Kembangkan Jiwa Entrepreneur Santri, Pesantren Tebuireng Produksi Kopiah, Seragam, dan Kasur

Kembangkan Jiwa Entrepreneur Santri, Pesantren Tebuireng Produksi Kopiah, Seragam, dan Kasur Para ibu pekerja yang berasal dari sekitar Pesantren Tebuireng sedang menjahit pakaian seragam para santri Pesantren Teburieng Jombang Jawa Timur. Foto: mma/ bangsaonline.com

JOMBANG, BANGSAONLINE.com Jombang Jawa Timur selangkah lebih maju, terutama dalam pengembangan jiwa entrepreneur para santri. Selain produktif melahirkan ulama dan tokoh nasional berbagai bidang, pesantren yang didirikan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari pada 1899 itu kini mengembangkan jiwa entrepreneur para santri dengan memproduksi sendiri berbagai kebutuhan pesantren. Antara lain pakaian seragam santri, kopiah, dan bahkan kasur serta kursi kantor.

“Sebenarnya sempat memproduksi sepatu tapi sekarang tutup,” tutur Gus Riza Yusuf Hasyim, cucu Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (29/1/2022). 

Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu

Gus Riza adalah putra KH M Yusuf Hasyim. Pak Ud - panggilan akrab Kiai Yusuf Hasyim - adalah putra bungsu Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. Kiai Yusuf Hasyim adalah pengasuh sebelum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin).

(Songkok atau kopiah produk . foto: mma/ bangsaonline.com)

Gus Riza Yusuf Hasyim sempat mengajak BANGSAONLINE.com melihat beberapa sentra produksi Tebuireng. Di antaranya, tempat penjahitan seragam, kopiah, kasur, dan bengkel las yang memproduksi kursi, di samping tempat memasak makanan para santri yang dinamakan jasa boga.

Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat

Hebatnya, para pekerja untuk produksi berbagai pakaian dan kebutuhan pesantren itu direkrut dari warga sekitar . Sehingga benar-benar punya kepedulian terhadap masyarakat di sekelilingnya dan menjadi rahmatan lil’alamin bagi warga sekitarnya.

“Sekitar 50-an orang. Mereka para janda di sekitar sini,” kata Gus Riza Yusuf Hasyim saat menunjukkan para pekerja perempuan yang sedang menjahit seragam sekolah para santri.

Menurut Gus Riza Yusuf Hasyim, dengan memproduksi sendiri semua kebutuhan pesantren, bukan hanya selisih harga yang didapat, tapi juga bisa mengembangkan jiwa .

Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima

(Gus Riza Yusuf Hasyim. foto: mma/bangsaonline.com)

Apalagi memang menyiapkan secara khusus tempat pelatihan bagi para santri yang berminat. Yaitu Divisi Kursus dan Pelatihan Tata Busana LKP-TPKU .

“Di sini ada pelatihan tiga bulan. Gratis. Baik bagi para santri maupun masyarakat luar,” tutur Gus Riza

Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh

Kini usaha ini berkembang sangat pesat. Selain bisa memenuhi kebutuhan internal juga mulai melayani pihak luar.

(Kasur produksi para pekerja di . foto: mma/bangsaonline.com)

Rohanuddin, kepala yang membidangi berbagai usaha produksi tersebut, menuturkan bahwa kini sering menjadi obyek studi banding lembaga pendidikan lain. Bahkan ada juga pesantren pesan kasur ke Tebuireng.

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

Roni – panggilan sehari-hari Rohanuddin – menuturkan bahwa pengembangan usaha produksi sendiri ini sangat menguntungkan secara ekonomi dibanding membeli di luar. Harganya sangat murah. Ia mencontohkan soal pembuatan kursi.

“Kalau dulu mengganti kursi atau meja sekolah dengan cara membeli yang baru. Sekarang dengan sistem kanibal. Bahan kursi lama yang masih bisa dipakai kita pakai, yang rusak kita buang. Sehingga harganya murah,” katanya.

Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu

(Bagian las yang memproduksi kursi, meja dan peralatan lain di Jombang. foto: mma/bangsaonline.com)

Gus Riza menuturkan bahwa pengembangan jiwa entrepreneur para santri itu terkait dengan jiwa kesaudagaran Hadratussyaikh. Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu dikenal sebagai saudagar kaya namun hartanya untuk kemaslahatan para santri, musafir, dan untuk menjamu para tamu yang sowan.

"Dulu kan saudagar kuda," tutur Gus Riza. Selain itu juga dikenal sebagai petani sayur dan pedagang kain.

Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali

Maka pengembangan Tebuireng sama dengan ikut melestarikan, mengembangkan, dan meneladani jiwa kesaudagaran Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari.

telah melahirkan jutaan ulama, tokoh nasional, dan internasional serta pengasuh pesantren. Namun, Tebuireng juga produktif melahirkan para tokoh bisnis. Dan ini sangat penting mengingat kondisi sekarang semua sektor bisnis di Indonesia dikuasai kelompok dan etnis tertentu. (m mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO