BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - KH Imamul Muttaqin Djauhari menegaskan bahwa pandemi Covid-19 di Klampis dan Arosbaya Bangkalan Madura sangat parah dan ganas membantai warga. Menurut dia, di daerah Bator Klampis saja dalam beberapa hari belakangan ini tak kurang 25 orang meninggal dunia. Belum di Arosbaya yang memang zona merah. Korbannya jauh lebih besar.
Ia mengaku Ahad lalu datang ke Desa Bator Kecamatan Klampis Bangkalan. “Satu keluarga ada yang kehilangan 5 anggota keluarga (mati terserang Covid-19). Ini bukan kata orang. Tapi saya tahu sendiri. Karena yang meninggal itu adalah kerabat saya sendiri. Mereka satu keturunan dengan saya, dari Bujuk Abdullah. Kata orang Klampis Bujuk Kolla,” kata Kiai Imamul Muttaqin dari Pondok Pesantren Darul Hikmah Langkap Burneh Bangkalan dalam rekaman video yang diedarkan.
Baca Juga: Mahasiswa Hingga Rektor UTM Unjuk Rasa, Desak Polres Bangkalan Hukum Mati Pelaku Pembakar Mahasiswi
Ia menyampaikan pernyataannya itu dalam bahasa Madura. “Jadi bukan main-main Corona ini. Sekarang (Corona sedang) membantai (warga) Bangkalan. Itu baru di Bator Klampis saja. Belum di Arosbaya. Kalau Arosbaya kan memang zona merah,” tambahnya sembari mengatakan bahwa di Kecamatan Arosbaya korban Covid-19 jauh lebih besar lagi.
Menurut Kiai Imam Muttaqin, kini warga kewalahan karena banyaknya orang meninggal. “Sampai di Klampis jadi omongan. Kalau meninggal sekarang tak ada kiai yang menalqini. Saking parahnya. Bahkan Puskesmas sekarang lock down. Tutup. Sudah gak muat. Apotek juga tutup. Petugasnya takut untuk melayani. Karena parahnya,” katanya.
Pandemi besar seperti ini, menurut Kiai Imam Muttaqin, pernah terjadi saat Umar bin Khattab menjadi Khalifah. Saat itu pandemik melanda Syam, salah satu provinsi di bawah kekuasaan atau pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab. Wabah itu sangat parah.
Baca Juga: Dewan hingga Akademisi Desak Polisi Jerat Pembunuh Mahasiswi di Bangkalan dengan Hukuman Mati
“Saking parahnya orang Islam yang meninggal mencapai 25 ribu orang,” katanya. Termasuk sahabat Muadz bin Jabal, Gubernur Syam.
Karena tak kunjung teratasi, maka Sayyidina Umar lalu mengutus tokoh muda Amr bin Ash. “Amr bin Ash lalu mencermati dan meneliti jenis atau ciri-ciri wabah itu. Amr bin Ash kemudian berkesimpulan bahwa wabah itu seperti api, sedang manusia adalah kayu bakarnya,” kata Kiai Imam Muttaqin.
Untuk mengatasi itu, Amru bin Ash kemudian memberikan solusi: warga harus berpencar, jangan berkerumun, agar api itu tidak menemukan manusia (berkerumun) sebagai kayu bakar. Api itu pun mati sendiri.
Baca Juga: UTM Kawal Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswi Fakultas Pertanian
“Sekarang di Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, api itu sedang membara. Mari masyarakat jaga jarak, jangan berkerumun. Agar apinya mati sendiri. Ini berdasarkan sejarah Amr bin Ash,” katanya sembari mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Jadi, menurut dia, Covid-19 yang kini menyerang Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, itu nyata dialami masyarakat setempat. Karena itu ia minta jangan berkomentar sembarangan. “Sudah nggak bantu (menangani Corona) masih berkomentar sembarangan. Kalian kan belum terserang (Corona). Coba kalau kalian terserang (Corona) lalu keluarganya mati sampai 5 orang, bagaimana perasaannya,” sesalnya.
Karena itu ia minta masyarakat tidak percaya pada omongan orang di media sosial yang meremehkan Covid-19. Menurut dia, kalau ingin tahu kondisi Klampis dan Arosbaya yang sebenarnya, berkomunikasi saja langsung dengan warga Klampis dan Arosbaya.
Baca Juga: Mahasiswi di Bangkalan Dihabisi dan Dibakar Kekasih
“Kalau datang (ke Arosbaya dan Klampis) kan gak bisa (karena ketat). Tapi cobalah berkomunikasi langsung (lewat HP),” pintanya. “Jangan mendengarkan omongan di facebook. Karena yang komentar itu biasanya bukan orang Bangkalan (sehingga tak tahu kondisi yang sebenarnya),” katanya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News