KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir ini, ternyata tidak berpengaruh terhadap usaha penjualan tape singkong yang dijalani Sulani, warga Dusun Ngrancangan, Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Menurut pria berumur hampir 75 tahun itu, penjualan tape produksinya tiap hari masih lancar. Ia menjajakan tape menggunakan sepeda hordognya (tua) keliling dari desa ke desa sejauh lebih dari 50 km.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Sulani berangkat dari rumahnya di Kecamatan Gurah sekira pukul 06.30 WIB. Pria ini masih sanggup ngonthel untuk menjajakan dagangannya kepada pelanggan.
Berjualan tape singkong sejak tahun 70-an, Sulani mengaku, setiap hari memasak ketela pohon alias singkong sebanyak 50 kg. Setelah diproses hingga menjadi tape, bobotnya berkurang menjadi 30 kg tape senilai Rp.200-300 ribu.
Tape berbobot kurang lebih 30 kg itulah yang setiap hari dijual dengan cara berkeliling kota bahkan sampai desa di Kabupaten Nganjuk bagian timur. Tepatnya sampai Desa Baleturi, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk.
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
Untuk mencapai warung atau rumah pelanggannya yang ada di Kabupaten Nganjuk, Sulani harus naik perahu gethek dari Desa Jong biru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri agar bisa menyeberangi Sungai Brantas.
Saat bertemu di atas ke perahu gethek yang akan menyeberangkan dari Jongbiru ke Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Sulani bercerita bahwa dirinya baru pulang ke rumah pukul 13.30 WIB.
"Sejak tahun 1970-an, saya sudah berjulan tape singkong ini dengan naik sepeda onthel ini. Langganan saya bahkan sampai ke Baleturi (Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk)," kata Sulani di sela-sela melayani pembeli tapenya di atas perahu, Minggu (8/10).
Baca Juga: Gandeng Peradi, Fakultas Hukum Uniska Adakan Ujian Profesi Advokat
Menurut Sulani, berjualan tape sudah dilakukan secara turun-temurun diawali dari orang tuanya. Ia mengaku tidak mengetahui sampai kapan bisa terus berjualan tape dengan cara berkeliling dengan naik sepeda onthel ini.
"Mungkin saya akan berhenti berjualan tape bila sudah tidak kuat ngonthel lagi. Alhamdulillah, sampai saat ini saya masih kuat ngonthel," tutup Sulani ketika perahu gethek yang dinaiki mendekati "dermaga". Itu artinya, Sulani harus melanjutkan perjalanan menuju tempat pelanggannya dengan ayunan pedalnya.
Sebagaimana diketahui, Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra usaha tape singkong. Meski sudah banyak berkurang, tapi penjualan tape singkong dengan cara berkeliling naik sepeda onthel ini masih tetap dijalankan oleh belasan orang seperti Sulani itu. (uji/rev)
Baca Juga: Uniska dan ID Consulting Jepang Teken MoU Strategis untuk Penyerapan Tenaga Kerja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News