SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jawa Timur (Jatim) resmi dilantik di Pondok Pesantren Babussalam, Banjarejo, Malang, asuhan KH Thoriq bin Ziyad (Gus Thoriq).
“Terima kasih Gus Thoriq berkenan pesantrennya ditempati pelantikan PA GMNI Jatim. Ini menunjukkan kaum santri dan kaum nasionalis ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan,” ujar Ketua PA GMNI Jatim, Deni Wicaksono, dalam keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com, Senin (29/11).
Baca Juga: GMNI Dukung Rencana Pembentukan Zaken Kabinet Pemerintahan Prabowo
Ia menuturkan bahwa upaya untuk merawat dan menumbuhkan spirit nasionalisme di kalangan anak bangsa kini menghadapi berbagai tantangan, tantangannya pun telah bersalin rupa dengan beragam kompleksitasnya.
“Salah satu tantangan utamanya adalah betapa masifnya radikalisme dan ekstremisme berbalut ideologi transnasional menyusup ke berbagai lini kehidupan kita. Kaum nasionalis dalam wadah PA GMNI harus berada di garda terdepan untuk menghadapinya, karena kita tidak ingin Indonesia hancur terpecah belah,” tuturnya.
Dengan berbagai dinamika dan tantangan, lanjut Deni, semua anak bangsa patut bersyukur karena hingga saat ini Indonesia masih lah entitas yang sama seperti kala dideklarasikan pada 1945. Meski begitu, pekerjaan rumah masih menunggu untuk dituntaskan, salah satunya soal kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Ribuan Kader dan Alumni GMNI Jawa Tengah Ziarah ke Makam Bung Karno
Kaum marhaenis, kata Deni, sudah seharusnya mengimajinasikan sosok kaum marhaen di era digital saat ini bukanlah hanya petani saja. Ia mengatakan jika Bung Karno hidup kembali, ilham politik itu tidak lagi ditemui pada sosok Marhaen, petani kecil di pelosok Bandung Selatan.
“Mungkin, Bung Karno akan bertemu para pekerja yang menenteng gadget dan mengendarai motor dan bertanya apa yang membuatnya kerja siang malam namun tak kunjung sejahtera. Kita perlu kembali bertanya secara kritis, bagaimana kita para kaum Soekarnois dalam mengimplementasikan doktrin Tri Sakti di masa kini,” kata Deni.
“Apakah kita telah berdaulat dalam politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan? Jika belum, hari ini seharusnya menjadi tonggak sejarah untuk menengok, memformulasikan dan mengimplementasikan doktrin tersebut sesuai semangat zaman. Jangan sampai kita, kaum Soekarnois, gagal mewarisi sikap visioner Bung Besar dalam membaca gerak zaman dan kita menjadi tidak relevan,” paparnya menambahkan.
Baca Juga: Kasus Pengeroyokan Santri Hingga Tewas di Blitar, Ternyata Dianiaya 17 Orang
Pelantikan dengan tema 'Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman' itu dihadiri Ketua Umum DPP PA GMNI, Ahmad Basarah; Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistianto Dardak; Ketua DPRD Jatim, Kusnadi; Kapolda Jatim yang diwakili Kapolres Malang, Pangdam yang diwakili Dandim, Kajati yang diwakili Kajari Malang, bupati/wali kota dari beberapa daerah di Jatim, pimpinan dan anggota DPRD kabupaten/kota, hingga berbagai tokoh lainnya.
Untuk membumikan semangat nasionalisme di masa kini, Deni mengungkapkan tujuh aksi yang akan digeber oleh keluarga besar PA GMNI Jatim, berikut daftarnya:
Pertama, tetap mewaspadai Covid-19, khususnya momentum libur akhir tahun. Semuanya harus bergotong royong agar tidak terjadi gelombang ketiga dengan disiplin protokol kesehatan dan menyukseskan vaksinasi hingga mendekati angka 100 persen pada akhir tahun.
Baca Juga: HUT ke-64 PMII, Khofifah Ajak Mahasiswa Bangun Kualitas Pergerakan dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Kedua, terus menjaga keberagaman dan melawan intoleransi. Jangan beri ruang sedikit pun kepada kaum intoleran..
Ketiga, bekerja memulihkan ekonomi pascapandemi.
Keempat, pemberdayaan UMKM dan koperasi serta mengawal UMR yang mewadahi semua kepentingan
Baca Juga: Rayakan HUT ke-70, GMNI Airlangga Bahas Pragmatisme Gerakan
Kelima adalah reorganisasi birokrasi. Ini adalah langkah konsolidasi ke dalam organisasi untuk memantapkan kerja-kerja kerakyatan PA GMNI.
Keenam, pembangunan dan perbaikan infrastruktur merata ke perdesaan. “Infrastruktur akan meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat desa. Kita harus kawal dan bantu wujudkan itu sesuai bidang pengabdian kita masing-masing, apakah sebagai pejabat pemerintahan, anggota parlemen, pengusaha, pegiat NGO, dan sebagainya,” tuturnya.
Ketujuh, membantu membentuk karakter para pelajar dengan program character building, agar nasionalisme terbentuk dan terhindar dari radikalisme. (mdr/mar)
Baca Juga: Ketua Komisi III DPRD Trenggalek: Idealnya 1 Tahun Butuh Rp50 M untuk Tangani Kerusakan Jalan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News