Oleh: Mochammad Fuad Nadjib*
Pelaksanaan Konferensi Cabang (Konfercab) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sidoarjo yang akan diselenggarakan pada Ahad, 28 November 2021, tinggal menunggu hitungan waktu. Konfercab adalah forum tertinggi di PCNU, hal ini menjadikan momen tersebut sebagai ajang atau forum tawar menawar gagasan dan ide untuk menyuguhkan formulasi tepat untuk organisasi Islam terbesar di Kabupaten Sidoarjo ini.
Baca Juga: Polisi Dalami Anak Bunuh Ibu di Sidoarjo
Hal ini mencakup semua aspek dalam tubuh organisasi, baik program, arah organisasi, kepemimpinan, sampai hal yang teknis terkait pengelolaan aset-aset NU, baik berupa materi maupun nonmateri dan juga berbagai hal lain baik yang berkaitan langsung dengan organisasi maupun tidak.
Ada beberapa catatan yang mungkin perlu diperhatikan sepanjang periode kepemimpinan NU di Kabupaten Sidoarjo kemarin. Setidaknya hal ini banyak diperbincangkan warga NU di Kabupaten Sidoarjo.
Arah Organisasi
Baca Juga: Jenazah Perempuan Gegerkan Warga Waru, Diduga Tewas Dibunuh Anaknya
NU di Kabupaten Sidoarjo memang berbeda dengan NU di daerah lain. NU di Kabupaten Sidoarjo relatif mendominasi dalam semua sendi kehidupan sosial, agama, dan juga pemerintahan. Hal ini sebenarnya sangat mudah dibaca, termasuk oleh orang awam. Kedekatan dan seakan-akan menjadi satu antara PCNU Sidoarjo dan DPC PKB Sidoarjo terlihat dari kantor, yang saling berbagi dalam satu atap.
Bupati Sidoarjo bukan sekadar warga NU, namun beliau adalah Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Timur dan juga putra kiai pesantren yang aktif sebagai Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Banyak pengurus NU sendiri yang menjadi kepala dinas di lingkungan Kabupaten Sidoarjo. Hal ini menjadi salah satu tolok ukur bagaimana NU walaupun tidak secara langsung 'menentukan' arah kebijakan pemerintah.
NU menjelma menjadi simbol keselamatan bagi siapa pun yang ingin bertahan dan memiliki karir. Penulis lebih memilih melihatnya dari sisi positif. Fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa kader-kader NU tidak saja mewarnai ruang-ruang publik semata, namun juga menentukan warna. Tentu saja hal ini didasari dengan kesadaran bahwa kader NU harus mampu beradu ide dan gagasan di luar sistem serta mengambil kebijakan di dalam.
Baca Juga: 5,9 Juta Batang Rokok Ilegal Senilai Rp8,25 M Dimusnahkan Bea Cukai Sidoarjo
Istimewanya, NU di Sidoarjo menjadikan banyak yang berlomba untuk menjadi atau mungkin diakui sebagai orang NU. Lumayan sesuai dengan ungkapan 'semua akan NU pada waktunya'. Terlepas dari itu semua, secara organisasi NU Kabupaten Sidoarjo terlihat sangat dominan gerakannya, baik di ranah pemerintahan maupun di ranah sosial dan keagamaan. Maka tidak heran jika ada uangkapan “jika NU dehem maka Pemerintah Sidoarjo akan kebingungan belum lagi berbicara.”
Kepemimpinan dan Manajemen SDM
Dalam organisasi apa pun kepemimpinan menjadi salah satu unsur utama dalam efektivitas kerja dan kinerja. Banyak indikator yang bisa digunakan dalam mengukur efektivitas kepemimpinan, tidak terkecuali PCNU Kabupaten Sidoarjo. Banyaknya kader NU yang merangkap jabatan dalam organisasi NU, baik lembaga ataupun banom dianggap kurang bisa mengakomodir kader-kader NU yang ada di bawah baik tingkat Majelis Musyawarah Cabang (MWC) maupun tingkat Ranting, yang seharusnya pengurus harian lembaga ataupun badan otonom tidak rangkap jabatan untuk keefektifan kinerja di lembaga ataupun badan otonom NU.
Baca Juga: Sidang Lanjutan Bupati Nonaktif Sidoarjo, Penasihat Hukum Klaim Puluhan Saksi Tak Berhubungan
Di sisi lain, juga banyak majelis wakil cabang (MWC) bahkan ranting punya penafsiran sendiri terhadap program PCNU dan bahkan berjalan sendiri-sendiri sesuai keinginan mereka. Banyak pengurus di bawah yang menjawab tidak tahu menahu ketika ada kader NU atau bahkan warga NU yang bertanya terkait program PCNU. Sebuah kejadian yang dapat diminimalisir di era digital yang penuh kemudahan transformasi media untuk sampainya progam sampai pada pengurus atauwarga NU yang ada di plosok desa.
Pengurus MWC atau ranting kalau hari ini ditanya tentang pengurus PCNU siapa, kemungkinan hanya mampu menjawab nama pucuk pimpinan. Hal ini juga baru menjadi salah satu indikator dominannya peran pimpinan, di mana pengurus yang lain 'seakan nyaman' ketika tidak diberdayakan. Dalam setiap kesempatan berkegiatan, dominasi wajah dan sosok pengurus juga tampak kentara. Seakan-akan PCNU Kabupaten Sidoarjo selesai ketika ditangani oleh beberapa kader saja.
Dalam organisasi, hal ini tentu saja nantinya menjadi catatan bagi pengurus yang akan diamanahi dalam manajemen SDM pengurus. Banyak pengurus dan kader yang memiliki kemampuan lebih dan siap untuk diberdayakan dalam berkhidmat di NU. Namun ini adalah indikator kurang efektifnya manajemen SDM.
Baca Juga: Warga Krian Digegerkan Penemuan Wanita Bersimbah Darah Dekat Kandang Ayam
Pengelolaan Inventaris dan Kekayaan Organisasi
PCNU Kabupaten Sidoarjo sebagai organisasi keagamaan terbesar di Kabupaten Sidoarjo dengan semua lembaga di bawahnya tentu saja memiliki sumber daya yang melimpah. Mobil operasional, Rumah Sakit NU, universitas, sekolah/madrasah, dan semua aset NU lain beserta sumber dana abadi koin NU yang tidak bisa dinilai sedikit. Belum termasuk harta tak berjalan seperti gedung dan bangunan lainnya. Semua aset tersebut sudah pasti idealnya didayagunakan untuk kepentingan PCNU menjadi organisasi yang besar, bermartabat, dan efektif.
Namun, masih banyak aset NU yang belum terurus secara optimal, terutama aset tanah, ada sekolah yang masih didirikan yayasan dan belum melebur dalam satu badan hukum NU. Banyak masyarakat atau warga NU yang ada di desa belum paham masalah tersebut dan malah rata-rata pengurus NU Ranting yang kurang mengetahui tetang masalah itu ikut menjadi pengurus inti dan mendirikan yayasan maupun lembaga pendidikan di atas tanah wakaf NU yang seharusnya bernaung di satu badan hukum yaitu NU itu sendiri.
Baca Juga: Relawan Sahabat Baik Khofifah-Emil Targetkan Kemenangan 70 Persen Suara di Sidoarjo
Ini adalah salah satu PR besar bagi Pengurus NU nantinya yang diamanati lewat Konfercab XXI tahun 2021 ini. Semoga Konfercab PCNU Sidoarjo XXI nantinya memunculkan program-progam yang bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak dan pengurus yang nantinya diamanahi bisa menahkodahi organisasi warisan para ulama ini dengan baik dan dapat menjawab PR yang ditinggalkan oleh kepengurusan yang lalu, serta dapat menyelesaikan masalah-masalah umat khususnya warga Nahdliyyin.
*Penulis adalah Kepala Sekolah SMK Diponegoro Sidoarjo dan Sekretaris PC Pergunu Sidoarjo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News