Kereta Api Jakarta-Surabaya Masih 11 Jam, Bisakah 4 Jam atau 7 Jam?

Kereta Api Jakarta-Surabaya Masih 11 Jam, Bisakah 4 Jam atau 7 Jam? Dahlan Iskan

Kenyataan sekarang yang hanya 66 Km/jam, rasanya pasti bukan karena kekuatan lokomotifnya. Lokomotif yang ada masih bisa lari dengan kecepatan 130 km/jam. Apalagi kalau gerbong yang dihela hanya 8 buah.

Apakah karena fondasi rel-nya yang kurang kuat? Setahu saya rel kereta kita terus diperbaiki. Saat ini, rasanya, mampu untuk menjadi tumpuan kecepatan 120 Km/jam.

Maka harus dicari penyebab lainnya.

Kondisi rel Jakarta-Surabaya (lewat utara) adalah yang terbaik. Terutama bila dibandingkan dengan jalur lama Jakarta-Bandung. Yang harus berkelok-kelok itu. Jalur Jakarta-Surabaya hampir sepenuhnya lurus.

Bagaimana kalau kecepatan rata-rata itu ditargetkan 100 km/jam? Rasanya masih bisa. Tentu direksi dan komisaris yang tahu caranya. Terutama cara memadukan kereta jarak pendek dan jarak jauh.

Misalnya: kereta dibuat hanya berhenti dua kali. Bahkan kalau perlu hanya satu kali. Ada yang berhenti hanya di Cirebon. Pada jam yang lain hanya berhenti di Tegal. Jam yang beda lagi hanya berhenti di Semarang.

Sebenarnya dengan rel ganda begitu banyak kereta bisa diberangkatkan. Rel ganda benar-benar memerlukan pemikiran ganda. Terutama agar investasi triliunan rupiah itu bisa dirasakan manfaatnya.

Begitu sederhana keinginan hari ini: hanya bagaimana agar punya kereta dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Begitu jauhnya dengan yang sudah dicapai negara lain.

Memang kita akan punya kereta cepat Jakarta-Bandung. Yang konon akan diteruskan sampai Surabaya. Tapi tetap saja investasi yang sudah ditanam di jalur utara harus memperoleh return.

Tentu saya tidak punya nyali sebesar proyek Jakarta-Bandung itu. Saya takut. Apalagi ketika membaca berita di Hong Kong bulan lalu: biaya Jakarta-Bandung itu naik lagi dari rencana yang sudah diperbaiki. Naiknya saja, kata berita itu, 2 miliar dolar AS. Berarti menjadi lebih Rp 100 triliun.

Maka untuk Jakarta-Surabaya saya hanya berani mengingatkan: rel ganda sudah lama tersedia. Mengapa kecepatan keretanya masih rata-rata sekitar 66 Km/jam.

Ke depan memang ada pemikiran alternatif: tidak perlu membangun jenis kereta Jakarta-Bandung itu. Cukuplah kalau Jakarta-Surabaya itu dibuat 4 jam. Berarti cukuplah dengan kereta berkecepatan 220 km/jam.

Berarti jalur ganda yang ada masih bisa digunakan. Hanya perlu diperbarui ukuran relnya. Dari yang ada sekarang 1.067 cm, menjadi ukuran 1.455 cm. Tapak yang lebih lebar memang membuat lebih aman untuk kecepatan lebih tinggi.

Tentu keretanya juga harus diubah: menjadi kereta listrik.

Dari segi biaya pemikiran sederhana itu lebih realistis. Kalau punya uang lebih bisa untuk yang lain.

Tapi untuk apa kita pikirkan itu? Kita pikir dulu yang 66 Km/jam tadi.

Cobalah Anda berlagak menjadi direksi atau komisaris . Bagaimana Anda bisa menjalankan kereta itu dengan kecepatan rata-rata 100 Km/jam.

Terserah Anda, kereta itu akan Anda buat berhenti berapa kali. Yang penting jangan minta naik gaji. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Terobos Perlintasan Kereta Api, Honda Brio di Cilegon Ringsek':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO