Merdeka Belajar yang Inovatif | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Merdeka Belajar yang Inovatif

Editor: Redaksi
Selasa, 11 Juli 2023 20:13 WIB

M. Aminudin.

Model pembelajaran Project based learning (PBL) ini tidak hanya fokus pada hasil produknya saja, namun lebih menekankan pada proses bagaimana siswa dapat menentukan masalah, kemudian memecahkan masalah dan akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk. 

Pendekatan ini membuat siswa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam pengerjaan proyeknya. Guru merancang suatu masalah yang berhubungan pada kompetensi dasar yang tidak memberikan kontribusi maupun dampak yang baik dalam pencapainnya. 

Kemudian Guru mencoba menggunakan model pembelajaran yang berbeda dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga guru merancang model/teknik yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Guru bebas berkreasi sesuai dengan target yang dicapai, begitu juga peran siswa dalam memberikan karya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan siswa itu sendiri.

Pembelajaran berbasis proyek selalu bersumber dari sebuah masalah atau pertanyaan. Permasalahan yang harus dipecahkan harus memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan level siswa. Selanjutnya proyek yang dilakukan siswa harus mencakup pertanyaan-pertanyaan dalam dunia nyata atau yang relevan dengan pengalaman siswa. 

Dengan demikian siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkannya saat pembelajaran dengan manfaat atau kegunaannya di dunia nyata. Metode pembelajaran berbasis proyek hendaknya memberikan kebebasan siswa untuk menentukan strategi memecahkan masalah, produk apa yang akan dihasilkan, dan juga bagaimana cara menghasilkan produk tersebut. 

Dalam penerapan Project Based Learning siswa diharapkan mampu merefleksikan semua pengalaman yang di dapat selama mengerjakan proyeknya. Kemudian siswa mampu menyimpulkan pelajaran berharga apa yang dapat diambil selama proses Project based learning.

Metode pembelajaran Project based learning juga mengajarkan pada siswa untuk dapat memberikan dan menerima masukan-masukan atas proyek yang dilakukannya. Dengan demikian mereka tidak hanya belajar dari guru tetapi dapat saling belajar dari teman sekolahnya atau lingkungan sekitarnya. 

Di akhir proses Pembelajaran berbasis proyek, siswa harus mampu mempresentasikan penemuannya atau produk yang dihasilkannya di depan kelas atau bahkan di depan masyarakat umum. 

Selain berdiskusi tentang proyeknya, diharapkan semua siswa mampu menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari dan juga dipraktikkan. Dari pemaparan di atas jelas sekali bagaimana penerapan model Project based learning menunjukkan peran siswa dalam berkolaborasi, berpikir kritis, menentukan permasalahan dan mencari solusi terhadap permasalahan, sehingga sejalan dalam konteks merdeka belajar. 

Dengan metode merdeka belajar di atas lebih mendorong iklim pendidikan yang menghasilkan inovasi dan keterampilan, di antara hasilnya seperti yang dilihat Pelajar yang berhasil memperoleh juara 2 di kompetisi sains internasional di ajang Asean Student Science Project Competition (ASPC) 2022 di Thailand. 

Salah satunya, Siswa madrasah dari MAN Insan Cendekia Gorontalo Farrel Aryo W. Dalam kompetisi di jaringan itu, Farrel memperoleh juara 2 kategori Sains Terapan dengan karya ilmiahnya 'Wrist Strap Innovation for Body Temperature (oC), Heart Rate (Bpm), & Oxygen Saturation Lalaevel (%Spo2) Real-Time Monitoring Using Photoplethysmograph Method'.

Walaupun prestasi itu mungkin di pengaruhi banyak faktor, tapi karena itu terjadi dalam era program merdeka belajar, nampaknya faktor penting terhadap capaian di atas adalah karakter yang terbentuk dari kurikulum merdeka belajar. Ada enam karakter utamanya dalam kurikulum merdeka belajar: (1) Bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Berkebhinekaan global. (3) Mandiri. (4) Gotong Royong. (5) Bernalar kritis, dan (6) Kreatif.

Karena madrasah mempunyai keunikan dan kekhasan, maka ada tambahan dengan istilah Rahmatan Lil Alamin. Secara spesifik DIRJEND PENDIS KEMENAG RI Prof. Dr. M. Ali Ramdhani, S.TP., M.T. kekhasan pembentukan karakter pendidikan keagamaan seperti Madrasah membangun karakter manusia terpelajar menghadirkan nilai-nilai Ilahiyah, karakter IHSAN dalam berbagai aspek kehidupan. Kata IHSAN merupakan akronim dari integritas, humanisme, spiritualitas, adaptability, nationality.

Walaupun semarak program merdeka belajar di tahun keempat ini sudah nampak hasilnya tetapi tetap saja perlu dievaluasi, terutama mengukur pemerataan kualitas lulusan sekolah baik antara sekolah di daerah dan di Kota dan mengkomparasikan kualitas lulusan sekolah atau madrasah sebelum dan sesudah pemberlakuan Kurikulum . Jika itu dilakukan Indonesia semakin bergerak maju lebih baik lagi saat ini dan masa depan.

Padahal MENDIKBUD Nadiem Anwar Makarim Merdeka belajar adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kondusif termasuh kondusif bagi pengurangan kekerasan. Jika PR terakhir itu juga berhasil di atasi, maka buah merdeka belajar di Indonesia akan semakin dirasakan masyarakat luas. 

Penulis merupakan Peneliti Senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)/ Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ Staf Ahli DPRRI 2008/Pengurus Pusat Ikatan alumni Unair

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video