Tambang Emas Liar Jember Dibakar setelah Ancam Wartawan dan Polisi

Tambang Emas Liar Jember Dibakar setelah Ancam Wartawan dan Polisi Salah satu lubang tambang emas ilegal.

Sabilul tentu saja tidak percaya. "Pokoknya dalam sepekan, saya ingin semua rumah-rumahan dan warung ini dibongkar. Tidak boleh ada lagi," katanya kepada aparat desa dan petugas kepolisian sektor.

Sabilul juga memerintahkan anak buahnya menyita sejumlah peralatan seperti jerigen dan lain-lain yang diduga bagian dari upaya penambangan liar. Beberapa sepeda motor tanpa plat nomor dan tidak dilengkapi surat-surat juga dibawa ke kantor polisi. (jaj/ns)

PWI Apresiasi Langkah Polisi

PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kabupaten Jember, memuji respons aparat kepolisian, menyusul berita penambang emas liar di Gunung Manggar, Kecamatan Wuluhan, yang mengancam jiwa jurnalis.

"Kami mengapresiasi kinerja Polres Jember yang cepat merespons. Kami prihatin, wartawan masih memperoleh ancaman saat bekerja. Kali ini warga sipil yang bekerja sebagai penambang emas liar yang mengancam jiwa jurnalis," kata Ketua PWI Jember Sigit Edi Maryanto.

PWI Jember mendukung aparat pemerintah dan penegak hukum tegas menindak para penambang emas liar itu. "Hasil reportase teman-teman menunjukkan, bahwa penambangan emas liar ini mengancam lingkungan, termasuk kelangsungan sungai yang menjadi tumpuan irigasi para petani," kata pria berambut gondrong ini.

Tiga wartawan yang diancam oleh penambang ilegal itu adalah Rully Effendi (Radar Jember), Mahrus Soleh (Jember Times), Felli Kosasih (JTV). Sementara sang polisi bernama Brigadir Erly Kustanto.

Peristiwa itu terjadi kemarin, sekitar jam 10.00 WIB. Saat itu tiga jurnalis itu ingin meliput olah tempat kejadian tewasnya warga bernama Eko di lubang tambang liar, Rabu tadi malam. "Kami terlambat. Kapolsek sudah berangkat dulu, jadi kami diantarkan oleh petugas," kata Rully.

Rupanya sang petugas salah antar. Mereka bergerak ke sisi selatan gunung, bukan sisi utara. Tak disangka, di sana mereka memergoki sejumlah orang tengah menambang. Melihat itu, Erly Kustanto mengusir para penambang liar. "Sudah sana bubar, bubar," kata dia, menyebut status sebagai polisi.

Bukannya gentar, orang-orang itu justru mendekati Erly dan tiga jurnalis. Mereka bersenjata tajam. "Sudah, cuma empat orang. Serang," teriak salah satu orang yang kelihatan dituakan.

Melihat situasi gawat, Rully tak habis akal. Ia mengaku petugas polres. "Berani kalian? Jangan macam-macam. Di bawah sudah ada banyak petugas. Kalian mau ditangkap? Saya ini kasihan sama kalian. Ayo bubar, pulang," teriak dia.

Rupanya lontaran Rully bikin mereka ciut nyali. Akhirnya, orang-orang itu membubarkan diri. Legalah Rully dan kawan-kawan. "Kalau tidak dibegitukan, bagaimana? Kami tak bawa senjata untuk melawan dan kalah jumlah," kata dia. (jaj/ns) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO