KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Mojotirto Festival Kota Mojokerto kembali digelar, Selasa (22/3/22). Festival ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Air Sedunia. Festival ini mengusung tajuk Umbul Dungo Mojotirto 2022.
Beberapa pagelaran seni dan tari ditampilkan dalam festival tahunan Kota Mojokerto ini. Di antaranya terdiri dari kirab budaya yang terdiri dari penari Putri Kusumo, prajurit bregodo, dan prajurit masyarakat.
Baca Juga: Pj Ali Kuncoro dan Ketua DPRD Kota Mojokerto Tinjau Logistik KPU Jelang Pilkada Serentak 2024
Di samping itu, ditampilkan pula hiburan seperti tari bedoyo, permainan tradisional, liang liong ikan, serta tari jurit sandi. Hal menarik lainnya yaitu adanya pagelaran permainan tradisional seperti dakon, lompat tali, sonda, dan lain-lain.
Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari mengatakan bahwa festival ini sebagai bentuk syukur masyarakat Kota Mojokerto. Kota terkecil yang dialiri 3 sungai ini, mulai Sungai Ngotok, Sungai Sadar, dan Sungai Brantas, selama ini tidak memiliki bencana alam berarti akibat luapan sungai.
"Kami selalu memiliki air sepanjang tahun dan Mojokerto tidak pernah mengalami banjir akibat meluapnya sungai-sungai yang melintasi Kota kami. Maka, rasa syukur itu kami wujudkan dalam bentuk penyatuan, kolaborasi, sinergi, seluruh elemen masyarakat untuk menyelenggarakan Festival Mojotirto," ujar Ika Puspitasari.
Baca Juga: 3 Raperda Hasil Fasilitasi Gubernur Jatim Turun, Pemkot Mojokerto Sodorkan 5 Raperda Baru
Selain itu, Ika menyampaikan bahwa telah menanam puluhan ribu pohon jeruk di sepanjang bantaran dan menabur benih ikan ke Sungai Ngotok.
"Kami telah melakukan penanaman pohon jeruk. Ada 11 ribu pohon yang telah ditanam, dan insyaallah dalam 1 tahun ke depan pohon jeruk ini akan siap panen dan akan dinikmati sebagai wisata agro," ucapnya.
Adapun yang menarik dalam Festival Mojotirto kali ini, yakni adanya pagelaran liong-liong ikan. Pergelaran seni yang menjadi bagian dari akulturasi budaya masyarakat Kota Mojokerto.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Melalui Dinsos P3A Rehab Rumah Warga yang Tak Layak Huni
"Ini bagian dari akulturasi budaya. Kita tahu di Kota Mojokerto ini ada Kelenteng Hoek Sian Kiong yang didirikan pada tahun 1893. Itu menunjukkan bahwa di kota ini telah terjadi penyatuan budaya dari berbagai etnis," ujar wali kota yang karib disapa Ning Ita ini.
Menurutnya, kultur masyarakat dari berbagai etnis di Kota Mojokerto yang sudah terbentuk adalah aset yang berharga.
"Ini adalah sebuah aset yang berharga dan dari 6 pemeluk agama yang ada di Kota Mojokerto semuanya hidup rukun berdampingan. Dan, itu juga yang mengantarkan Harmony Award pada tahun 2020 lalu," pungkasnya. (den/rev)
Baca Juga: Gowes Hari Santri Kota Mojokerto, Gratis Berhadiah Umrah, Ribuan Peserta Siap Sepeda Sarungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News