: viva.co.id

BangsaOnline - Dihadapan Tuhan, Iblis sudah teken kontrak memborong neraka dengan segala fasilitasnya. Iblis sangat serius dan bersumpah akn menjerumuskan semua anak cucu Adam ke dalam neraka. Dalam merealisasikan program penjerumusan itu, Iblis tidak merahasiakan cara ataupun stategi yang akan dipakai, melainkan mengumumkan secara terang-terangan trick penggodaannya nanti. Yakni, dengan cara "tazyin" lebih dahulu (la'uzayyinann lahum fi al-ardl), lalu "ighwa'" sebagai jurus pamungkas ( wa la'ughwiyannahum ajma'in). Walhasil, cara Iblis menggoda dan merusak keimanan anak Adam sangat jitu, licik dan efektif. Apa tazyin dan apa ighwa'?.

Itu kita tunda dulu, karena ada yang lebih perlu diketahui, sangat perlu disikapi oleh umat islam negeri ini terkait dengan cara non muslim bergerak menyebarkan keyakinan agama mereka. Non muslim amat pintar dan cermat melihat peluang sekecil apapun, tapi hasilnya sangat menjanjikan dan eksklusif. Pada sektor pendidikan normal, para misionaris merasa kurang bisa leluasa bergerak, baik dari sisi kurikulum sekolah maupun sebaran informal, sebab daya kontrol dari umat islam yang mayoritas di negeri ini cukup kuat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Mereka tidak kehilangan akal dan kini bergerak pada sektor pendidikan luar biasa. Pendidikan anak tuna rungu, anak cacat yang bahasa komunikasinya sangat khusus dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang khusus. Bahasa isyarat yang hanya satu paket dan bersifat internasional. Di negera manapun, bahasa isyarat bagi penyandang tunarungu sama. Kini, hampir di setiap Sekolah Luar Biasa (SLB) ini, para misionaris Salib berkiprah secara lembut dan ekstra hati-hati. Secara perlahan dan penuh kesabaran, secara terencana dan sistematis mereka mengajarkan keyakinan Salib kepada anak-anak orang islam yang sekolah di situ. Adakah tesrtimoni dan bukti tentang kesuksesan mereka?

Pertama, di Surabaya. Seorang habib mempunyai anak tuna rungu dan di sekolahkan di sebuah Sekolah Luar Biasa di Surabaya. Lambat laun si anak tidak lagi tertarik dengan shalat apalagi dengan al-Qur'an. Suatu hari pulang dengan memakai kalung berlambang Salib. Sang Habib marah dan sangat kecewa dan ingin memulihkan aqidah si anak, tapi tidak bisa berkomunikasi dengan buah hatinya. Kalung salib dibuang, tapi si anak beli lagi dan memakai lagi. Dibuang lagi dan memakai lagi. Menangislah sang Habib, sang keturunan Nabi, sungguh celaka andai cucunya berseberangan keimanan dengan Nabi.

Kedua, di Kertosono, ada pasangan suami-istri yang sama-sama tunarungu. Mereka dilatih di sebuah balai keterampilan yang bagus hingga lulus dan lihai dalam perbengkelan. Kepiawaiannya cukup tersohor seantero Kertosono dengan pelanggan cukup banyak. Dia murtad dan tidak pernah lagi pergi ke masjid seperti sediakala. Keimanan mereka telah berubah, dari islam ke Tuhan banyak. Lagi-lagi, tidak ada yang bisa memulihkan kembali keislaman yang dulu mereka pegangi, karena tidak ada juru dakwah yang menguasai bahasa isyarat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Ketiga, di Bogor Jawa Barat, malah anak kiai. Kiai itu pusing dan malu di hadapan umatnya sendiri, lebih didepan wali murid yang kebetulan sowan di rumahnya. Pasalnya, sang anak kesayangan yang tunarungu, yang disekolahkan ke sebuah SLB setempat memasang salib di dinding rumahnya. Dilepas, tapi esoknya memasang lagi yang lebih besar dan begitu seterusnya. Lagi-lagi tidak ada yang bisa memulihkan ke keimanan semula, karena tidak ada ustadz atau juru dakwah yang bisa bahasa isyarat.

Dengan izin Allah, semua itu beres dan berhasil kembali ke islam seperti sedia kala melalui lisan seorang ustadz dari kalangan Jamaah Tabligh, jamaah Dakwah atau Jaulah setelah dialog panjang. Penulis tahu, bahwa kawan-kawan jamaah Dakwah yang bermarkas di pesantren Temboro memang sudah menyiapkan juru dakwah khusus tunarungu dan sudah banyak berhasil mengislamkan kembali dengan izin Allah. Sementara kiai Nahdliyiin lebih tertarik kue politik yang tak jelas. Semoga Allah selalu memberkahi kalian, wahai kawan-kawan jamaah Tabligh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO